Pemprov Malut

Lihat Rumah Warga Tidak Layak Huni, Sherly Laos: Bukan Kasihan tapi Rasa Bersalah sebagai Pemimpin

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

RASA BERSALAH - Sherly Laos saat turun melihat rumah salah satu warga penerima bantuan renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Kolase tangkapan layar dari instagram @s_tjo, Kamis (10/7/2025). Ketika melihat kondisi rumah salah satu warganya itu, Sherly Laos mengaku bukan kasihan, melainkan merasa bersalah sebagai pemimpin.

TRIBUNTERNATE.COM, BACAN - Gubernur Maluku Utara Sherly Laos mengungkapkan bahwa dirinya merasa bersalah sebagai pemimpin.

Hal ini diungkapkan dirinya saat bersama tim turun langsung melihat rumah salah satu warga penerima bantuan renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

Rumah yang terletak di Desa Tomori, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara ini, kondisinya tampak memprihatinkan.

Baca juga: Sherly Laos Turun ke Rumah Warga Penerima Renovasi RTLH, Gubernur Malut: Bangun Baru Semua

Kegiatan tersebut dibagikan Sherly Laos di instagram pribadinya @s_tjo, Rabu (9/7/2025).

Dalam caption unggahannya tersebut Sherly Laos mengaku bukan kasihan, tetapi merasa bersalah sebagai pemimpin.

Ia merasa bersalah karena belum bisa menjangkau semua warganya yang membutuhkan bantuan dengan cepat.

Kata Sherly Laos, program ini merupakan komitmen pemerintahan dirinya, bukan hanya sekedar cerita sedih lalu hilang.

Sherly Laos: Bangun Baru Semua

PROGRAM - Sherly Laos saat turun melihat rumah salah satu warga penerima bantuan renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Kolase tangkapan layar dari instagram @s_tjo, Kamis (10/7/2025). (Kolase TribunTernate.com/Tangkapan layar dari Instagram @s_tjo)

Sherly Laos melihat satu persatu sudut dalam rumah yang dindingnya dari kayu tua dan berlantai tanah itu.

Rumah milik warga bernama Ance ini, dihuni oleh dirinya bersama istri dan anak yang masih balita.

Dalam percakapan antara Ance dan Sherly Laos, diketahui bahwa dirinya bekerja membuat gula merah.

Rumah yang dikunjungi Sherly Laos ini, lahannya milik Ance namun tak bersetifikat.

Mendengar hal itu, Sherly Laos segera perintahkan Kadis Perkim yang juga ikut turun, untuk membantu pembuatan sertifikat lahan Ance.

RASA BERSALAH - Sherly Laos saat turun melihat rumah salah satu warga penerima bantuan renovasi Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). Kolase tangkapan layar dari instagram @s_tjo, Kamis (10/7/2025). Ketika melihat kondisi rumah salah satu warganya itu, Sherly Laos mengaku bukan kasihan, melainkan merasa bersalah sebagai pemimpin. (Kolase TribunTernate.com/Tangkapan layar dari Instagram @s_tjo)

"Ini ruang tamu, kamar tidur, kalau hujan berarti air masuk dari bawah dan atas ya?" tanya Sherly Laos ke pemilik rumah.

Tampak atap rumah yang terbuat dari katu itu ditutup seadanya, bukan bocor lagi, tapi terbuka lebar.

"Ibu pindah kemana kalau hujan angin?" tanya Sherly Laos ke istri Ance.

"Duduk-duduk paling di muka (depan) dulu,"

"Sambil basah?" tanya Sherly Laos lagi.

"Iya," jawabnya sambil tertawa.

Dapur rumah tersebut juga dalam kondisi yang serupa, seadanya, atap tidak layak, dan lantai tanah.

Sherly Laos lebih kaget lagi ketika melihat kondisi kamar mandi rumah tersebut.

"Lubangnya (lubang WC) mana ibu?" tanya Sherly Laos.

"Air dari mana? oh pakai selang. Terus kalau mau buang air?" tanya Sherly Laos prihatin.

Setelah selesai melihat setiap sudut rumah Ance yang tampak memprihatinkan, Sherly Laos segera perintahkan Kadis Perkim untuk membangun baru hunian tersebut.

"Ini bangun baru. Bangun baru dapur, kamar mandi ya." Ujar Sherly Laos.

“Kita tidak bisa bangun peradaban kalau toilet saja masih mimpi.“
????Salah satu sudut desa di Maluku Utara

Hari itu kunjungan melihat penerima renovasi RTLH. Lantainya masih tanah, dindingnya papan tua. Dan yang paling membuat hati saya tercekat—tidak ada kamar mandi, apalagi WC.

Saya sempat terdiam beberapa detik. “Kalau buang air di mana, Bu?” tanya saya perlahan. Ibu rumah tangga itu, dengan senyum segan, menjawab, “Di kali belakang, Ibu. Saya pun ke belakang dan melihat sebuah ruang yang jauh dari kata layak utk sebuah kamar mandi.”

Saya genggam tangan beliau. Bukan rasa kasihan, tapi rasa bersalah sebagai pemimpin yang masih belum bisa menjangkau semua dengan cepat.

Ini bukan tentang WC. Ini tentang martabat. Tentang hak dasar yang belum terpenuhi. Dan tentang fakta bahwa sanitasi yang layak masih menjadi kemewahan bagi sebagian warga kita.

Saya tidak ingin ini hanya jadi cerita sedih yang viral lalu hilang. Saya minta tim teknis segera data ulang rumah-rumah yang belum punya akses sanitasi layak. Kita tidak bisa bangun peradaban kalau toilet saja masih mimpi.

Bagi sebagian orang, punya kamar mandi mungkin hal biasa. Tapi bagi sebagian lainnya, itu adalah harapan yang belum terwujud.

Pemerintah tak bisa kerja sendiri. Saya percaya, ketika kita semua ikut merasa—maka kita akan ikut bergerak. Dikutip pada Kamis, 10 Juli 2025.

Berita Terkini