Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kunci Jawaban

30 Contoh Soal TKA Bahasa Indonesia SMA 2025, Kunci Jawaban Lengkap

Berikut 30 contoh soal dan kunci jawaban TKA Bahasa Indonesia untuk SMA sebagai bahan latihan siswa.

Editor: Primaresti
TribunJabar.com/ Gani Kurniawan
KUNCI JAWABAN - Ilustrasi belajar. Sejumlah siswa kelas 11 mengikuti mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) SMA Negeri 5, Jalan Belitung, Kota Bandung, Rabu (9/1/2013). Berikut 30 contoh soal dan kunci jawaban TKA Bahasa Indonesia untuk SMA sebagai bahan latihan siswa. 

Pilihlah jawaban yang benar! Jawaban benar lebih dari satu.

A. Sampah plastik di laut akan lebih banyak daripada jumlah ikan.
B. Lautan akan terus mengalami pemanasan dan semakin asam.
C. Manusia terus memompa lebih banyak CO2 ke atmosfer.
D. Jumlah ikan yang terancam punah semakin banyak.
E. Penggunaan plastik terus meningkat dan tidak dikelola dengan baik. 

Jawaban: A, E

4. “Solusi tersebut tidak mudah.”

Mengapa penulis menggunakan kalimat tersebut pada teks?

Tentukan Benar atau Salah untuk setiap pernyataan berikut!

A. Menginformasikan kepada pembaca bahwa pemecahan masalah sampah merupakan tanggung jawab utama kita sebagai masyarakat sipil sehingga sulit untuk diselesaikan.
B. Menunjukkan kepada pembaca bahwa permasalahan sampah plastik sangat rumit dan tidak bisa diselesaikan dalam jangka waktu singkat.
C. Membuktikan kepada pembaca bahwa  permasalahan sampah yang rumit disebabkan pemecahan masalah yang bergantung pada perekonomian negara berkembang.

Jawaban: 

A. Salah
B. Benar
C. Salah

Teks untuk soal 5 s.d. 7

“E...gurumu itu orang desa ini juga. Pasti tahu bahwa saat ini musim maddongi (mengusir burung saat buah padi mulai menguning). Besok kau menghadap, sampaikan bahwa kau membantu Ayah di sawah. Nah, pasti gurumu mengerti mengapa kamu tidak ke sekolah.”

Aku terpana. Jawaban Ayah benar-benar membuatku hampir menangis histeris. Bagaimana tidak. Lomba semakin dekat, sementara masih banyak materi yang belum aku paham. Terbayang aku akan hancur dan tidak bisa bersaing dengan siswa sekolah lain. Ingin rasanya aku berteriak agar Ayahku tahu bagaimana kacaunya pikiranku. Namun, aku sadar bahwa ini adalah perbuatan yang tidak akan menyelesaikan masalah. Malah akan semakin membuat Ayahku geram. Otakku terus berpikir untuk mencari solusi terbaik. Sambil berjalan mengikuti Ayah dari belakang, aku mulai menyusun strategi. “Bagaimana kalau aku ke rumah iyye-ku (nenek), menyampaikan masalahku ini. Ya, hanya dia yang mampu menundukkan Ayah.”

Esok harinya, sepulang sekolah, kuayunkan sepedaku menuju rumah iyye-ku.

“Kenapa kamu lesu?” Iyye menanyakan keadaanku. Aku pun menceritakan semuanya kepada iyye.

“Ya sudah, tidak usah sedih. Nanti kusampaikan pada ayahmu. Kau ke dalam, makan dulu, baru pulang,” ujar iyye-ku.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved