Yayasan Bill Gates Sumbang Dana RRp57,5 Miliar untuk Atasi Kekurangan Jarum Suntik Vaksin Covid
Yayasannya menyumbang Rp57,5 miliar untuk membantu produsen Revital Healthcare Kenya memproduksi jarum suntik lebih dari tiga kali lipat dari biasanya
TRIBUNTERNATE.COM - Yayasan Bill dan Melinda Gates sedang turut berupaya untuk mengatasi kekurangan jarum suntik besar-besaran untuk digunakan menyuntik vaksin Covid-19.
Yayasannya menyumbang 4 juta dolar AS (Rp57,5 miliar) untuk membantu produsen Revital Healthcare Kenya untuk memproduksi jarum suntik lebih dari tiga kali lipat dari biasanya.
Kekurangan jarum suntik dan persediaan lainnya mengancam akan mempersulit penyuntikan vaksin Covid-19 disaat pengiriman ke negara-negara berpenghasilan rendah mulai meningkat setelah berbulan-bulan tertunda.
Kurangnya dana, transportasi dan pelatihan juga merupakan salah satu tantangan pengiriman yang dapat memperlambat distribusi.
Mempersempit kesenjangan yang mencolok dalam akses ke vaksin Covid-19 tetap menjadi perhatian utama, terutama di Afrika, di mana hanya 6 persen dari populasi yang divaksinasi sepenuhnya.
Covax, program yang didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendistribusikan vaksin Covid-19 ke selurh penjuru dunia terutama negara dunia ketiga, telah gagal mencapai targetnya tahun ini.
Baca juga: WHO Izinkan Penggunaan Darurat Vaksin Covid-19 Covaxin Buatan India
Baca juga: Butuh Waktu Teliti Risiko Efek Samping Miokarditis, FDA Tunda Penggunaan Vaksin Moderna untuk Remaja

"Sulit untuk merencanakan banyak vaksin ketika Anda berada di tengah kekurangan vaksin, tetapi itu akan berubah, dan penting bagi kita untuk juga berubah," Dr Orin Levine, direktur program pengiriman global Gates Foundation, mengatakan dalam sebuah wawancara seperti dikutip dari The Strait Times.
Negara-negara seperti Kenya, Rwanda dan Afrika Selatan sudah menghadapi keterlambatan dalam mendapatkan jarum suntik.
Empat lainnya, termasuk Djibouti dan Republik Demokratik Kongo, telah hanya bisa memberikan kurang dari setengah dari vaksin yang telah mereka terima karena kekurangan jarum suntik.
Menurut keterangan Surabhi Rajaram, seorang staf di program Gates, dalam hal jarum suntik, pembatasan ekspor dan kenaikan biaya pengiriman menghambat upaya untuk memenuhi permintaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
India dan China menyumbang sebagian besar pembuatan jarum suntik vaksin nonaktif otomatis, yang mengunci secara otomatis untuk mencegah penggunaan kembali.
Baca juga: Susul Sinovac, Vaksin Covid-19 Sinopharm Kini juga Diakui di Australia
Baca juga: CDC: Antibodi Penyintas Covid-19 Lebih Lemah Dibandingkan Antibodi yang Dihasilkan oleh Vaksin
Meskipun Unicef memiliki pesanan tiga kali lipat, langkah lebih lanjut diperlukan. Program kesehatan anak PBB memperkirakan potensi kekurangan sebanyak 2,2 miliar jarum suntik untuk vaksin Covid-19 dan imunisasi rutin pada 2022.
"Pasti ada kekurangan yang mungkin terwujud selama tahun depan," kata Rajaram.
Tantangan lain adalah bahwa seluruh dunia diatur untuk memberikan vaksinasi menggunakan jarum suntik 0,5ml.
Namun, vaksin Pfizer-BioNTech membutuhkan jarum suntik 0,3ml yang persediaannya sedikit.
Gates Foundation dan lainnya telah berusaha untuk beralih ke pembuatan jarum suntik tersebut tanpa mengganggu pasokan yang lain.
Dana tersebut akan memungkinkan Revital Healthcare Kenya untuk meningkatkan produksi jarum suntik ke tingkat yang cukup untuk menutupi lebih dari setengah kebutuhan imunisasi rutin di Afrika.
(TribunTernate.com/Qonitah)