Menkes Tegaskan Vaksin Covid-19 Masih Efektif Atasi Varian Delta dan Turunannya: Kekebalan Cukup
"InsyaAllah harusnya kekebalan yang sudah terbentuk di masyarakat kita masih cukup untuk bisa menanggulangi penyebaran ini," kata Menkes Budi Gunadi.
TRIBUNTERNATE.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa varian delta plus atau varian AY.4.2 belum terdeteksi di Indonesia.
Sebelumnya, subvarian delta AY.4.2 yang lebih dikenal dengan nama varian delta plus ini dikabarkan telah menyebar di Inggris sejak Oktober lalu.
Belakangan, diketahui varian delta plus juga telah menyebar di sejumlah negara termasuk negara tetangga Singapura.
Namun hingga November 2021, Menkes menegaskan bahwa varian tersebut belum terdeteksi di Tanah Air.
Budi Gunadi mengatakan bahwa sejumlah subvarian delta sudah terdeteksi di Indonesia, kecuali varian delta plus.
"Di Indonesia sendiri AY.4 sudah ada AY.2.3 sudah ada, AY.2.4 sudah ada, AY.4.2 belum ada," tutur Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers, Senin (16/11/2021).
Lebih lanjut, Budi menjelaskan bahwa seluruh varian delta beserta turunannya memiliki mutasi genetik yang mirip.
Dengan demikian, jika ada subvarian delta baru yang menyebar, masyarakat masih memiliki kekebalan untuk mengatasinya.

Seperti diketahui, vaksin Covid-19 yang diberikan oleh pemerintah Indonesia untuk masyarakatnya, efektif dalam mengatasi penyebaran varian delta.
Oleh karena itu, kekebalan tubuh masyarakat Indonesia dianggap sudah cukup mengenali virus corona varian delta hingga ke level turunan atau subvariannya.
"Semua varian delta baik orangtuanya, subvariannya anaknya, atau sub-sub variannya cucunya, itu memiliki mutasi genetik yang mirip."
"Jadi kesimpulan kami sampai sekarang adalah kalau misalnya ada masuk anaknya atau cucunya, insyaAllah harusnya kekebalan yang sudah terbentuk di masyarakat kita masih cukup untuk bisa menanggulangi penyebaran ini," kata Menkes.
Menkes Budi Gunadi mengatakan, di Indonesia sendiri varian delta yang paling banyak menginfeksi masyarakat adalah subvarian AY.2.3 dan AY.2.4.
"Yang terbanyak di Indonesia adalah subvariannya (varian delta) AY.2.3 dan AY.2.4," kata mantan Wakil Menteri BUMN itu.
Baca juga: Penjelasan Kemenkes RI tentang Vaksinasi Covid-19 untuk Anak Usia 6-11 Tahun yang Dimulai pada 2022
Baca juga: Penentang Vaksin Covid-19 Seharusnya Bayar Sendiri Biaya Rumah Sakit Jika Terpapar Virus Corona
Kemenkes RI: Sudah Ada 22 Turunan Virus Corona Varian Delta Teridentifikasi di Indonesia
Di tengah merebaknya pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyebut bahwa sebanyak 22 mutasi varian delta telah ditemukan di Indonesia.
"Ada kurang lebih dari B.1.617.2 yang kita kenal sebagai varian Delta sudah punya turunannya 22 yang sudah kita identifikasi di Indonesia," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi dalam Dialog Produktif Kamis, Kamis (4/11/2021).
Temuan tersebut menjadi kewaspadaan pemerintah mencegah agar tak berkembang lebih lanjut.
Nadia mengatakan, di kota-kota besar khususnya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur melaporkan adanya varian Delta.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan temuan varian Delta terbanyak.
"Yang paling tinggi memang seperti DKI Jakarta itu 1.300 sudah terdeteksi varian Delta, Jawa Tengah itu ada sekitar 300-an Jawa Barat itu ada 700-an varian Delta yang sudah dilaporkan," imbuhnya.
Kewaspadaan tak hanya dilakukan di kota-kota besar yang ditemukan varian Delta.

Nadia menyebut, kota dan daerah lainnya juga tetap diantisipasi munculnya varian Delta ataupun mutasi varian Delta.
Oleh karena itu, pemerintah terus menggencarkan displin protokol kesehatan meski kini angka positivity rate di Indonesia sudah berada di bawah 1 persen.
Pemerintah juga mendorong daerah-daerah di luar Jawa dan Bali untuk menerapkan PeduliLindungi untuk memperkuat protokol kesehatan.
"Seperti di tempat pariwisata di tempat tempat penginapan atau hotel penerapan PeduliLindungi menjadi salah satu keharusan," ungkapnya.
"Karena dengan ini kita bisa mendeteksi sebenarnya orang yang positif Covid-19 tapi tidak bergejala atau orang yang kontak erat yang seharusnya tidak berada di tempat publik itu bisa dicegah untuk melakukan aktivitas di tempat publik," ujar Nadia.
Selain itu, pemerintah juga terus mendorong testing dan tracing untuk bisa mencapai target.
Baca juga: Diabetes & Hipertensi Jadi Penyebab Sebagian Besar Kematian Covid-19 Malaysia, Bagaimana Indonesia?
Baca juga: Penelitian: Vaksin Covid-19 Buatan India Covaxin 77,8 Persen Efektif Tangkal Virus Corona
Saat ini, testing dan tracing di level nasional sudah mencapai 41.000 per minggu. Dan terakhir vaksinasi juga terus dikejar pemerintah.
Ketua Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Masdalina Pane mengatakan, pada dasarnya varian mutasi Delta yaitu Delta Plus sudah ada di Indonesia.
Hanya saja, Masdalina menyebut, untuk varian Delta Plus yang menjadi concern yaitu AY.4.2 belum ditemukan di Indonesia.
Ia berharap, varian AY.4.2 tidak masuk ke Indonesia. Varian Delta dan Delta plus memiliki reproduktif number yang lebih tinggi dari varian lainnya antara 6-8.
Hal tersebut yang membuat varian Covid-19 ini memiliki tingkat penularan yang cukup cepat.
"Jadi satu kasus bisa tularkan 6-8 orang. Bahkan dalam masa inkubasi 2-14 hari dia baru terinfeksi sudah dapat menularkan jadi ngga nunggu 2 hari terinfeksi sudah dapat menularkan. Jadi lebih cepat menularkan dan lebih banyak," kata Nadia.
(TribunTernate.com/Ron)(Tribunnews.com)