Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Mengenal Porang, Umbi yang Dulu Dianggap Makanan Ular Kini Jadi 'Emas' Petani, Segini Harganya

Umbi dari porang yang sering dianggap masyarakat sebagai makanan ular ini, memiliki pasar ekspor seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea.

Editor: Sansul Sardi
Dok. Istimewa via Kompas.com
Tumbuhan liar bernama porang (Amorphophallus oncophyllus) dari hutan di Sibolga, Tapanuli Tengah kini telah menjelma menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan asal Sumatera Utara (Sumut) yang laris di tiga negara, yakni Cina, Thailand dan Vietnam. Pada semester I/2020, tercatat ekspor porang sebanyak tercatat 362 ton dengan nilai barang Rp 7,2 miliar. 

TRIBUNTERNATE.COM - Berikut fakta unik dari porang.

Mungkin banyak sebagian orang merasa asing dengan nama porang.

Yah dahulu porang banyak diabaikan sebagai tanaman liar di pekarangan rumah,  namun umbi ini kini banyak dibudidayakan petani di sejumlah daerah.

Di pasar ekspor, umbi porang yang diolah jadi tepung ini banyak dicari.

Umbi dari porang yang sering dianggap masyarakat sebagai makanan ular ini, memiliki pasar ekspor seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea.

Banyak Beredar, Ini Alasan Telur Infertil Tidak Boleh Dijual hingga Cara Bedakan Telur Bagus & Busuk

Lalu apa itu porang?

Porang adalah tanaman umbi-umbian dengan nama latin Amorphophallus muelleri.

Di beberapa daerah di Jawa, tanaman ini dikenal dengan nama iles-iles.

Porang biasanya dimanfaatkan dengan diolah menjadi tepung yang dipakai untuk bahan baku industri untuk kosmetik, pengental, lem, mie ramen, dan campuran makanan.

Dikutip dari data yang dirilis Kementerian Pertanian, jika dijadikan sebagai tanaman budidaya pertanian, keunggulan porang yakni bisa beradaptasi pada berbagai semua jenis tanah dan ketinggian antara 0 sampai 700 mdpl.

Tanaman ini juga relatif bisa bertahan di tanah kering.

Umbinya juga bisa didapatkan dengan mudah, sementara tanamanya hanya memperlukan perawatan yang minim.

Kelebihan lainnya, porang bisa ditanam dengan tumpang sari karena bisa toleran dengan dengan naungan hingga 60 persen.

Bibitnya biasa digunakan dari potongan umbi batang maupun umbi yang telah memiliki titik tumbuh atau umbi katak (bubil) yang ditanam secara langsung.

Kendati begitu, tanaman ini baru bisa menghasilkan umbi yang baik pada usia di atas satu tahun sehingga masa panennya cukup lama.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved