Mendikbud Putuskan PTM di Sekolah Mulai Juli 2021, Satgas Covid-19 IDI Tak Setuju, Ini Alasannya
Mendikbud Nadiem Makarim putuskan pembelajaran tatap muka di sekolah dilaksanakan mulai Juli 2021, namun Satgas Covid-19 kurang setuju, ini alasannya
TRIBUNTERNATE.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan bahwa persiapan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah dimulai dari sekarang, meski rencana PTM baru akan digelar serentak pada bulan Juli 2021 mendatang.
"Untuk mencapai target tatap muka bulan Juli, sekolah harus melakukan tatap muka mulai dari sekarang," ujar Nadiem dikutip dari Kompas TV, Jumat (2/4/2021).
Nadiem menjelaskan bahwa PTM Terbatas berbeda dengan pembelajaran pada umumnya.
Bagi sekolah yang guru-gurunya telah divaksin, harus segera melakukan PTM yang bisa diselenggarakan dua hingga tiga kali dalam seminggu.
Syarat lain, baik murid, guru maupun civitas akademika harus menerapkan dan mematuhi segala peraturan protokol kesehatan.
"Sekolah harus menerapkan protokol kesehatan dan harus segera memenuhi prokes untuk segera melakukan tatap muka pembelajaran, bisa dua kali seminggu, tiga kali seminggu, nggak apa-apa," ujar Nadiem.

Baca juga: Survei SMRC Sebut 29 Persen Masyarakat Tak Mau Divaksin, Sebagian Besar Tingkat Pendidikannya Rendah
Baca juga: Nadiem Makarim Menghela Napas Ketika Pertanyaan Ini Diajukan Maudy Ayunda
Selain itu, syarat sekolah yang akan menyelenggarakan PTM, yakni guru-gurunya harus sudah melakukan vaksinasi.
Nadiem berharap, program vaksinasi guru, dosen, dan tenaga kependidikan ditargetkan bisa selesai di akhir Juni 2021.
"Jadi bukan di Juli mulai dibuka, tapi mulai hari ini. Jadi bagi guru dan tenaga kependidikan sudah divaksinasi, maka bisa belajar tatap muka," tegas dia.
Kebijakan ini tentunya mendapatkan banyak respons dari banyak pihak.
Dikutip dari tayangan live Kompas TV pada Jumat (2/4/2021), Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban merespon kebijakan uji coba PTM ini.
Menurut Zubairi, vaksinasi kepada guru dan tenaga pendidikan saja tidaklah cukup.
Jika risiko terjadinya penularan antar siswa di atas 10 persen dari total jumlah siswa keseluruhan, itu termasuk tingkat penularan yang tinggi.
Tingkat penularan tidak hanya di lingkup sekolah saja, melainkan juga dapat menyebar ke keluarga.
Zubairi juga menjelaskan tingkat penularan tidak hanya dapat berdampak ke guru.