Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul Diduga karena Rem Blong, Pakar UGM: Ada 2 Faktor secara Umum
Dugaan rem blong muncul usai pihak kepolisian meminta keterangan pada saksi penumpang dalam bus.
Dia membeberkan, kualitas minyak rem buruk lantaran minyak rem tidak memiliki ketahanan kompresibilitas yang baik.
Minyak rem harus memiliki sifat sulit untuk dimampatkan agar rem dapat bekerja dengan baik.
Hal ini membuat minyak rem harus memiliki kompresibilitas rendah dan selalu stabil pada temperatur dan tekanan yang bervariasi.
Pada faktor pertama ini, bisa saja minyak rem yang digunakan salah tipe sehingga menyebabkan kebocoran pada hose atau seal.
Maintenance kendaraan juga dinilai kurang bagus.
Baca juga: Kisah Pilu Mulyadi yang Kehilangan 7 Anggota Keluarga dalam Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul
Baca juga: 4 Korban Luka Kecelakaan Bus Pariwisata di Bantul Positif Covid-19
Faktor kedua, kata dia, adalah hilangnya friksi di kampas rem akibat overheat atau terlalu panas.
Penyebab kampas rem menjadi terlalu panas tidak lain karena terlalu sering digunakan.
Misalnya, saat kondisi macet berjam-jam saat tanjakan atau turunan, pengemudi cenderung menggunakan rem kaki daripada rem tangan.
Situasi diam atau berhenti-jalan membuat kerja rem semakin berat, apalagi bila ditambah beban angkut yang besar.
“Peningkatan suhu itu menyebabkan hilangnya friksi atau gesekan. Sehingga, rem bisa blong,” paparnya.
Jayan juga memberikan penjelasan terkait maintenance bagi kendaraan-kendaraan besar.
Jayan menjelaskan, pengemudi atau orang yang mengurus kendaraan tersebut harus menggunakan minyak rem sesuai dengan rekomendasi dari pabrik.
“Maintenance secara berkala, bagian-bagiannya diganti secara rutin. Sesuaikan beban maksimal dengan rekomendasi pabrikan,” terangnya.
Selanjutnya, apabila sopir harus mengerem secara kontinyu, maka sopir harus mengerem dengan menggunakan engine brake.
“Mengemudi pelan-pelan saja, terutama saat beban berat,” kata Jayan.