Ini Alasan Donald Trump Memprovokasi Iran, untuk Menyerang Pasukan AS?
Alasan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk membunuh salah satu tokoh penting di Timur Tengah, Qassem Soleimani.
Kemudian, dalam perjalanan menuju perayaan Tahun Baru di resor Mar-a-Lago di Florida, Trump berjanji dengan mengatakan, "Ini bukan Benghazi."
Itu merujuk pada serangan 2012 terhadap kedutaan AS di Libya, di mana duta besar Amerika Christopher Stevens dan tiga pejabat lainnya terbunuh.
• Gunakan Rudal Jelajah, Iran Luncurkan Aksi Balas Dendam ke Pasukan Amerika Serikat di Irak
• Begini Tanggapan Kemenkeu soal Luhut Ingin Beli Kapal Untuk Jaga Perairan Natuna
Peristiwa tragis itu melanda Presiden Obama dan menghambat jalan Hillary Clinton menuju Gedung Putih.
"Benghazi seharusnya tidak terjadi. Ini tidak akan pernah menjadi Benghazi," kata Trump minggu lalu.
Dunia dikejutkan oleh keputusan Trump.
Tidak ada keraguan sedikit pun, bahkan Iran bingung dengan serangan mendadak pada orang militernya yang paling kuat dan penting.
Tapi begitu juga sekutu Amerika.
Jerman sekarang mengurangi jumlah pasukannya di Irak, dengan alasan keamanan.
Satu pasukan pelatihan internasional NATO telah memindahkan lebih dari setengah dari 500 personelnya ke lokasi yang lebih aman di luar Baghdad karena alasan yang sama.
Beberapa diplomat Eropa telah menyatakan kekhawatiran bahwa gerakan pasukan akan mengurangi upaya untuk memerangi kelompok teroris Negara Islam.
Menurut laporan, bahkan penasihat militer Trump sendiri terpana bahwa Trump mengambil opsi paling ekstrem yang diberikan kepadanya. (Kontan.co.id/Noverius Laoli)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Mengapa Donald Trump memprovokasi Iran untuk menyerang pasukan AS?