Jokowi Minta Menkes Turunkan Harga Tes PCR Covid-19 hingga Setengahnya, Jadi Berapa?
Harga tes PCR di Indonesia diketahui lebih mahal daripada negara lain, Jokowi minta Menkes turunkan harga tes PCR dan percepat hasilnya.
TRIBUNTERNATE.COM - Mahalnya biaya tes polymerase chain reaction (PCR) di Indonesia baru-baru ini menjadi perbincangan di kalangan ahli dan juga masyarakat awam.
Diketahui, biaya tes PCR di India jauh lebih murah daripada biaya tes PCR di Indonesia.
Menurut penuturan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Prof Tjandra Yoga Aditama, biaya tes PCR di India pada November 2020 lalu adalah 1200 rupee atau setara dengan Rp240 ribu.
Namun, pada awal Agustus 2021, pemerintah kota New Delhi kembali menurunkan patokan biaya tes PCR menjadi 500 rupee atau Rp100 ribu saja.
Tarif tersebut memiliki perbedaan yang sangat jauh jika dibandingkan dengan biaya tes PCR di Indonesia yang masih berada di kisaran Rp800 ribu hingga Rp1 juta.
Menanggapi hal tersebut, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) meminta agar harga tes PCR untuk mendeteksi Covid-19 diturunkan.

Baca juga: Bertemu Jokowi dan Dapat Bonus Rp5 Miliar, Greysia/Apriyani: Kami Sangat Bangga
Baca juga: Komplotan Pemalsu Surat Hasil Tes Antigen dan PCR Diringkus Polisi, Pelaku Catut Logo Rumah Sakit
Hal tersebut, menurut Jokowi, perlu dilakukan untuk memperbanyak jumlah testing Covid-19 di Indonesia.
"Salah satu cara untuk memperbanyak testing adalah dengan menurunkan harga tes PCR," ucap Presiden Jokowi, dikutip dari keterangan persnya di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (15/8/2021).
Jokowi menyatakan bahwa dirinya telah meminta kepada Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin agar biaya tes PCR diturunkan.
Presiden meminta agar biaya tes PCR yang sebelumnya berkisar antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta, turun menjadi sekitar Rp450 ribu hingga Rp550 ribu.
"Saya sudah berbicara dengan menteri kesehatan mengenai hal ini."
"Saya minta agar biaya tes PCR ini berada di kisaran antara 450 ribu rupiah sampai 550 ribu rupiah," tegas Jokowi.
Tak berhenti sampai di situ, Jokowi juga meminta agar hasil tes PCR bisa diketahui lebih cepat, yakni dalam waktu 1x24 jam.
"Selain itu juga saya minta agar tes PCR bisa diketahui hasilnya dalam waktu maksimal satu kali dua puluh empat jam. Kita butuh kecepatan," pungkas Jokowi.
Video selengkapnya:
Tes Swab PCR di Indonesia Lebih Mahal Ketimbang Negara Lain, Guru Besar FKUI: Itu Perlu Diselidiki
Guru Besar FK UI, Prof Tjandra Yoga Aditama, menanggapi mahalnya biaya tes PCR di Indonesia, jika dibandingkan dengan negara lain.
Mahalnya biaya tes PCR di Tanah Air pun menimbulkan berbagai pertanyaan.
Tjandra yang juga merupakan eks Direktur WHO Asia Tenggara, meminta adanya penelusuran mendalam mengenai tingginya biaya tes PCR di Indonesia.
Selain itu, Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut, jika harga tes PCR lebih murah di Indonesia, maka akan lebih mudah untuk mengendalikan penularan virus covid-19.
"Kalau harga tes lebih murah maka jumlah tes di negara kita juga dapat lebih banyak sehingga lebih mudah mengendalikan penularan di masyarakat," ujar Tjandra kepada Tribun, Sabtu (14/8/2021).
Tentu, kata Prof Tjandra, perlu analisa dan penelusuran yang mendalam mengapa biaya tes PCR di Tanah Air begitu mahal.
Bagaimana India bisa menetapkan biaya yang murah untuk tes PCR?
Pengalaman Tjandra sewaktu menjabat Direktur WHO Asia Tenggara dan berkantor di New Delhi, biayanya tes PCR 2400 rupee, atau Rp 480.000. Waktu itu tarif tes PCR di Indonesia masih sekitar lebih dari 1 juta rupiah.
Pada November 2020 pemerintah kota New Delhi menetapkan harga baru yang jauh lebih rendah lagi, hanya 1200 rupee atau Rp 240.000, turun separuhnya dari yang saya bayar di bulan September 2020.
Lalu, turun lagi harga tarif PCR menjadi 800 rupee saja (Rp 160.000) untuk pemeriksaan di laboratorium dan RS swasta.
Selanjutnya, pada awal Agustus 2021 ini pemerintah kota New Delhi menurunkan lagi patokan tarifnya, menjadi 500 rupee, atau Rp 100 ribu saja.
Baca juga: 6 Vaksin Covid-19 Sudah Mendapat Izin Penggunaan Darurat dari BPOM, Apa Saja?
Baca juga: Ditanya Netizen soal Bayar Sertifikat Vaksin Tanpa Disuntik, Ini Jawaban Anies Baswedan
Kalau pemeriksaannya dilakukan di rumah klien, maka tarifnya adalah 700 rupee, atau Rp 140 ribu rupiah.
Sementara itu, tarif pemeriksaan rapid antigen adalah 300 rupee atau Rp 60 ribu rupiah.
Pemerintah kota New Delhi juga meminta agar laboratorium swasta di kota itu dapat menyelesaikan pemeriksaan dan memberi tahu hasilnya ke klien dalam satu kali 24 jam.
Termasuk juga melaporkannya ke portal pemerintah yang dikelola oleh Indian Council of Medical Research (ICMR).
Sehingga, datanya segera dikompilasi di tingkat nasional, mencegah keterlambatan pelaporan, dan ini menjadi inisiatif yang bagus.
"Tentang perbandingan harga tes PCR dengan India, sebenarnya bukan hal yang baru," kata Tjandra.
Tjandra juga menceritakan berdasarkan penuturan seorang temannya dari India mungkin ada subsidi dari pemerintah setempat, sesuatu yang nampaknya barangkali saja terjadi sebagai bagian penanggulangan pandemi.
"Juga mungkin karena ada fasilitas keringanan pajak, yang saya tidak punya informasi yang pasti tentang hal itu."
"Banyak juga dibicarakan tentang lebih murahnya bahan baku untuk industri. Juga mungkin ketersediaan tenaga kerja yang besar jumlahnya," ujar Tjandra.
Semua kemungkinan tersebut, kata Tjandra, perlu dianalisa lebih lanjut.
Namun, yang jelas, selain tarif PCR maka harga obat-obatan di India juga amat murah bila dibandingkan dengan Indonesia.
"Pada waktu saya 5 tahun bertugas di WHO Asia Tenggara yang berkantor di New Delhi India maka setiap kali pulang ke Jakarta dirinya selalu membawa titipan obat-obat dari teman-teman di Indonesia untuk konsumsi sehari-hari mereka," ujarnya.
(TribunTernate.com/Ron)(Tribunnews.com/Willy Widianto)