Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Penelitian Ungkap Virus Corona Menyerang Otak Manusia, Bagaimana Penjelasannya?

Peneliti mengungkapkan virus corona menyerang otak manusia. Hal ini menjelaskan mengapa COVID-19 bisa sangat parah bagi sebagian orang.

Pexels.com/Miguel Á. Padriñán
ILUSTRASI virus corona Covid-19. 

Kegiatan ini akan dilakukan oleh peneliti dari lebih dari 30 negara, yang didanai oleh Alzheimer's Association.

Rencananya mereka akan melakukan penelitian bersama tentang efek neurologis dari novel coronavirus.

Jika sudah menginfeksi otak, maka dapat mempengaruhi apa pun

Penelitian lain mendukung temuan serangan COVID-19 di otak membuat penyakit menjadi sangat parah.

Sebuah tim peneliti, termasuk penulis studi senior Mukesh Kumar, seorang ahli virologi yang berspesialisasi dalam penyakit menular yang muncul dan asisten profesor di Universitas Negeri Georgia, di Atlanta, melakukan penelitian dengan menginfeksi saluran hidung tikus dengan virus corona.

Percobaan ini menyebabkan tikus tersebut menderita penyakit parah, bahkan setelah infeksinya dibersihkan dari paru-paru.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa bagian otak mengandung virus 1.000 kali lebih tinggi daripada bagian tubuh lainnya.

Hal ini kemungkinan menjelaskan mengapa beberapa orang tampaknya pulih setelah beberapa hari dan fungsi paru-parunya membaik, tetapi kemudian kambuh dan mengalami gejala yang lebih parah, dan beberapa di antaranya mematikan.

“Pemikiran kami bahwa COVID-19 lebih merupakan penyakit pernapasan belum tentu benar,” kata Kumar.

“Sekali virus ini menginfeksi otak, dapat mempengaruhi apapun karena otak mengontrol paru-paru, jantung, dan semuanya. Otak adalah organ yang sangat sensitif, pemroses utama untuk segalanya," lanjut Kumar.

"Otak adalah salah satu wilayah tempat virus suka bersembunyi," lanjutnya

Ia mengatkaan hal ini lantaran otak tidak seperti paru-paru.

Dirinya menyebutkan, otak tidak dilengkapi perlengkapan yang memadai, dari perspektif imunologis, untuk membersihkan virus.

“Itulah mengapa muncul penyakit parah seperti penyakit jantung, stroke, dan semua penyakit jangka panjang, juga hilangnya penciuman, hilangnya rasa,” jelas peneliti senior tersebut.

"Semua gejala ini berkaitan dengan otak, bukan dengan paru-paru," terangnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved