Apa Itu Childfree? Mengapa Seseorang Memilih untuk Childfree? Berikut Alasan dan Penjelasannya
Pernyataan YouTuber Gita Savitri yang enggan memiliki anak ramai dibicarakan, lalu apa itu Childfree dan apa alasan orang memilih tidak punya anak?
TRIBUNTERNATE.COM - Belakangan, pembicaraan mengenai childfree ramai dibahas oleh warganet di media sosial.
Hal tersebut mencuat sejak YouTuber Gita Savitri Devi secara lugas menyatakan pilihannya untuk childfree atau menjalani kehidupan tanpa adanya anak.
Gita Savitri sendiri adalah YouTuber berkebangsaan Indonesia yang tinggal di Jerman sejak tahun 2009.
Saat ini, ia telah berumah tangga setelah menikah dengan Paulus Andreas Partohap pada Agustus 2018.
Beberapa waktu lalu, melalui sebuah unggahan di Instagram, Gita Savitri menjawab sebuah pertanyaan dari warganet.
Dalam unggahan tersebut, Gita juga menegaskan tentang pilihannya untuk childfree.
"IMO (in my opinion) lebih gampang ga punya anak dari pada punya anak.”
"Karena banyak banget hal preventif yang bisa dilakukan untuk tidak punya," tulis Gita di Instagram Storynya.
Pernyataan tersebut sontak menjadi sorotan dan menuai pro-kontra di berbagai kalangan.
Lalu, apa itu sebenarnya childfree yang dipilih oleh Gita Savitri?
Dilansir Tribunnews dari Dictionary Cambridge, childfree adalah istilah yang digunakan untuk merujuk orang yang memilih tidak memiliki anak atau situasi tanpa anak.
Dalam wawancara yang dilakukan seorang profesor sosiologi di University of Maine, Amy Blackstone, terhadap 21 wanita dan 10 pria, ini alasan sejumlah orang memilih childfree, dikutip dari USA Today:
Baca juga: Ustaz Zacky Mirza Pernah Divonis Hidup Tinggal 3,5 Tahun karena Mengidap Polisitemia Vera, Apa Itu?
Baca juga: Fenomena Tripel Konjungsi Bulan, Jupiter dan Saturnus Dapat Disaksikan Malam Ini, Apa Itu?
1. Merupakan keputusan yang diambil secara sadar, bukan kebetulan
Mayoritas orang yang diwawancarai mengatakan childfree merupakan keputusan yang diambil secara sadar.
"Orang-orang yang memutuskan untuk childfree dapat dikatakan lebih bijaksana. Hal ini diputuskan secara sengaja," kata seorang peserta wawancara pria.
"Kebanyakan orang yang memiliki anak bahkan tidak berpikir soal childfree," tambah seorang peserta wanita.
2. Keputusan diambil dari waktu ke waktu, bukan karena satu peristiwa
Peserta wawancara menggambarkan childfree sebagai "keputusan bekerja", yang dipengaruhi pengalaman masa kecil, sikap pribadi, percakapan dengan pasangan, dan mengamati orang yang memiliki anak.
3. "Aku selalu merasa seperti ini, tidak tertarik memiliki anak"
Di sisi lain, beberapa peserta wawancara selalu tahu bahwa punya anak bukan sesuatu yang mereka inginkan.
4. Tidak suka bagaimana kehidupan berubah saat memiliki anak
Banyak peserta wawancara secara cermat mengamati kehidupan orang lain di sekitar mereka yang telah menjadi orang tua. Mereka tidak menyukai apa yang mereka lihat.
"Saat teman-temanku mulai punya anak, itu membuatku berpikir, 'Oh, aku rasa ini bukan hal yang tepat untukku'."
"Karena, bahkan jika aku menginginkan anak, begitu mereka punya anak dan kehilangan kebebasan serta individualitas mereka, itu benar-benar masalah penting bagiku."
"Itu tidak terlihat seperti hal-hal keluarga yang menyenangkan dan bahagia yang kamu pikirkan saat kamu masih muda," beber seorang peserta wanita.
"Banyak orang yang memiliki anak-anak tidak terlihat bahagia, mayoritas pasti stres."
"Ada sesuatu mengenai 'punya anak' yang tidak membuatku tertarik menjalani gaya hidup seperti itu," imbuh yang lain.
5. Ingin dekat dengan pasangan
Bagi sebagian orang, keputusan childfree sangat mirip dengan motivasi banyak orang tua untuk punya anak, yakni keinginan memiliki hubungan yang kuat dalam hidup mereka.
Dalam kasus orang tua, hubungan yang dimaksud adalah mengasuh anak.
Namun, bagi mereka yang memilih childfree, mereka ingin mempererat dan memfokuskan cinta pada pasangan.
6. Memiliki anak akan membatasi keinginan dalam hidup
Alasan ini lebih umum terjadi di kalangan pria.
Mereka benar-benar mempertimbangkan bagaimana mengasuh anak akan berdampak pada kehidupan dan apa yang harus mereka korbankan jika memiliki buah hati.
Pada umumnya, laki-laki cenderung mempertimbangkan dirinya sendiri dalam mengambil keputusan.
Prosesnya pun bersifat internal, personal, dan individual.
Di sisi lain, wanita akan memikirkan orang lain dan cenderung membuat keputusan yang dibuat bersama dengan pasangannya.
7. Childfree adalah keputusan yang bertanggung jawab
Wanita khususnya berpikir tentang bagaimana memiliki anak akan berdampak pada lingkungan, konsumsi berlebihan, dan populasi berlebih.
Mereka mempertimbangkan apakah adil untuk melahirkan seorang anak ke dunia.
"Aku berkemah selama akhir pekan dan melihat sampah yang ditinggalkan orang-orang bersama anak mereka."
"Sampah menumpuk setelah mereka meninggalkan tempat perkemahan. Aku memikirkan hal-hal seperti tingkat populasi yang masih bisa diterima," kata seorang wanita.
"Aku benar-benar berpikir bahwa dunia sedang menentang anak saat ini."
"Sekarang, dalam struktur sosial kita saat ini, memiliki anak tidak akan menjadi hal yang baik."
"(Ke depannya) kami tidak bisa membesarkan mereka secara baik dan sehat," tambah yang lain.
Mengutip laman resmi Universitas Sebelas Maret (UNS), alasan lain seseorang memutuskan childfree biasanya terkait masalah personal, finansial, latar belakang keluarga, kekhawatiran akan tumbuh kembang anak, isu atau permasalahan lingkungan, hingga alasan terkait emosional atau insting keibuan.
Baca juga: Media Asing Soroti Meningkatnya Jumlah Anak Yatim Piatu akibat Covid-19 di Indonesia
Baca juga: Kisah Vino, Anak Usia 10 Tahun Isolasi Mandiri Sendirian, Ayah Ibu Meninggal Dunia Terpapar Covid-19
Childfree Menurut Psikolog
Masih mengutip laman resmi UNS, keputusan childfree perlu diambil oleh pasangan dengan melibatkan keluarga besar.
Hal ini disampaikan Psikolog Sosial dari Fakultas Kedokteran UNS, Dr Tri Rejeki Andayani.
Tri mengatakan, pernikahan pada prinsipnya juga melibatkan dua keluarga besar.
Karena itu, keputusan untuk childfree sebaiknya disampaikan pada orang tua masing-masing.
“Sebab, orang tua dari pasangan suami istri itu tentu memiliki harapan pada pernikahan anak-anaknya. Salah satunya harapan untuk memiliki cucu yang meneruskan keturunannya,” jelasnya, Kamis (1/7/2021).
Jika keputusan itu tidak bisa diterima, tentu akan menjadi tekanan sosial bagi pasangan.
Tetapi, apabila diterima, maka pasangan akan lebih mudah menghadapi tekanan sosial dari masyarakat di luar keluarga.
Tri melanjutkan, rasa heran dan kaget akan menjadi respons dominan saat seseorang menemui fenomena childfree.
Hal ini tidak terlepas dari perspektif budaya kolektif kita, dimana kultur masyarakat menuntut atau mengharapkan seseorang yang masuk usia dewasa untuk menikah dan memiliki anak.
Satu di antara alasan seseorang memilih childfree adalah karena adanya rasa ketidakyakinan akan kemampuan dalam merawat dan mengasuh anak.
Hal tersebut, ujar Tri, bisa disiasati dengan pentingnya membangun parenting self-efficasy pada pasangan di masa persiapan menikah.
“Sehingga calon ayah atau ibu memiliki keyakinan diri terhadap kompetensinya dalam merawat dan memberikan pengasuhan pada anak yang secara positif."
"Hal ini akan berpengaruh pada perilaku pengasuhannya dan menunjang tumbuh kembang anak secara optimal,” pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Apa Itu Childfree? Ramai Dibicarakan setelah Gita Savitri Bahas Pilihannya Tak Punya Anak