Temui Jokowi di Istana, Ahok: Tugas Saya Bukan Campuri Bisnis Pertamina, Tapi Manajemen, Saya Komut
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menemui Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (9/10/2019).
Menurutnnya akan banyak menteri yang sekarang menjabat akan terpental baik karena tidak mencapai target yang diinginkan Presiden Joko Widodo.
Selain itu Arief juga menilai persaingan elite di parpol yang akan menyebabkan desakan Joko Widodo untuk mereshuffle kabinetnya.
"Tahu kenapa? Karena kan sesuai kata kata Joko Widodo, yaitu Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para menteri, pejabat, dan birokrat agar serius menjamin tercapainya tujuan program pembangunan. Permintaan itu juga disertai ancaman," kata Arief Poyuono kepada wartawan, Senin (25/11/2019).
Arief Poyuono lalu mengutip ucapan Presiden Joko Widodo.
"Bagi yang tidak serius, saya tidak akan memberi ampun. Saya pastikan, pasti saya copot," ujar Jokowi saat menyampaikan pidato pelantikan dalam sidang paripurna MPR, Minggu (20/10/2019).
Apalagi Joko Widodo itu presiden yang selalu bekerja berdasarkan data data dan berorientasi selalu pada hasil kinerja.
"Jadi ahok pasti sedang disiapkan nantinya untuk posisi menteri saat ada reshuffle kabinet tahun depan," kata Arief Poyuono.
"Posisi Ahok jadi Komut Pertamina ini cuma sebagai batu lompatan saja, untuk mengembalikan ahok dalam jabatan publik dan kemudian dengan demikian akan mudah untuk Ahok yang memang punya integritas dan kejujuran dalam bekerja untuk bisa membantu Joko Widodo di kabinetnya," tambahnya.
Arief Poyuono menilai, Presiden Joko Widodo untuk periode kedua ini butuh menteri model kayak ahok yang gila kerja, cepat tanggap akan keinginan Joko Widodo untuk kesuksesan program program pemerintahan Joko Widodo.
Dia pun menilai, posisi Komisaris Utama (Komut) di setiap Badan Milik Usaha Negara (BUMN) tidak terlalu berperan penting.
Komut katanya, perannya sama dengan komisaris biasa. Hal ini diungkapkan Arief terkait penunjukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komut Pertamina oleh Menteri BUMN Erick Tohir.
"Semua kebijakan strategis di Pertamina harus dikoordinasikan dengan kementrian BUMN. Jadi, kalau sebagai pendobrak sih (Ahok) saya rasa terlalu berlebihan. Apalagi modal Ahok di Pertamina cuma integritas dan kerja keras saat jadi gubernur DKI," kata Arief, Senin (25/11/2019).
"Sedangkan terkait keahlian manajemen di bidang pertambangan migas masih nihil banget. Misalnya ngerti engga Ahok baca dan mengkalkulasi pasar minyak? Dan gas internasional yang rentan dengan gejolak pengaruh ekonomi global serta stabilitas keamanan di timur Tengah?" sindir Arief.
Produk minyak dan gas itu, katanya tidak sama. Tidak seperti jualan sayur di pasar atau mengatur pasar di Tanah Abang Kemudian, Arief juga mempertanyakan apakah Ahok memiliki jaringan internasional yang kuat terkait jaringan pelaku bisnis minyak dan gas dunia.
Inilah menurutnya yang selama ini kenapa Pertamina tidak jadi perusahaan yang profesional dan berkaliber dunia serta memberikan keuntungan bagi negara dan rakyat.
Tidak seperti misalnya Petrobras, Petronas , Petrochina, sebab lebih kuat pengaruh politiknya dalam penempatan jajaran Komisaris dan direksinya.
"Dan (Ahok) bukan orang orang yang memang kredibel dibidangnya dan profesional. Jadi mohon maaf aja ya prediksi saya tidak akan banyak perubahan di Pertamina dengan adanya Ahok di Pertamina. Seengganya, kehidupan ekonomi Ahok sudah terjamin lah dengan jadi komut di Pertamina," kata Arief.
Penempatan Ahok di Pertamina lanjutnya terlihat betul bahwa kemampuan Erick untuk mendirecting BUMN menjadi BUMN yang profesional dan profit. "Masih dibawah standar karena tidak bisa mengatakan iya atas perintah Joko Widodo untuk menempatkan Ahok," katanya. (Tribunmanado.co.id/Frandi Piring, tribunwow, kompas.com, tribunjakarta)
Sumber:
Kompas.com: Ahok dan Dirut Pertamina Temui Jokowi di Istana
Tribunmanado.co.id: Gebrakan Ahok di Hari Ke-2 Jabat Komut Pertamina, Dirut Jadi Orang Pertama Terima Manuver BTP,