Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Evergrande Gagal Bayar Utang Rp4.290 Triliun, Ini Kata Pemain Properti Soal Imbasnya di Indonesia

Meski ada perbaikan pertumbuhan ekonomi Tanah Air, kasus Evergrande disebut-sebut dapat menimbulkan pengaruh terhadap sektor properti di Indonesia.

Fox Business
Raksasa properti asal China, Evergrande Group 

Porsi alokasi kredit perbankan ke sektor properti dan turunannya pun terlihat masih sehat.

Institusi keuangan dan bank sebagai sumber dana utama dinilai masih memiliki cukup banyak ruang untuk membantu berkembangnya sektor properti.

“Angka kredit properti di Indonesia masih dapat tumbuh hingga mencapai angka 20-22 persen”, ujar Willson.

Ia menambahkan populasi Indonesia yang besar juga mendukung ketahanan dan perkembangan sektor properti.

Dukungan pihak asing juga dinilai penting sebagai pendukung tumbuhnya pasar properti nasional.

Adanya permintaan yang datang dari sisi eksternal atau dari warga negara asing dapat menjadi pendongkrak sektor properti di Indonesia.

Hal ini juga dinilai sebagai salah satu solusi dapat tercapainya keseimbangan antara angka pasokan dan permintaan properti.

Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida meyakini, efek langsung terhadap industri properti di Indonesia tidak akan banyak.

Totok lebih mewaspadai efek domino dari krisis Evergrande terhadap ekonomi China, bahkan global, yang pada gilirannya bisa berdampak pada ekonomi Indonesia.

Jika efek domino terjadi, sektor properti pasti akan turut tertampar.

"Kalau kita bicara pengaruh, pasti ada, tapi semoga tidak banyak dari efek dominonya. Kalau di China krisis ini tidak ditangani dengan tepat, ekonomi terdampak, pembelian barang-barang ekspor dari Indonesia akan berkurang, otomatis mempengaruhi ekonomi Indonesia," kata Totok saat dihubungi Kontan.

Namun, dia memperkirakan, efek domino dari Evergrande ini tidak akan sebesar seperti yang terjadi saat krisis Lehman Brothers pada tahun 2008.

Selain dari segi nilai utang yang berbeda, bisnis Evergrande yang dominan di sektor properti lebih memiliki aset yang bernilai. Berbeda dengan Lehman Brothers yang hanya bermodalkan surat utang.

Selain itu, penanganan krisis di Amerika Serikat (AS) dan China diprediksi tak akan sama.

Berbeda dari paham ekonomi pasar bebas ala AS, Totok meyakini kebijakan sosialis dari China akan lebih melakukan proteksi. Menurutnya, kebijakan penyelamatan krisis dari pemerintah China akan menjadi penentu

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved