Virus Corona
Penelitian di Brazil: Penyintas Covid-19 Dapat Terinfeksi Ulang oleh Varian Delta
Sebuah penelitian yang dilakukan di Brazil, menyatakan penyintas Covid-19 yang terinfeksi varian lain, dapat terinfeksi ulang oleh varian Delta.
TRIBUNTERNATE.COM - Sebuah penelitian yang dilakukan di Brazil, menyatakan penyintas Covid-19 yang terinfeksi varian lain, dapat terinfeksi ulang oleh varian Delta.
Penelitian yang diterbitkan oleh Oswaldo Cruz Foundation (Fiocruz) Brazil itu menyatakan bahwa antibodi orang yang sebelumnya terinfeksi oleh varian lain kurang ampuh melawan virus varian Delta ini.
Dikutip dari rilis yang dipublikasikan di laman resmi Fiocruz, penelitian tersebut mengobservasi individu yang sebelumnya terinfeksi oleh varian Gamma dan Beta.
Dalam kasus ini, antibodi yang telah dihasilkan sebelumnya oleh infeksi varian Gamma dan Beta, kemampuannya untuk menetralkan varian Delta sebelas kali lebih kecil.
Antibodi darah orang yang divaksinasi juga memiliki daya yang lebih kecil terhadap varian Delta ini, tetapi data menunjukkan bahwa vaksin masih cukup efektif melindungi dari varian ini.
“Berdasarkan hasil ini, tampaknya vaksin RNA dan vektor virus saat ini masih akan memberikan perlindungan terhadap garis keturunan B.1.617 (yang memiliki tiga sub-garis keturunan, termasuk varian Delta), meskipun peningkatan tingkat infeksi dapat terjadi karena akibat berkurangnya kemampuan netralisasi serum," ungkap para peneliti dalam publikasinya tersebut.
Penelitian ini dipublikasikan dalam Cell Journal yang dipimpin oleh Universitas Oxford, di Inggris.
Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi ilmiah yang hebat yang melibatkan 59 peneliti dari Inggris, Cina, Brasil, Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Thailand.
Di Brasil, para peneliti dari Laboratorium Virus Campak dan Pernafasan di Institut Oswaldo Cruz (IOC/Fiocruz), Laboratorium Ekologi Penyakit Menular di Amazon dari Institut Leônidas & Maria Deane Fiocruz Amazônia, dan Yayasan Pengawasan Kesehatan negara bagian Amazonas (FVS/AM) juga ikut ambil bagian dalam penelitian ini.
Baca juga: ECDC: Virus Corona Varian Delta Bisa Mencapai 90 Persen Kasus Covid-19 Baru di Uni Eropa
Baca juga: Covid-19 Varian Kappa Ditemukan di Jakarta, Menular dengan Sangat Cepat, Masyarakat Diminta Waspada
Baca juga: Gelombang Kedua Covid-19 di Indonesia Diperparah oleh Mobilitas Tinggi dan Varian Baru Corona
Baca juga: Curhat Sherina, Kesal Disebut Pansos karena Bagikan Info Covid-19 dan Edukasi Satwa Liar
Strain yang berbeda
Varian Delta adalah subtipe dari garis keturunan virus B.1.617, yang muncul di India pada Oktober 2020.
Pada Mei tahun ini, setelah dikaitkan dengan memburuknya pandemi di India dan di Inggris, strain tersebut dinyatakan sebagai varian menjadi perhatian (variant of concern) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut WHO, varian tersebut saat ini beredar di setidaknya 85 negara di dunia.
Seperti varian yang menjadi perhatian lainnya, varian Delta memiliki mutasi di bagian genom yang bertanggung jawab untuk memandu produksi protein lonjakan virus corona baru, yang disebut protein S.
Molekul ini, yang terletak di permukaan membran virus, membentuk mahkota virus, bertanggung jawab atas langkah pertama proses infeksi: adhesi virus ke sel.
