Mahasiswa UNY Ciptakan Buku Saku Tepo Seliro Demi Memutus Fenomena Bullying di Lingkungan Pendidikan
Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ciptakan buku saku bertema tepo seliro untuk cegah perundungan atau bullying di lingkungan pendidikan.
TRIBUNTERNATE.COM - Perundungan atau bullying masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang baik.
Menjamurnya kasus perundungan di lingkungan sekolah sebenarnya bisa ditanggulangi dengan penguatan pendidikan karakter bagi peserta didik.
Sejalan dengan hal tersebut, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang buku saku yang berkaitan dengan budaya Jawa, yakni tepo seliro untuk mencegah perundungan.
Mahasiswa-mahasiswa tersebut adalah Daffa Fakhri Maulana, Awang Nakulanang, Yohana Suryana, Anis Samchati, dan Heri Cahyono.
Mereka merancang antiperundungan pocket book sebagai inovasi media pembelajaran pendidikan karakter berbasis kearifan lokal tepo seliro.
Menurut Daffa, mereka merancang buku saku ini karena merasakan proses pendidikan karakter di sekolah melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) masih belum maksimal.
Padahal, masyarakat Jawa dikenal memiliki kearifan lokal berupa sikap tepo seliro (tenggang rasa) yang identik dengan perilaku seperti empati, peduli, toleransi, dan gotong royong.
Baca juga: IDAI Belum Rekomendasikan Sekolah Tatap Muka Dimulai Juli 2021, Ini Alasannya
Baca juga: SKB Tiga Menteri Soal Seragam Sekolah Dibatalkan, Kemenag RI Hormati Putusan MA
Ia menuturkan, nilai-nilai dalam sikap tepo seliro memiliki arti penting bagi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.
Dalam konteks fenomena bullying, sikap tepo seliro merupakan karakter yang dapat dikembangkan untuk melawan fenomena perundungan tersebut.
“Apabila nilai-nilai karakter tersebut dapat dikembangkan dengan media pembelajaran pendidikan karakter, tentu saja hal ini dapat menjadi alternatif yang inovatif dalam rangka mencegah dan menekan angka kekerasan di sekolah yang termasuk dalam fenomena bullying,” katanya.
Awang Nakulanang menambahkan, buku saku ini dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan, di mana tengah marak terjadi fenomena perundungan, terutama oleh sesama peserta didik.
Media pembelajaran ini dikembangkan dengan berbagai literatur terkait untuk selanjutnya disusun menjadi pocket book yang inovatif dan aplikatif dalam kehidupan pergaulan di lingkungan sekolah.
“Antiperundungan Pocket Book dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar PPKn sebagai salah satu mata pelajaran yang diidentikan dengan pendidikan karakter di Indonesia,” ujar Awang.
Penerapannya dapat dengan memanfaatkan waktu literasi 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar.
Anis Samchati menjelaskan, buku saku ini dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan yang tengah marak terjadi fenomena perundungan terutama oleh sesama peserta didik.