Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Hepatitis Akut

IDAI Soal Hepatitis Akut: Sebut Tak Terkait Vaksin Covid-19, Terbitkan Tata Laksana Penanganannya

Kemunculan penyakit hepatitis akut jenis baru di tengah masih belum redanya pandemi Covid-19 menjadi perhatian publik.

thailandmedical.news
ILUSTRASI pasien anak-anak di rumah sakit. Kemunculan penyakit hepatitis akut jenis baru di tengah masih belum redanya pandemi Covid-19 menjadi perhatian publik. 

TRIBUNTERNATE.COM - Kemunculan penyakit hepatitis akut jenis baru di tengah masih belum redanya pandemi Covid-19 menjadi perhatian publik.

Penyakit hepatitis akut ini disebut misterius karena tidak diketahui etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology) dan masih dalam investigasi atau pemeriksaan laboratorium.

Selain itu, penderita hepatitis akut misterius umumnya merupakan anak-anak.

Terkait penyakit yang baru merebak ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan respon dan penjelasannya.

1. Minta Masyarakat Berhati-hati

Pengurus Pusat IDAI, Piprim Basarah Yanuarso meminta masyarakat tetap tenang tetapi juga berhati-hati dalam menghadapi perkembangan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui etiologinya ini.

“Kemudian membuang tinja dan atau popok sekali pakai pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker dan menjaga jarak,” tuturnya seperti dari Kompas.com.

Ditambah, Piprim juga mengimbau kepada orang tua agar membawa anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat ketika menemukan gejala seperti penyakit kuning, mual atau muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran atau kejang, lesu, dan demam tinggi.

Senada dengan IDI, Pipirm juga meminta semua dokter khususnya dokter anak dan residen dokter juga turut mengawasi apabila gejala hepatitis akut muncul pada pasien.

Piprim menambahkan pihaknya dan IDI akan segera berkoordinasi dengan para ahli kedokteran terkait penyelidikan menyeluruh atas kasus-kasus yang dicurigai sebagai hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya tersebut.

Lebih lanjut, dirinya juga meminta kepada tenaga medis dan kesehatan agar aktif mengedukasi masyarakat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala dengan indikasi hepatitis akut.

“Serta berkoordinasi dengan dokter spesialis anak terkait untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini, serta melaporkan ke kepala dinas kesehatan setempat,” ujar Piprim.

Baca juga: Penumpang Toyota Alphard Maki-maki Polisi karena Pengalihan Jalur, Videonya Viral, Kini Minta Maaf

Baca juga: Kisah Pemudik Kapok Terjebak Macet 30 Kilometer, Semarang-Jakarta Butuh Waktu 12 Jam Lebih

Baca juga: Hepatitis Akut Merebak, Apakah Vaksin Hepatitis A dan B Mampu Berikan Perlindungan?

2. Sebut Tak Berkaitan dengan Vaksin Covid-19

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI, Muzal Kadim menegaskan, penyakit hepatitis akut berat yang menjangkiti anak-anak tidak berkaitan dengan vaksinasi Covid-19

Sebab, penyakit misterius ini banyak menginfeksi anak-anak dibawah 6 tahun, yang justru belum menerima vaksin Covid-19

"Sampai saat ini hepatitis akut berat ini tidak dikaitkan dengan vaksinasi Covid-19, karena sebagian besar dari kasus yang muncul saat ini belum divaksin," kata dia dalam konferensi pers virtual, Sabtu (7/5/2022), diwartakan Tribunnews.com

"Justru belum divaksin karena kebanyakan anak di bawah umur 6 tahun," sambungnya. 

Muzal memaparkan, dari laporan yang ada seperti di Inggris, penyakit hepatitis akut berat ini bahkan banyak menyerang anak di bawah usia 2 tahun. 

"Di UK itu juga banyak. Nah, itu belum divaksin Covid-19. Jadi, sampai sekarang ini sama sekali tidak dikaitkan dengan vaksin," tutur Muzal.

Selain itu, ia memaparkan hepatitis akut yang dihubungkan dengan Covid-19 juga masih dugaan, apakah itu sebagai satu ko-insiden atau bersamaan maupun sebagai penyebab langsung karena gejala kedua penyakit ini berbeda. 

"Kadang-kadang itu sebagai suatu ko-insiden atau bersamaan ada yang ditemukan itu juga Covid-19 juga ditemukan Adenovirus, jadi bersamaan. Mana yang menyebabkan juga masih belum bisa diketahui. Sampai saat ini kita dibantu WHO dan beberapa negara masih melakukan investigasi penyebab pastinya," urainya.

3. Terbitkan Tata Laksana Penanganan Hepatitis Akut pada Anak

IDAI menerbitkan rekomendasi tata laksana penanganan penyakit hepatitis akut bergejala berat pada pasien anak.

Dalam tata laksana tersebut, diharapkan setiap rumah sakit menyiapkan ruang isolasi.

Berdasarkan rekomendasi yang ditandatangani Ketua IDAI Dr Piprim Basarah Yanuarso, disebutkan bahwa fasilitas kesehatan selain melakukan perawatan, juga melakukan monitoring perjalanan klinis terutama kesadaran pasien.

"Perawatan umum: rawat ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain. Tirah baring terutama pada fase akut," tulis Dr Piprim Basarah dalam keterangannya yang diterima Tribunnews.com, Jumat (6/5/2022).

Monitoring perjalanan klinis (terutama kesadaran) dan laboratorium (terutama Increasing prothrombin time (PT) or international normalized ratio (INR) dan albumin.

"Pengenalan gejala dan tanda hepatitis fulminan," tutur Piprim.

Baca juga: Sanksi Jika Perusahaan Tak Bayarkan Upah Lembur pada Karyawan yang Masuk di Hari Libur Nasional

Baca juga: 2 Cara Penularan Hepatitis Akut Misterius: Diduga melalui Saluran Pencernaan dan Pernafasan

Baca juga: Kemenkes RI: Kasus Hepatitis Akut Misterius Mulai Menyebar ke Daerah

Tata laksana kedua, PT/INR dipantau secara berkala. Bila ada kecenderungan peningkatan nilai PT/INR, pasien perlu mendapatkan perawatan di ruang rawat intensif, karena dikhawatirkan akan berlanjut menjadi hepatitis fulminan.

Pasien mengalami hepatitis fulminan (gagal hati akut) bila didapatkan tanda koagulopati dengan INR > 2 yang tidak dapat dikoreksi dengan vitamin K (gangguan fase akut fungsi hepatoselular), atau terdapat penurunan kesadaran (ensefalopati) disertai koagulopati dengan INR > 1,5.

"Keempat, Kortikosteroid hanya diberikan pada kecurigaan hepatitis autoimun. Kelima, jika dicurigai
terkait multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C) maka tata laksana mengikuti panduan IDAI sebelumnya," ujarnya.

"Rekomendasi ini sifatnya dinamis dan dapat berubah sewaktu-waktu, sesuai dengan perkembangan
bukti- bukti ilmiah yang terbaru," tambahnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI resmi menunjuk Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta sebagai fasilitas kesehatan rujukan bagi pasien bergejala hepatitis akut.

Selain itu, Laboratorium FK UI juga resmi ditunjuk sebagai lab pemeriksaan spesimen penyakit misterius ini.

ILUSTRASI hepatitis pada anak
ILUSTRASI hepatitis pada anak (via Metro UK)

"Pemerintah sudah menunjuk RS Sulianti Saroso dan lab FK UI untuk menjadi lab rujukan, untuk pemeriksaan spesimen hepatitis akut karena ada banyak hal harus diinvestigasi," kata Dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr dr Hanifah Oswari, SpA(K), dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/5/2022).

Diharapkan tenaga kesehatan (nakes) dan fasilitas layanan kesehatan (fasyabkes) waspada dan siap untuk menghadapi kasus ini bila timbul ada dugaan hepatitis akut.

"Tiap kabupaten sudah ada rujukan rumah sakit untuk keadaan seperti ini. Jadi saya kira ini hal penting walaupun belum tau betul penyebab virus ini. Tapi, kita sudah tahu apa yang kita lakukan, bagaimana penularan dan kita sudah tahu bagaimana untuk menangani bila terjadi kejadian ini dan pemerintah dan fasyankes siap menolong," imbuh Hanifah.

4. Belum Rekomendasikan Penundaan PTM

IDAI belum mengeluarkan rekomendasikan penundaan pembelajaran tatap muka (PTM) di tengah situasi kejadian luar biasa (KLB) hepatitis akut yang menyerang anak-anak.

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi IDAI Muzal Kadim menuturkan, pihaknya masih terus mengikuti setiap perkembangan kasus hepatitis akut berat baik ditingkat dunia maupun di Indonesia.

Hal ini sebagai dasar pengambilan kebijakan IDAI kedepan dalam menyikapi penyakit hepatitis misterius ini.

"Sampai saat ini belum ada keputusan menyarankan (PTM ditunda). Kita masih mengikuti perkembangan lebih lanjut. Kita masih investigasi benarkah masuk ke Indonesia. Masih jarang-jarang atau sudah banyak kasus di daerah-daerah. Kita belum memutuskan itu," kata Dokter Muzal dalam konferensi pers virtual, Sabtu (7/5/2022), diwartakan Tribunnews.com.

Ia pun menyinggung, ada potensi hepatitis akut ini akan meluas.

Namun, tentu perlu dipastikan kembali, karena masih dalam tahap investigasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Ya bisa saja, meningkat kasusnya. Masih dalam perkembangan, bisa saja kebijakan berubah-ubah setiap waktu, bisa saja PTM ditunda kemungkinan, tapi melihat situasi kedepannya sesuai perkembangannya," kata dia.

Tiga Anak di Jakarta Meninggal Diduga karena Hepatitis Akut

Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengungkapkan, Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan investigasi kontak untuk mengetahui faktor risiko terhadap tiga kasus hepatitis akut pada anak.

''Berdasarkan hasil investigasi kontak terhadap kasus yang meninggal dunia, ketiganya datang ke fasilitas kesehatan pada kondisi stadium lanjut, sehingga hanya memberikan sedikit waktu bagi tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan pertolongan,'' ungkap dr. Nadia dalam konferensi pers virtual, Kamis (5/5/2022).

Pada ketiga kasus ini, anak berusia 2 tahun sudah mendapatkan vaksinasi hepatitis, usia 8 tahun mendapatkan vaksinasi Covid-19 satu kali dan vaksin hepatitis lengkap, dan usia 11 tahun sudah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dan hepatitis lengkap.

Ketiganya pun diketahui negatif Covid-19.

Berdasarkan hasil investigasi juga didapati, satu kasus memiliki penyakit penyerta.

''Sampai saat ini ketiga kasus ini belum bisa kita golongkan sebagai penyakit hepatitis akut dengan gejala berat tadi, tetapi masuk pada kriteria pending klasifikasi karena masih ada pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan terutama pemeriksaan adenovirus dan pemeriksaan Hepatitis E yang membutuhkan waktu antara 10 sampai 14 hari ke depan,'' ucap dr. Nadia.

Selain itu, tidak ditemukan riwayat hepatitis dari anggota keluarga lain dari ketiga anak.

Serta tidak ditemukan anggota keluarga lain yang memiliki gejala sama. Keluhan utama yang disampaikan dari saluran cerna, mengalami keluhan mual, muntah, dan diare hebat.

Sumber: Tribunnews.com, Kompas.com

(TribunTernate.com)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved