Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Siap-Siap Tempe Tahu akan Hilang di Pasaran, Pengrajin & Pedagang Sepakat Mogok pada 21-23 Februari

Ketua Puskopti DKI Jakarta, Sunaryo mengaku telah menandatangani kesepakatan mogok produksi dan dagang tempe tahu pada 21-23 Februari mendatang.

WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Harga kedelai naik, pengrajin dan pedagang tahu tempe mogok produksi dan jual tahu tempe pada 21-23 Februari 2022. Dalam foto: Pengrajin tempe di Kawasan Kampung Sawah, Johar Baru, Jakarta Pusat, mengolah kedelai, Sabtu (2/1/2020). 

TRIBUNTERNATE.COM - Ketua Pusat Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta, Sunaryo mengaku telah menandatangani kesepakatan mogok produksi dan dagang pada 21 hingga 23 Februari mendatang.

Hal tersebut telah dikonfirmasi oleh Ketua Puskopti DKI Jakarta dalam tayangan Sapa Indonesia Malam yang disiarkan Kompas TV pada Sabtu (19/2/2022) malam.

Sunaryo memastikan bahwa para pengrajin dan pedagang tempe dan tahu di sejumlah provinsi di Indonesia akan mogok produksi dan berjualan pada hari Senin, Selasa, dan Rabu mendatang.

Menurutnya, gerakan mogok produksi dan dagang ini diprakarsai oleh para pengrajin dan pedagang di wilayah DKI Jakarta dan Jabodetabek.

"Inisiatif ini diawali dari DKI Jakarta dan Jabodetabek. Kemudian mogok sudah dipastikan hari Senin, Selasa, dan Rabu," tutur Sunaryo dikutip dari YouTube Kompas TV, Minggu (20/2/2022).

Tak hanya pengrajin dan pedagang di Ibu Kota dan Bodetabek, mogok produksi dan dagang juga akan dilakukan oleh para pengrajin dan pedagang kedelai di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

"Kemudian dari Jabodetabek diikuti Jawa Tengah, Jawa Timur, kemudian Jawa Barat," terang Sunaryo.

Baca juga: Viral di Medsos, Tempe Berbahan Dasar Indomie, Punya Ketahanan Simpan Lebih Lama dari Tempe Biasa

Baca juga: Harga Minyak Goreng Masih Tinggi, Kemendag Akui karena Stok Lama, Kebijakan Dinilai Kurang Matang

Sunaryo mengungkapkan, selama masa mogok tersebut diperkirakan sekitar 500 ton tahu tempe akan menghilang dari pasaran.

Jumlah tersebut merupakan angka yang sangat besar mengingat kebutuhan produksi nasional kedelai per bulannya mencapai 250 ribu ton.

"Betul (500 ton tahu tempe menghilang), karena kapasitas produksi itu di Jakarta saja ada 15 ribu ton, belum provinsi lain, ini sangat luar biasa," ucap Sunaryo.

Lebih lanjut, Sunaryo mengungkapkan alasan mengapa mogok produksi dan dagang tahu tempe ini dilakukan.

Hal itu lantaran adanya naik-turun atau ketidaktetapan harga pokok kedelai yang terjadi pada dua bulan terakhir.

Ilustrasi Tempe.
Ilustrasi Tempe dan Tahu. (Kompas.com)

Kini harga pokok kedelai per kilogram yang biasanya berada di kisaran Rp9.000 hingga Rp10.000, telah naik hingga Rp11.300 per hari Sabtu (19/2/2022).

Dengan adanya mogok produksi dan dagang ini, Sunaryo berharap pemerintah bisa menstabilkan harga pokok kedelai per kilogramnya.

Selain itu, ia juga berharap agar para konsumen tempe tahu bisa memaklumi adanya sedikit kenaikan harga pada tempe dan tahu di pasaran, karena harga pokok kedelai yang naik.

"Yang tidak nyaman bagi pengrajin tempe dan tahu adalah fluktuasi harga, yang dengan isu setiap hari itu, naik," kata Sunaryo.

"Ini adalah media bahwa karena kedelai itu mahal, maka (harga) tempe tahu harus menyesuaikan," imbuhnya.

Video selengkapnya:

(TribunTernate.com/Ron)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved