Menjadi penguasa pun harus siap dikritik, dan tidak disenangi oleh banyak orang.
"Kenapa kita harus melayani tiap hari, kenapa kemudian perbaiki sistem. Ada aspirasi model seperti ini, ada yang caranya kasar, dan caranya halus, mungkin tujuannya sama. Jadi, siap saja. Masak pemimpin enggak mau di-bully, baik terus," ucap Ganjar.
Tak hanya itu, Ganjar meminta Alam untuk fokus membantu dan mengenal politik, jika ingin membantu ayahnya.
Ia pun mewanti-wanti Alam agar tidak silau dengan jabatan yang mungkin akan diemban sang ayah.
Terlebih di masa-masa seperti ini, akan banyak orang mendekat dengan tujuan memanfaatkan dan tujuan lainnya.
Di kesempatan yang sama, Alam mengaku sudah siap dan berusaha menjaga diri jika ayahnya kembali memegang jabatan publik.
Ia pun mengaku kerap berkonsultasi dengan sang ayah, ketika berhadapan dengan beberapa hal yang menurutnya perlu nasehat.
Terkait kekuasaan, ia memandang bahwa amanah yang akan diemban ayahnya bukan menjadi sarana pesta pora. Justru kata dia, kekuasaan berarti punya tanggung jawab besar untuk memenuhi hak-hak rakyat.
"Yang perlu kita sadari dari kekuasaan itu adalah bagaimana kekuasan bisa mempengaruhi banyak orang. Punya tanggung jawab besar kepada masyarakat, itu yang harus kita fokus. Jangan yang lain-lain. Bagaimana bisa berikan dampak positif dari kekuasaan yang dimiliki," jelas Alam.
Artikel ini telah tayang di Tribun Medan dan Kompas.com