Hari Antikorupsi Sedunia 2021, Ini Pesan Para Menteri, Mahfud MD, Sri Mulyani, Yaqut Cholil Qoumas
Dalam peringatan Hari Antikorupsi Sedunia, beberapa menteri di jajaran Kabinet Indonesia Maju memberikan pesan-pesannya.
"Keluarga adalah tempat belajar pertama bagi anak atau al-madrasah al-ula. Pendidikan keluarga adalah pondasi awal menanamkan perilaku antikorupsi, mulai dari nilai kejujuran dan kesederhanaan, serta malu berbuat keburukan," jelas Yaqut.
"Semua ini membutuhkan keteladanan orang tua. Keteladanan dan pendidikan keluarga adalah pondasi awal membangun perilaku antikorupsi," tambah Yaqut.
Yaqut berharap, melalui momentum Hari Antikorupsi Sedunia yang diperingati setiap tanggal 9 Desember, semakin meningkatkan kesadaran dalam upaya mencegah dan memerangi korupsi.
Baca juga: Kasus Munir Ditargetkan Selesai Maret 2022, Ketua Komnas HAM RI Bantah Beda Pendapat di Internalnya
Pesan Menteri Keuangan RI Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan praktik korupsi menjadi musuh bersama. Ia mengingatkan para birokrat untuk menjauhkan diri dan mencegah tindakan korupsi.
"Korupsi merupakan suatu penyakit yang luar biasa berbahaya. Kita lihat di Indonesia skor persepsi korupsi kita membaik meskipun 2020 mengalami penurunan," kata Menkeu saat Peringatan Hari Antikorupsi Sedunia Kementerian Keuangan di Jakarta, Rabu (8/12/2021), dikutip dari Tribunnews.com.
Ia pun menyinggung nilai indeks persepsi korupsi di Indonesia.
Pada tahun 2019, skor persepsi korupsi di RI mencapai 40, yang artinya tertinggi sejak 25 tahun terakhir.
Namun pada tahun 2020, skor tersebut turun ke level 37 yang membawa Indonesia ke peringkat 102 dari 180 negara.
"Kita masih jauh dari apa yang disebut negara antikorupsi. Ini berarti tugas kita masih sangat besar dan banyak," tutur Sri Mulyani.
Baca juga: Cerita 3 Eks Pegawai KPK Tolak Jadi ASN Polri: Orangtua Sempat Kecewa, Sebut ASN bukan Solusi

Sri Mulyani menekankan bahwa tindakan korupsi berdampak merusak serta menggerus tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
"Hilangnya kepercayaan ini bisa menimbulkan gejolak politik sosial. Menciptakan inequalities atau ketidaksetaraan, menciptakan kerusakan dalam kehidupan sosial ekonomi," ujarnya.
Mantan Direktur Pelaksana World Bank atau Bank Dunia ini menambahkan, korupsi tidak mengenal lokasi, kedudukan, hingga profesi.
Sri Mulyani mengingatkan praktik korupsi bisa dilakukan siapa pun, selagi ada kesempatan dan niat jahat.
"Jadi jangan pernah berpikir korupsi hanya dilakukan oleh para pejabat atau kelompok institusi tertentu," imbuhnya.