Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Menkes Budi Gunadi Ungkap Penyebab Lonjakan Kasus Covid-19 Klaster Keluarga, Ada 3 Faktor Utama

Menkes Budi Gunadi ungkap adanya tiga faktor utama yang menjadi penyebab tingginya klaster keluarga dalam lonjakan kasus Covid-19 pasca Lebaran.

ist
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin saat jumpa pers dengan media asing di Kantor Presiden, Rabu (2/9/2020). 

TRIBUNTERNATE.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkap sejumlah faktor utama yang menjadi penyebab tingginya klaster keluarga dalam lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia.

Faktor-faktor tersebut diungkap oleh Menkes Budi Gunadi berdasarkan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam rapat terbatas yang digelar pada Senin (14/6/2021).

Faktor utama yang disebutkan oleh Presiden itu berasal dari tiga aktivitas keluarga, yakni aktivitas mudik, aktivitas pariwisata, dan aktivitas makan.

"Presiden juga menyarankan bahwa banyak kluster keluarga yang terjadi, khususnya disebabkan oleh aktivitas mudik, aktivitas pariwisata seperti yang kemarin terjadi di Pangandaran, kemudian juga aktivitas makan," tutur Budi Gunadi Sadikin, dikutip dari keterangan persnya, Senin (14/6/2021).

Untuk itu, Presiden Jokowi menginstruksikan kepada jajarannya agar memperketat penerapan protokol kesehatan (prokes) di kalangan masyarakat.

Khususnya pada tiga aktivitas yang menjadi faktor utama melonjaknya kluster keluarga.

Baca juga: Bunga Citra Lestari Positif Covid-19, Doa dari Rekan Artis Mengalir, Ada Vidi Aldiano hingga Judika

Baca juga: Menkes Budi Gunadi Ungkap Ada Potensi Kenaikan Kasus Covid-19 Sebanyak 30-80 Persen Pasca Lebaran

"Sehingga beliau meminta agar ketiga aktivitas di mana ada kesempatan untuk membuka maskernya tinggi, ini benar-benar diperhatikan."

"Dan sekali lagi, implementasinya di lapangannya diperketat untuk kegiatan-kegiatan seperti liburan panjang, kegiatan-kegiatan pariwisata yang berkerumun dan juga kegiatan-kegiatan makan bersama, itu yang beliau tekankan," tegas Budi Gunadi.

Panduan dari Satgas Covid-19 untuk Cegah Penularan Klaster Keluarga

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, klaster keluarga menjadi salah satu klaster yang menyumbangkan angka cukup tinggi terkait dengan kasus Covid-19.

"Penyebab utamanya karena memang keluarga ini pasti agak sulit ya untuk menerapkan jaga jarak di dalam rumah. Jadi tentu akan lebih tinggi kemungkinannya tertular pada saat ada anggota keluarga yang terinfeksi," kata Dewi, sebagaimana diberitakan Kompas.com, Rabu (6/1/2021).

Dewi mengatakan, berdasarkan data yang telah dihimpun oleh Satgas Penanganan Covid-19, tingginya kasus penularan dari klaster keluarga salah satunya dapat dilihat di provinsi DKI Jakarta.

"Kurang lebih 40,1 persen dari total seluruh kasus yang ada berasal dari keluarga. Klaster keluarga ini saat ini jumlahnya sudah 5.252, ini dari 4 Juni sampai 8 November 2020, yang mengakibatkan total kasus 42.019 orang," kata Dewi.

Kemudian, berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Wisma Atlet, Dewi mengatakan bahwa sekitar 7 persen orang yang dikarantina di sana mengaku tidak pernah keluar rumah.

"Artinya apa? Kemungkinan besar mereka tertular dari anggota keluarga yang ada di rumah, atau mungkin orang yang berkunjung ke rumahnya. Kemungkinan besar berasal dari orang yang dekat dengan mereka," kata Dewi.

Klaster Keluarga Memiliki Karakteristik Berbeda

Dewi mengatakan, klaster keluarga memiliki risiko penularan 10 kali lipat lebih tinggi dibanding klaster-klaster lain, seperti klaster perkantoran dan pasar.

Menurutnya, faktor utama tingginya risiko penularan pada klaster keluarga adalah karena sulitnya menjaga jarak antar anggota keluarga pada saat berada di rumah.

Selain itu, pemakaian masker juga kemungkinan besar tidak akan optimal, karena saat berada di rumah masker cenderung tidak akan dipakai setiap waktu.

"Jadi memang klaster keluarga ini lebih didominasi karena nature atau karakteristik orang berinteraksi di dalam rumah memang lebih dekat," kata Dewi.

"Physical contact-nya sangat dekat, hal ini menyebabkan kesulitan untuk terjadinya pemutusan penularan pada saat dalam satu keluarga," imbuhnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Pemerintah Berlakukan PPKM Mikro Mulai 15 hingga 28 Juni 2021

Baca juga: Varian India Masuk Kudus, Ganjar Pranowo: Saya Butuh Dukungan Masyarakat, 5 Hari Semua di Rumah Saja

Cara Mencegah Terjadinya Klaster Keluarga

Dewi mengatakan, secara umum ada dua jalur penularan virus corona dalam klaster keluarga, yakni dari orang luar rumah yang datang berkunjung dan dari anggota keluarga yang harus keluar rumah untuk kepentingan tertentu, seperti bekerja atau berbelanja ke pasar.

"Salah satu hal yang harus di-highlight adalah ketika ada orang di luar rumah yang hadir, meskipun itu saudara atau teman, salah satu kuncinya adalah tetap menerapkan protokol 3M ketika kedatangan tamu," kata Dewi.

"Kemudian, ketika keluar rumah, beraktivitas di luar karena memang tidak bisa dihindari, ini juga harus dipastikan kita menerapkan protokol 3M dengan sangat ketat di mana pun berada," imbuhnya.

Dewi menambahkan, untuk mengurangi potensi kemunculan keluarga, masyarakat sebaiknya membatasi aktivitas di luar rumah hanya untuk hal-hal yang penting saja.

"Misalnya, kalau tidak perlu sekali, tidak usah menghadiri pernikahan yang jumlah tamunya banyak. Ketika kita datang orangnya sangat membeludak, lebih baik kita balik lagi," ujar Dewi.

"Enggak usah melanjutkan lagi untuk ada di sana. Karena risikonya jauh lebih tinggi, terutama kalau di rumah kita ada orang-orang yang berisiko, seperti orang tua yang usianya sudah lanjut atau mungkin yang punya penyakit komorbid," kata Dewi melanjutkan.

(TribunTernate.com/Ron)(Kompas.com/Jawahir Gustav Rizal)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved