Positif Covid-19, Penarik Becak di Yogyakarta Meninggal Seorang Diri di Atas Becak Tanpa Pengobatan
Bilal (84) meninggal seorang diri di atas becaknya yang diparkir di Jalan Magangan Kulon di Kalurahan Patehan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta.
TRIBUNTERNATE.COM - Jumlah masyarakat di Indonesia yang meninggal dunia akibat virus corona masih tinggi, bahkan pada Jumat (23/7/2021) sempat mencapai angka 1.500.
Kabar kematian masih terus bersliweran entah itu di dunia nyata maupun dunia maya.
Bahkan, tak sedikit public figure yang harus gugur karena terinfeksi Covid-19 dengan sejumlah penyakit penyerta (komorbid).
Tak hanya kalangan masyarakat menengah ke atas, ada banyak masyarakat menengah ke bawah yang juga terkena imbas pandemi Covid-19.
Bahkan, nasib mereka jauh lebih tidak beruntung daripada kalangan menengah ke atas yang masih mampu membayar biaya perawatan.
Baca juga: Kasus Kematian Harian akibat Covid-19 di Indonesia Hari Ini Jadi yang Tertinggi di Dunia
Baca juga: Analisis Pakar Soal Kasus Kematian Covid-19 Pecah Rekor Tertinggi, Padahal Jumlah Kasus Baru Menurun
Salah satu contoh masyarakat bawah yang tidak beruntung tersebut ada di Yogyakarta.
Seorang warga yang sehari-hari berprofesi sebagai penarik becak harus rela meregang nyawa di atas becaknya.
Ia adalah Bilal, penarik becak berusia 84 tahun.

Bilal meninggal seorang diri di atas becaknya yang diparkir di Jalan Magangan Kulon di Kalurahan Patehan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta pada Senin (19/7/2021).
Ia mengembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 18.15 WIB.
Kematian Bilal ini pun dilaporkan kepada RT serta Babinkamtibmas Polsek Kraton agar dilakukan uji swab antigen post mortem pada almarhum.
Usai menjalani tes, diketahui bahwa Bilal terindikasi mengidap Covid-19.
Nyawanya tidak tertolong karena tidak ada yang tahu bahwa dirinya adalah pasien positif Covid-19.
Sehari-hari, Bilal bekerja sebagai tukang becak. Hidupnya ia habiskan di atas becak berwarna merah miliknya.
Entah berapa uang yang ia dapatkan setiap hari, namun di akhir menjelang hayatnya, Bilal tak sanggup untuk berobat.
“Jadi, almarhum ini diketahui sudah sakit di atas becak beberapa hari sebelumnya.”
“Warga sudah berinisiatif memberikan makan, merawat sebisanya,” ungkap Lurah Patehan, Handani BS kepada Tribun Jogja, Sabtu (24/7/2021).
Bagi masyarakat Patehan, Bilal sudah seperti keluarga sendiri.
Ia sudah menjadi penarik becak hampir selama 50 tahun yang mangkal di daerah Magangan Kulon itu.
Almarhum Bilal meninggal dalam sunyi.
Anak semata wayangnya pun tidak menengoknya, karena ada masalah keluarga dan hubungan yang tidak baik.
Anak tunggal Bilal itu tidak tinggal di Patehan, melainkan di Sewon, Bantul.
Baca juga: Kasus Kematian Covid-19 Naik, Bagaimana Nasib PPKM Level 4, Diperpanjang atau Dilonggarkan?
Kematian Bilal justru diketahui pertama kali oleh seorang warga bernama Dimas (18).
Dimas yang adalah seorang pelajar itu menemukan Bilal meringkuk di becak dengan mata tertutup dan tidak bergerak.
Ketika dipegang, Bilal seperti tidak ada tanda kehidupan, apalagi bereaksi.
Dimas pun lalu segera memberitahu Ketua RT tentang kejadian tersebut.
Kemudian, Suryantoro (48) yang menjadi saksi kedua tidak menampik Bilal memang sudah sakit-sakitan sejak beberapa hari lalu.
Terakhir dia menengok Bilal sekitar pukul 14.30 WIB di hari yang sama.
Saat itu, nafasnya tersengal-sengal, memungkinkan ada yang salah dengan paru-parunya.
“Para warga ini sudah menghubungi putri almarhum. Namun, dia tak kunjung datang juga,” beber Handani.
Bilal memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Patehan, Kraton, Yogyakarta.
Akan tetapi, dia tidak memiliki rumah tinggal di wilayah tersebut. (Ard)
Artikel ini telah tayang di TribunJogja dengan judul Tak Mampu Berobat, Penarik Becak yang Positif Covid-19 di Kota Yogyakarta Ini Meninggal di Becaknya