Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Banjir di Kalimantan Selatan

Banjir Besar di Kalimantan Selatan, KLHK Sebut Kerusakan Hutan Bukan Penyebab Tunggalnya

“Sekali lagi bahwa ini (banjir) terjadi di alur DAS Barito khususnya wilayah Kalsel, juga akibat dari cuaca yang ekstrem,” kata Karliansyah.

KOMPAS. com/ANDI MUHAMMAD HASWAR
Salah satu jalan utama di Banjarmasin, Kalimantan Selatan yang terendam banjir pada, Jumat (15/1/2021). 

TRIBUNTERNATE.COM - Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dilanda banjir besar pada awal tahun 2021 ini.

Data terakhir yang dihimpun Badan Nasional Penanggulangan Bencana RI (BNPB) pada 17 Januari 2021 menunjukkan, sebanyak 10 kabupaten/kota terdampak banjir di Provinsi Kalimantan Selatan.

Antara lain, Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupataen Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Batola.

Tercatat pula sebanyak 24.379 rumah terendam banjir dan 39.549 warga mengungsi.

Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) membantah bahwa kerusakan hutan menjadi penyebab tunggal banjir besar yang terjadi di Kalimantan Selatan.

Namun, ada sejumlah faktor lain yang mengikutinya.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Dirjen PPKL) KLHK, Karliansyah mengatakan lokasi banjir terjadi di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) yang menjadi sub-DAS Barito.

Lokasi tersebut dijelaskannya saat ini tengah mengalami persoalan anomali cuaca dengan curah hujan yang sangat tinggi.

“Sekali lagi bahwa ini (banjir) terjadi di alur DAS Barito khususnya wilayah Kalsel, juga akibat dari cuaca yang ekstrem,” kata Karliansyah pada konferensi pers virtual terkait banjir Kalimantan Selatan, Selasa (19/1/2021).

Baca juga: Toyota Land Cruiser 200 Mobil Dinas Jokowi Terjang Banjir di Kalimantan Selatan, Ini Spesifikasinya

Baca juga: Video Mobil Dinas Jokowi Terobos Banjir di Kalsel, Ini Jenis Mobil yang Digunakan Presiden

Baca juga: Jokowi: Banjir di Kalimantan Selatan Ini Adalah Banjir Paling Besar dalam 50 Tahun Terakhir

Berdasarkan data curah hujan dari BMKG yang diterima KLHK, curah hujan yang terjadi di Kalimantan Selatan pada Sabtu hingga Rabu, 9-13 Januari 2021 tercatat sebesar 461 mm selama lima hari.

Padahal, normalnya curah hujan bulanan pada bulan Januari 2020 sebesar 394 mm.

Angka curah hujan dalam periode lima hari itu meningkat dari curah hujan di tahun sebelumnya.

“Dengan demikian maka volume air yang masuk ke sungai luar biasa, 2,08 miliar meter kubik. Padahal normalnya hanya 238 juta meter kubik,” katanya

Dirjen PPKL KLHK itu juga menjelaskan bahwa lokasi banjir itu saat ini memiliki kondisi infrastruktur ekologisnya atau jasa lingkungan pengaturan air yang sudah tidak memadai, sehingga tidak mampu lagi menampung aliran air masuk.

Sistem drainase juga tidak mampu mengalirkan air dengan volume yang besar.

Dan daerah banjir berada pada pertemuan 2 anak sungai yang cekung, morfologinya merupakan meander, serta fisiografinya berupa tekuk lereng.

“Lokasi banjir umumnya berada didaerah yang datar, elevasi rendah dan bermuara di laut sehingga merupakan akumulasi air dengan tingkat drainase rendah,” kata Karliansyah.

KLHK juga mencatat ada perbedaan yang besar antara bagian hulu dan hilir, sehingga suplai air dari hulu dengan energi yang besar menyebabkan waktu konsentrasi air berlangsung cepat dan terjadi banjir.

Baca juga: Tanggapi Gempa Bumi di Sulbar dan Banjir di Kalsel, Megawati: Sebenarnya Bisa Di-minimize

Baca juga: Banjir Besar di Kalimantan Selatan, Chanee Kalaweit: Pasti Terkait dengan Deforestasi Besar-besaran

Karliansyah mengatakan DAS Barito di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki luas lebih kurang 1,8 juta hektar atau 29 persen dari keseluruhan DAS Barito yang mencakup empat provinsi.

Adapun proporsi luas area yang berhutan hanya 18,2 persen, sedangkan 81,8 persen-nya merupakan area yang tidak berhutan.

Penurunan luas hutan alam terjadi selama periode 1990 hingga 2019 sebesar 62,8 persen, dengan penurunan terbesar terjadi pada periode 1990 hingga tahun 2000, yakni sebesar 55,5 persen.

Oleh karena itu pihaknya memberikan rekomendasi agar membangun konservasi tanah dan air seperti membuat sumur resapan hingga gully plug, terutama pada daerah yang limpasannya ekstrem.

Termasuk mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan.

“Kalau kita bicara DAS Barito, di Kabupaten Balangan misalnya ada 1.460 hektar yang harus segera direhabilitasi dan 20 DAS lain diluar DAS Barito yang harus dipercepat proses rehabilitasi,” ujarnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul KLHK Bantah Kerusakan Hutan Jadi Penyebab Tunggal Banjir Besar di Kalsel
Penulis: Larasati Dyah Utami

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved