Bom di Gereja Katedral Makassar
Pelaku Bom di Katedral Makassar Berusia 26 Tahun, GAMKI: Doktrin Radikalisme Menyasar Generasi Muda
Sekum DPP GAMKI menilai, pemerintah harus memberikan perhatian yang besar terhadap pemberantasan radikalisme dan terorisme melalui sektor pendidikan.
"Saya rasa ini menjadi peringatan bagi kita, bahwa doktrin dan propaganda radikalisme terorisme itu menyasar generasi muda yang tidak memiliki pondasi ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang kuat," kata Sahat.
Menurut Sahat, terorisme berawal dari benih intoleransi dan eksklusivisme.
Kemudian, tumbuh menjadi pemikiran radikalisme dan selanjutnya ekstremisme, yang dapat berujung pada aksi terorisme.

Baca juga: Tak Perlu Datang ke Kantor Satpas, Perpanjangan SIM Bisa Via Ponsel Mulai April 2021
Baca juga: BPS Benarkan Pernyataan Jokowi yang Sebut Pemerintah Tidak Impor Beras selama Tiga Tahun
Baca juga: Kisah Teja Saat Kilang Minyak Balongan Terbakar, Selamatkan Diri dan Anaknya Meski Kondisi Lumpuh
"Sangat penting sekali melakukan pencegahan pemikiran intoleransi dan eksklusivisme sejak dini melalui pendidikan kepada generasi muda."
"Generasi muda Indonesia harus diajar dan dilatih bahwa kita hidup di tengah masyarakat yang majemuk."
"Keberagaman adalah kekayaan yang harus kita jaga dan rawat bersama," kata Sahat.
Sahat juga mengingatkan pentingnya mengawasi penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui media sosial.
"Polisi tadi mengungkap bahwa pelaku belajar merakit bom melalui media sosial. Sebagian besar generasi muda kita adalah pengguna media sosial."
"Jadi tidak hanya pemerintah, masyarakat juga harus proaktif mengawasi media sosial, dan melaporkan ke pihak berwajib jika ditemukan adanya konten-konten di media sosial yang diduga bermuatan doktrin radikalisme, terorisme."
"Bahkan yang terkait dengan tata cara pembuatan bahan peledak ataupun aksi-aksi terorisme lainnya," pungkas Sahat.
Pelaku Belajar Rakit Bom dari Medsos
Sebelumnya diketahui, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Boy Rafli Amar mengungkap sejumlah fakta setelah terjadinya bom bunuh diri di depan Gereja Katedral pada Minggu (28/03/2021).
Boy mengatakan, kedua pelaku bom bunuh diri belajar merakit bom secara daring.
"Ada informasi ini juga berkaitan dengan online training di media sosial yang dikembangkan oleh mereka."
"Jadi mereka mengembangkan tata cara pembuatan bahan peledak," ujar Kepala BNPT Irjen Boy Rafli Amar di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (29/3/2021), dikutip dari Youtube Kompas TV.