Isu Premium akan Dihapus pada 2022, Ini Kata Pertamina, Wakil Ketua MPR Beri Komentar
PT Pertamina Patra Niaga, mengatakan soal premium akan dihapus atau tidak mulai 2022, hal itu merupakan kewenangan pemerintah pusat.
TRIBUNTERNATE.COM - Jelang awal tahun 2022, berembus kabar bahwa pemerintah akan menghapus bahan bakar minyak (BBM) RON 88 atau premium.
Menurut desas-desus tersebut, penyaluran premium akan disetop pada tahun 2022 mendatang.
Namun hingga kini, pemerintah masih belum mengumumkan rencana penghapusan premium tersebut.
Lalu, bagaimana penjelasan dari pihak Pertamina?
Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, mengatakan persoalan premium akan dihapus atau tidak mulai tahun depan, hal itu merupakan kewenangan pemerintah pusat.
"Apakah pemerintah akan memutuskan premium, ada atau tidak? Itu di pemerintah," kata Irto saat dihubungi, Jumat (31/12/2021).
Namun, Irto melihat saat ini tingkat kesadaran masyarakat terhadap BBM ramah lingkungan sudah tinggi, sehingga lebih banyak memilih pertalite atau pertamax untuk kendaraannya.
Oleh sebab itu, kata Irto, Pertamina pada tahun depan tetap menyalurkan pertalite dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Kami tetap akan menyalurkan pertalite di tahun 2022. Kami akan mendukung penyaluran BBM yang lebih ramah lingkungan," tutur Irto.
Baca juga: Viral Surat Kependudukan Susi Pudjiastuti Jadi Bungkus Gorengan, Dirjen Dukcapil Beri Pesan Ini
Baca juga: Kebakaran di RSUP Kariadi Semarang, Dirut Jelaskan Dugaan Penyebab, Ganjar Pranowo Sebut Pasien Aman
Baca juga: 6 Pejabat Eselon di Kemenag RI Dicopot, Yaqut Cholil Qoumas: Sudah Sesuai Prosedur
Isyarat Premium akan Dihapus
Beberapa waktu lalu, Kementerian ESDM mengisyaratkan premium akan dihapus mulai 2022 dan diganti dengan pertalite (RON 90) yang dinilai lebih ramah lingkungan.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih mengatakan, rencana ini masih dalam tahap kajian dan harus mendapatkan persetujuan dari Presiden.
Menurutnya, kualitas Pertalite lebih baik dari Premium. Oleh sebab itu, peralihan jenis BBM ini perlu dilakukan untuk memperbaiki lingkungan ke depannya.
"Kita harapkan ke depan ada roadmap BBM yang ramah lingkungan. Jadi dari RON 88 kalau nanti dihapus tinggal paling kecil RON 90,” ujar Soerjaningsih, dalam konferensi pers yang disiarkan Youtube Halo Migas Ditjen Migas (25/10/2021).
“Kalau kemampuan kita memungkinkan, naik lagi jadi RON 91 atau 92. Itu adalah komitmen kita menyediakan BBM yang ramah lingkungan," sambungnya.
Kata Wakil Ketua MPR RI
Wakil Ketua MPR RI dari Fraksi Demokrat, Syarief Hasan mempertanyakan rencana penghapusan BBM jenis premium pada tahun 2022 mendatang. Pasalnya, penghapusan secara terburu-buru BBM jenis premium ini berpotensi menambah beban ekonomi masyarakat kecil yang terdampak oleh Pandemi Covid-19.
Syarief Hasan menilai, rencana penghapusan BBM jenis premium tersebut kurang tepat dilakukan secara terburu-buru. “Saat ini, daya beli masyarakat masih lemah akibat dampak dari Pandemi Covid-19. Penghapusan BBM jenis premium secara terburu-buru dapat semakin mempersulit masyarakat kecil yang selama ini banyak menggunakan BBM jenis premium.”, ungkap Syarief Hasan.
Syarief Hasan menjelaskan, dirinya juga mendukung BBM yang ramah lingkungan namun tidak seharusnya memberatkan masyarakat. “Saya juga setuju bahwa kita perlu beralih dari BBM dengan oktan rendah ke oktan yang lebih tinggi. Namun, hal lain yang harus dipikirkan adalah solusi alternatif bagi masyarakat sebagai pengganti premium.”, ungkap Syarief Hasan.
Baca juga: Mayoritas Pasien Covid-19 Varian Omicron Tak Bergejala, Ahli: Berkat Efektivitas Vaksin
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini juga menurutkan, Pemerintah harus memiliki solusi sebelum menghapuskan BBM jenis premium. “Pemerintah harus memiliki solusi terlebih dahulu terkait BBM ataupun energi alternatif yang bisa menggantikan premium dengan harga yang murah dan dapat diakses oleh masyarakat kecil sebelum menghapuskan BBM jenis premium.”, tegas Syarief Hasan.
Ia juga menegaskan, BBM jenis pertalite agar tidak dihapuskan dalam jangka waktu yang dekat. “Meskipun kita direkomendasikan menggunakan BBM dengan minimal Oktan 91, namun Pertalite dengan Oktan 90 tidak seharusnya dihapuskan dalam jangka waktu yang dekat. Harus ada pertimbangan yang matang terkait dengan daya beli dan akses sehingga tidak menyulitkan masyarakat,karena daya beli yg semakin rendah dan akan meningkatkan kemiskinan, ungkap Syarief Hasan.
Syarief Hasan mendorong, Pemerintah harus meninjau kembali wacana penghapusan BBM tersebut. “Perlu ada peninjauan kembali terkait ketersedian BBM pengganti dan harga serta akses masyarakat. Kita berharap, sebelum dilakukan penghapusan, jenis BBM yang akan menggantikan sudah tersedia sehingga dapat diakses dan memiliki harga yang murah.”, ungkapnya.
Politisi senior Partai Demokrat ini juga menjelaskan, Pemerintah harus melakukan sosialisasi sebelum melakukan penghapusan. “Pemerintah harus memperbaiki komunikasi dengan masyarakat sebelum mengambil kebijakan lewat sosialisasi-sosialisasi. Pemerintah juga harus mendengarkan harapan-harapan masyarakat kecil,dan menjaga agar daya beli mereka tidak semakin tertekan/ rendah," tutup Syarief Hasan.
Beredar Kabar BBM Jenis Pertalite dan Premium Bakal Dihapus, Sudah Ada Bocoran Tahapannya
Rencana penghapusan bahan bakar minyak (BBM) RON 88 alias premium kembali dikemukakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) .
Nantinya bensin dengan RON 90, yakni Pertalite, bakal menjadi pengganti Premium selama masa transisi. Kendati begitu, Pertalite juga akan dihapus.
Sehingga dengan dihapuskannya BBM Pertalite dan Premium, maka hanya akan ada bensin dengan kadar oktan (Research Octane Number/RON) di atas 91 yang dinilai lebih ramah lingkungan seperti Pertamax.
"Kita memasuki masa transisi di mana premium RON 88 akan digantikan dengan Pertalite RON 90, sebelum akhirnya kita akan menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan," kata Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Soerjaningsih dikutip dari Antara, Kamis (23/12/2021).
Soerja menginformasikan bahwa premium RON 88 saat ini hanya digunakan oleh tujuh negara saja.
Volume yang digunakan pun sangat kecil karena kesadaran masyarakat menggunakan bahan bakar minyak dengan kualitas yang lebih baik menjadi salah satu penyebabnya.
Lebih lanjut Soerja mengungkapkan pemerintah sedang menyusun peta jalan (roadmap) bahan bakar minyak ramah lingkungan di mana Premium dihapus, dan nantinya Pertalite juga akan digantikan dengan bahan bakar yang kualitasnya lebih baik.
"Dengan roadmap ini, ada tata waktu di mana nantinya kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan. Ada masa di mana Pertalite harus dry, harus shifting dari Pertalite ke Pertamax," ujarnya.
Pemerintah akan berusaha meredam gejolak yang timbul di masyarakat terkait proses shifting Pertalite ke Pertamax (Pertalite dihapus).
Perubahan dari Premium ke Pertalite akan mampu menurunkan kadar emisi karbon dioksida sebesar 14 persen. Adapun perubahan dari Pertalite ke Pertamax akan menurunkan kembali emisi karbon dioksida sebesar 27 persen.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Santer Kabar Premium Bakal Dihapus di 2022, Pertamina Sebut Keputusan Ada di Pemerintah
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Premium dan Pertalite Akan Dihapus, Wakil Ketua MPR : Memberatkan Masyarakat Kecil