Terkini Internasional
Akhirnya Pecah Juga, Korea Utara Hadapi Gelombang I Covid-19, Seluruh Penduduknya Belum Divaksinasi
Setelah 2 tahun 3 bulan mengklaim negaranya nihil dari Covid-19, Korea Utara akhirnya mengumumkan bahwa negaranya kini sedang menghadapi gelombang I.
TRIBUNTERNATE.COM - Korea Utara akhirnya menyatakan bahwa negaranya sedang dalam status "darurat nasional yang parah" setelah mengumumkan gelombang pertama pandemi Covid-19.
Setelah lama mengklaim bahwa negaranya aman dari virus corona, Korea Utara kini kewalahan dengan gelombang pertama virus itu, dan meminta agar Kim Jong-un untuk bersumpah segera menghilangkan virus itu dari Korut.
Media pemerintah Korut melaporkan pada Kamis (12/5/2022) bahwa subvarian Omicron yang sangat menular, yakni varian BA.2, telah terdeteksi di Ibu Kota Pyongyang.
"Ada insiden darurat terbesar di negara ini, dengan adanya lubang di bagian depan karantina darurat kami, yang telah disimpan dengan aman selama dua tahun tiga bulan terakhir sejak Februari 2020," kata kantor berita resmi KCNA dikutip dari The Guardian.
Laporan itu mengatakan bahwa orang-orang di Pyongyang telah tertular varian Omicron, namun tak ada rincian yang jelas terkait berapa jumlah kasus atau dari mana sumber infeksinya.
Sebelumnya, negara pimpinan King Jong-un mengklaim bahwa mereka belum mencatat satu kasus Covid-19 pun sejak menutup perbatasan negara di awal pandemi pada tahun 2020 lalu.
Penemuan varian Omicron di Korea Utara ini pun menghadirkan risiko yang berpotensi serius bagi negara itu.
Pasalnya, menurut para ahli, Korea Utara sama sekali belum memvaksinasi sebanyak 25 juta penduduknya.
Baca juga: Kim Jong Un Tunda Serangan Militer ke Korea Selatan, Analis Nilai Korut Mungkin Sedang Menarik Diri
Baca juga: Istri Kim Jong-un Dirumorkan Hilang, Intelijen Korea Selatan Sebut Masih Hidup dan Kondisinya Sehat
Selain itu, sistem perawatan kesahatan di Korut juga masih kekurangan sumber daya, sehingga sumber daya yang ada kemungkinan akan berjuang sangat keras untuk mengatasi wabah besar.
Sejauh ini, Korea Utara telah menghindari dan menolak vaksin-vaksin yang ditawarkan oleh program distribusi Covax yang didukung PBB.
NK News yang berbasis di Seoul melaporkan bahwa wilayah Ibu Kota Pyongyang sejauh ini telah dikunci selama dua hari.
"Beberapa sumber juga telah mendengar laporan adanya panic buying karena tidak ada kepastian kapan lockdown akan berakhir,” katanya, mengutip dari sumber di kota.
Sementara itu, laporan KCNA mengatakan, sampel yang diambil dari pasien di Pyongyang yang mengalami demam konsisten tertular dengan varian Omicron.
Penemuan itu pun lantas mendorong Kim Jong-un untuk mengadakan pertemuan krisis politbiro Partai Buruh, di mana para pejabat mengatakan mereka akan menerapkan langkah-langkah darurat "maksimum".
Menurut sebuah laporan, mereka akan menetapkan kontrol perbatasan yang lebih ketat dan lockdown nasional.
Kebijakan itu diikuti dengan seruan Kim pada warganya untuk "sepenuhnya memblokir penyebaran virus jahat dengan memblokir secara menyeluruh wilayah mereka di semua kota dan kabupaten di seluruh negeri".
Baca juga: Jika Kim Jong Un Meninggal, Korut Bakal Hadapi Pergantian Tak Direncanakan dalam 72 Tahun Terakhir
Baca juga: Bill Gates Positif Covid-19, Mengalami Gejala Ringan dan Kini Sedang Isolasi Mandiri
KCNA menyebut, semua kegiatan bisnis dan produksi akan diatur, sehingga setiap unit kerja akan "terisolasi" untuk mencegah penyebaran penyakit.
Pada pertemuan darurat itu, Kim juga mengatakan bahwa "tujuannya kini adalah untuk menghilangkan akar dalam waktu sesingkat-singkatnya".
Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul mengatakan, pengakuan rezim Korut terhadap kasus virus corona menunjukkan adanya "situasi kesehatan masyarakat yang sangat serius".
"Ini bukan berarti Korea Utara tiba-tiba akan terbuka untuk bantuan kemanusiaan dan mengambil garis yang lebih mendamaikan terhadap Washington dan Seoul," katanya.
Easley mengatakan, kehadiran virus dapat memengaruhi rencana apa pun yang dimiliki para pemimpin Korut untuk uji coba rudal atau nuklir.
"Audiens domestik rezim Kim mungkin kurang tertarik pada uji coba nuklir atau rudal ketika ancaman mendesak melibatkan virus corona daripada militer asing," katanya.
"Rezim Kim akan disarankan untuk menelan harga dirinya dan segera mencari sumbangan vaksin dan terapi."
Sebagai informasi, Korea Utara telah menutup perbatasannya untuk hampir semua perdagangan dan pengunjung sejak awal pandemi.
Kebijakan itu menimbulkan lebih banyak tekanan pada ekonomi yang sebelumnya sudah dirusak oleh salah pengurusan selama beberapa dekade dan sanksi internasional atas senjata nuklir dan program rudal balistiknya.
(TribunTernate.com/Ron)(The Guardian)