Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Penelitian Ungkap Virus Corona Menyerang Otak Manusia, Bagaimana Penjelasannya?

Peneliti mengungkapkan virus corona menyerang otak manusia. Hal ini menjelaskan mengapa COVID-19 bisa sangat parah bagi sebagian orang.

Pexels.com/Miguel Á. Padriñán
ILUSTRASI virus corona Covid-19. 

Sel penciuman terkonsentrasi di hidung. Melalui sel penciuman ini, virus mencapai pusat penciuman di otak, yang terletak di dekat hipokampus.

“Jejak virus, ketika menyerang otak, hampir mengarah langsung ke hipokampus,” terang de Erausquin.

“Hal ini diyakini sebagai salah satu sumber gangguan kognitif yang diamati pada pasien COVID-19," lanjutnya.

Mereka menduga, hal ini juga menjadi bagian dari penyebab akan ada penurunan kognitif yang dipercepat dari waktu ke waktu pada individu yang rentan.

ILUSTRASI - Simulasi penanganan pasien virus corona Covid-19 di RS Margono Soekarjo, Purwokerto.
ILUSTRASI - Simulasi penanganan pasien virus corona Covid-19 di RS Margono Soekarjo, Purwokerto. (TRIBUNJATENG/Permata Putra Sejati)

Kaitannya dengan gangguan neurologis

Dalam laporannya, para ilmuwan merujuk pada beberapa bukti yang membuatnya sangat waspada terhadap dampak SARS-CoV-2 pada otak.

Beberapa temuan tersebut yakni percobaan pemberian virus corona intranasal pada tikus menyebabkan serangan cepat ke otak.

Kemudian, partikel virus corona dapat dideteksi secara post mortem di otak besar manusia.

Baca juga: China Terapkan Tes Swab Covid-19 Lewat Anal, Tak Sampai 10 Detik, Warga: Rasanya Sangat Malu

Baca juga: Tanggapi Masuknya WNA di Tengah Pandemi Covid-19, Haji Lulung: Sebenarnya Mainan Siapa, Sih?

Dalam jaringan otak post mortem, reseptor angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) diekspresikan dalam pembuluh darah korteks frontal otak.

Melalui reseptor ini, SARS-CoV-2 memasuki sel sehat.

Selain itu, penelitian in vitro menunjukkan bahwa protein virus dapat merusak pembatas darah-otak.

Selanjutnya, sakit kepala, rasa berkurang, dan kehilangan bau terjadi sebelum timbulnya gejala pernapasan pada sebagian besar pasien COVID-19.

Kemudian, terdapat pula temuan delirium, yaitu gejala neuropsikiatri dari penurunan kognisi dan memori.

"Insiden delirium pada pasien COVID-19 yang sakit parah (pasien dirawat di ICU), dilaporkan terdapat sebanyak 84%," seperti yang ditulis oleh para peneliti dalam laporannya.

Pada 2022, para peneliti berencana untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana COVID-19 memengaruhi otak.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved