Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Hampir Separuh dari Penyintas Covid-19 Alami Kerusakan Organ Tubuh Jangka Panjang, Seperti Apa?

Peneliti menemukan bahwa hampir separuh dari mereka yang sembuh dari Covid-19 (penyintas Covid-19) mengalami kerusakan organ tubuh jangka panjang.

Kompas.com
Ilustrasi Covid-19 - Peneliti menemukan bahwa hampir separuh dari mereka yang sembuh dari Covid-19 (penyintas Covid-19) mengalami kerusakan organ tubuh jangka panjang. 

TRIBUNTERNATE.COM - Sebuah penelitian terbaru melakukan pencatatan terhadap kesehatan pasien Covid-19 gelombang pertama yang telah sembuh pasca dirawat inap di rumah sakit.

Para peneliti menemukan bahwa hampir separuh dari mereka yang sembuh dari Covid-19 (penyintas Covid-19) mengalami kerusakan organ tubuh jangka panjang.

Pulih dari fase akut Covid-19 hanyalah awal dari cerita dari penyakit ini.

Covid-19 dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang pada organ jantung, otak, paru-paru, ginjal, dan kulit seseorang.

Selain itu, Covid-19 juga dapat menyebabkan sejumlah gejala penyakit yang bertahan lama, yang disebut sebagai "covid panjang".

Dilansir dari Medical News Today, sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa 45 persen pasien yang dirawat di rumah sakit karena Covid-19 masih mengalami masalah kesehatan terkait ketika mereka dipulangkan.

Penulis utama penelitian tersebut, Dr Alecia K Daunter, asisten profesor klinis di University of Michigan, di Ann Arbor, mengatakan, “Dokter dan tenaga kesehatan dalam fasilitas kesehatan bekerja dengan tepat agar pasien dapat segera dipulangkan.”

Baca juga: Kasus Covid-19 di Jawa Tengah Melonjak, Ganjar Pranowo: Salahkan Saya Saja, Saya yang Tidak Becus

Baca juga: WHO Setujui Izin Penggunaan Darurat untuk Vaksin Covid-19 Sinovac

Meski demikian, dia memberi sebuah catatan: “(Pasien) selamat (dari Covid-19), tetapi orang-orang tersebut meninggalkan rumah sakit dalam kondisi fisik yang lebih buruk daripada kondisi awal mereka."

Daunter menjelaskan mengapa hal ini sering terjadi selama tahap awal krisis pandemi.

Menurutnya, hal ini karena tenaga kesehatan kewalahan dengan banyaknya tugas yang harus diembannya.

“(Karena dokter dan rumah sakit) perlu menjaga pasien tetap aman sekaligus memaksimalkan kapasitas tempat tidur yang tersedia, serta meminimalkan paparan terhadap staf rumah sakit, saya pikir itu menyebabkan banyak orang tidak mendapatkan asesmen oleh perawat atau dokter secara maksimal.”

Penelitian terbaru yang dipimpin oleh Daunter tersebut dipublikasikan pada Jurnal Physical Medicine and Rehabilitation (PM&R).

Penulis penelitian tersebut menganalisis grafik medis dari 288 pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit di Michigan Medicine, antara Maret dan April 2020, selama gelombang pertama pandemi.

Dari 45 persen pasien Covid-19 yang kondisinya lebih buruk setelah dirawat di rumah sakit daripada sebelumnya, 40,6 persen di antaranya tidak diperiksa oleh dokter PM&R, terapis fisik, terapis okupasi, atau ahli patologi wicara dan bahasa sebelum dipulangkan.

Baca juga: Jelang Ulang Tahun ke-50, Fadli Zon Kabarkan Dirinya Positif Covid-19: Covid-19 Nyata Adanya

Baca juga: Vietnam Deteksi Mutasi Covid-19: Lebih Cepat Menular lewat Udara, Gabungan Varian Inggris dan India

Hal ini menunjukkan bahwa masalah pasca Covid-19 kurang dilaporkan, catat Daunter.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved