Penjelasan Dokter Soal Perbedaan Demam pada DBD dan Covid-19, Ini Pola, Siklus, dan Ciri Khasnya
Dokter spesialis penyakit dalam, Dr dr Erni Juwita Nelwan menjelaskan pola demam antara dengue dan Covid-19 berbeda.
TRIBUNTERNATE.COM - Di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum mereda, beberapa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akhir-akhir ini muncul.
Bahkan, sejumlah pasien DBD harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Kedua penyakit ini harus sama-sama diwaspadai.
Perlu diketahui, baik DBD maupun Covid-19 sama-sama memiliki salah satu gejala yang sama, yaitu demam.
Lantas bagaimana perbedaan demam pada Covid-19 dan DBD?
Dokter spesialis penyakit dalam, Dr dr Erni Juwita Nelwan menjelaskan pola demam antara dengue dan Covid-19 berbeda.
Dikutip dari kemkes.go.id, fase demam pada DBD terjadi akibat diremia.

Baca juga: Update Covid-19 Indonesia Minggu, 20 Februari 2022: Ada 48.484 Kasus Baru, 163 Kasus Kematian Harian
Baca juga: Kontak Erat dengan Pasien Covid-19? Lakukan Cara Sederhana Ini untuk Mengetahui Tertular atau Tidak
Diremia adalah adanya virus yang beredar di dalam darah.
Erni menyebut demam seperti ini sulit diturunkan oleh obat.
Karena penyebab demamnya itu ada terus di dalam darah sampai biasanya kurang lebih 3 hari.
"Jika pasien minum obat penurun panas, maka demam akan turun namun tidak lama kemudian demam akan naik lagi."
"Jadi demam pada demam berdarah itu sulit diturunkan dengan obat turun panas," ungkapnya.
Baca juga: PBB: Polusi Sebabkan Angka Kematian yang Lebih Besar Dibandingkan Pandemi Covid-19, Ini Faktanya
Erni menyebut pasien DBD akan banyak berkeringat karena efek samping dari obat turun panas tersebut.
"Dia berusaha menurunkan panas, tapi di satu sisi penyebab demamnya ada terus di dalam darah," kata Erni.
Berbeda dengan Covid-19, demam ini bisa disertai dengan gejala respirasi yang lebih dominan.