Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

FDA akan Berikan Otorisasi Suntikan Booster Setengah Dosis untuk Penerima Vaksin Moderna 2 Dosis

Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) condong ke arah memberikan otorisasi setengah dosis vaksin Covid-19 Moderna sebagai suntikan booster.

AFP
Ilustrasi vaksin Covid-19 Moderna - Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) condong ke arah memberikan otorisasi setengah dosis vaksin Covid-19 Moderna sebagai suntikan booster. 

TRIBUNTERNATE.COM - Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS (FDA) condong ke arah memberikan otorisasi setengah dosis vaksin Covid-19 Moderna sebagai suntikan booster.

Suntikan booster setengah dosis ini diberikan kepada orang-orang yang menerima vaksin Moderna dosis 1 dan 2.

Kebijakan ini dilakukan sebagai tanggapan atas pengajuan izin Moderna untuk pemberian suntikan booster kepada para penerimanya.

Moderna mengajukan izin pemberikan suntikan booster karena pihaknya telah melakukan uji coba, yang hasilnya mengatakan bahwa antibodi vaksin produksinya menurun seiring waktu.

FDA telah meneliti informasi tentang efektivitas dosis ketiga dosis penuh dari vaksin Moderna.

Namun, kini FDA mempertimbangkan suntikan booster setengah dosis dari yang diusulkan Moderna.

Dikutip dari Reuters, vaksin Covid-19 Moderna dosis penuh mengandung 100 mikrogram mRNA dalam setiap suntikan.

Pengajuan perusahaan kepada FDA untuk mengesahkan booster setengah dosis akan memungkinkan Moderna memproduksi vaksin dalam jumlah yang lebih banyak.

Baca juga: Benarkah Suntikan Booster Dapat Hentikan Penyebaran Varian Delta? Ini Kata Pfizer dan Moderna

Baca juga: Sama-sama Gunakan mRNA, Mengapa Perlindungan Moderna Lebih Tinggi & Tahan Lama Dibanding Pfizer?

Perlindungan vaksin Moderna menurun seiring waktu

Data baru dari uji coba skala besar vaksin Covid-19 Moderna menunjukkan bahwa perlindungan yang ditawarkannya menurun dari waktu ke waktu, sehingga memerlukan suntikan booster.

Hal ini diungkapkan oleh perwakilan perusahaan itu dalam rilis berita pada hari Rabu (15/9/2021).

Beberapa penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa vaksin Moderna mungkin memiliki keunggulan dibandingkan vaksin serupa dari Pfizer/BioNTech dalam hal mempertahankan efikasi dari waktu ke waktu.

Para ahli mengatakan perbedaan itu kemungkinan karena dosis RNA messenger (mRNA) Moderna yang lebih tinggi dan interval yang sedikit lebih lama antara suntikan pertama dan kedua.

Kedua vaksin tersebut terbukti sangat efektif dalam mencegah Covid-19 dalam studi Fase III skala besar.

Namun, meskipun telah terbukti dangat efektif, perlindungan antibodi yang diberikan oleh vaksin Moderna menurun dari waktu ke waktu.

Dalam rilis tersebut dikatakan bahwa tingkat infeksi di antara orang yang divaksinasi sekitar 13 bulan lalu lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang divaksinasi sekitar delapan bulan lalu.

Moderna ajukan otorisasi suntikan booster

Melansir dari The Strait Times, pada 1 September lalu, Moderna telah mengajukan permohonannya ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS untuk meminta otorisasi suntikan booster.

Vaksin Covid-19 Moderna.
Vaksin Covid-19 Moderna. (Oasissamuel/Dreamstime via openaccessgovernment.org)

Dokumen briefing dari analisis FDA tentang aplikasi booster Pfizer, menunjukkan bahwa masalah utama yang akan dipertimbangkan oleh badan tersebut adalah apakah perlindungan vaksin benar-benar berkurang.

Data vaksin Moderna yang sebelumnya telah menunjukkan perlindungan yang tahan lama, sehingga akan membuat permohonan otorisasi suntikan booster lebih menantang.

Dalam analisis baru, Moderna membandingkan kinerja vaksin di lebih dari 14.000 sukarelawan yang divaksinasi antara Juli dan Oktober 2020.

Data tersebut dibandingkan dengan sekitar 11.000 sukarelawan yang menerima suntikan antara Desember 2020 dan Maret 2022 setelah otorisasi penggunaan darurat AS.

Moderna mengidentifikasi 88 kasus Covid-19 di antara sukarelawan yang mendapat dua dosis suntikan baru-baru ini.

Moderna juga menemukan ada 162 kasus di antara sukarelawan yang divaksinasi tahun lalu.

Namun, secara keseluruhan, hanya 19 kasus yang dianggap mengalami gejala parah.

Baca juga: YouTube akan Blokir Semua Konten yang Menayangkan tentang Hoaks Vaksin dan Anti-Vaksin

Baca juga: Ibu Hamil yang Disuntik dengan Vaksin yang Gunakan Metode mRNA Bisa Salurkan Antibodi ke Bayinya

Gejala parah merupakan tolok ukur utama dalam menilai perlindungan yang memudar.

Moderna mengatakan, ada kecenderungan tingkat kasus parah yang lebih rendah di antara sukarelawan yang baru saja divaksinasi, meskipun temuan itu tidak signifikan secara statistik.

Moderna mengatakan kekebalan yang memudar terlihat dalam analisis baru tersebut, menambah bukti bahwa suntikan booster diperlukan.

Selain itu, Moderna juga menyoroti dua penelitian yang menunjukkan perlindungan jangka panjang terhadap Covid-19 gejala berat.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan dengan Kaiser Permanente Southern California ketika varian Delta yang sangat menular beredar, para peneliti menemukan vaksin Moderna 87 persen efektif mencegah diagnosis Covid-19, dan 96 persen efektif mencegah gejala berat.

Moderna telah menganalisis data lebih dari 352.000 orang yang mendapat dua dosis vaksin Moderna dibandingkan dengan jumlah yang sama dari individu yang tidak divaksinasi dengan usia dan faktor risiko yang sama.

Moderna juga menyoroti sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) yang melihat data dari lebih dari 32.000 pasien yang datang ke pusat perawatan darurat, ruang gawat darurat dan rumah sakit di sembilan negara bagian atau kota besar di AS.

Hasilnya, ditemukan bahwa vaksin Moderna 95 persen efektif dalam mencegah gejala berat di antara individu dari segala usia.

Sedangkan untuk untuk vaksin Pfizer/BioNTech sebesar 80 persen, dan 60 persen untuk vaksin dari Johnson & Johnson.

(TribunTernate.com/Qonitah)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved