Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Dinilai Tak Nasionalis & Melanggar UU, Anies Baswedan Diminta Ganti Nama JIS Jadi Stadion MH Thamrin

Sejarawan dan sejumlah tokoh dari kalangan pegiat budaya Betawi berharap nama Jakarta International Stadium (JIS) diganti menjadi Stadion MH Thamrin.

ADEK BERRY/AFP
Foto udara yang diambil pada 17 April 2022 ini menunjukkan Stadion Internasional Jakarta yang baru didirikan untuk pertandingan sepak bola dan konser musik, di Jakarta. 

Rizal menambahkan, pihaknya juga telah membuat petisi online melalui situs change.org berjudul ‘Lebih Cocok Nama JIS Menjadi Stadion MH Thamrin!’.

Hingga Kamis (9/6/2022) pukul 09.00, petisi tersebut telah ditandatangani 4.958 orang dari target 5.000 orang.

Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Jakarta International Stadium (JIS), Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (21/9/2021).
Pekerja menyelesaikan proyek pembangunan Jakarta International Stadium (JIS), Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (21/9/2021). (TRIBUNNEWS/JEPRIMA)

Dalam website itu, Rizal mengungkapkan penamaan JIS dianggap melanggar UU Nomor 24 tahun 2009 karena menggunakan Bahasa Inggris.

Selain itu, nama JIS sepertinya tidak dapat memacu semangat untuk memajukan persepakbolaan nasional karena tidak menggunakan nama tokoh sejarah yang inspiratif.

Diusulkan mengambil nama Soeratin yang merujuk kepada nama tokoh pendiri Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), tapi sejarah menunjukkan ada tokoh yang lebih tepat, yaitu MH Thamrin.

Adapun Thamrin adalah pahlawan nasional sekaligus tokoh Betawi, warga asli Jakarta.

"Lebih jauh lagi Thamrin pun bukan hanya pendiri bangsa yang gibol (gila bola), dalam arti doyan merumput, melainkan juga punya visi sepakbola modern Indonesia sebagai reaktor kebangsaan," ucapnya.

Baca juga: Takziah, Anies Baswedan Peluk Erat Ridwan Kamil: Insyaallah Eril Pembuka Jannah bagi Orangtuanya

Baca juga: Anak Anies Baswedan, Mutiara Resmi Dilamar di Tanggal Cantik, Calon Suami Mirip Gubernur DKI?

Sementara itu, visi sepakbola Thamrin tumbuh dari kampung-kampung. Thamrin melihat sepakbola pribumi bermutu, namun didiskriminasi.

Untuk itu, Thamrin selalu menggunakan posisinya di Gementeraaden (Dewan Kota) dan Volksraad (Dewan Rakyat) untuk menyuarakan isu ini.

Thamrin meyakini sepakbola bukan sekadar olahraga rakyat, melainkan medium gerakan kebangsaan. Riset sejarah Srie Palupi, Politik dan Sepakbola, membenarkan hal itu.

"Sepakbola yang masuk Hindia akhir abad ke-19 berbareng ideologi-ideologi besar—nasionalisme, komunisme, islamisme, sosialisme—sama diterima dan tumbuh jadi counter culture terhadap perkembangan masyarakat serta sejarah kolonial."

"Inilah jalan keluar yang ditawarkan Thamrin,” jelasnya.

Kata Rizal, visi sepakbola Thamrin terbukti, di negeri jajahan profesionalisme itu tumbuh karena para pemain merumput dengan keyakinan mempertaruh sejarah dan kultur sepakbola sejak diterima di negerinya, yaitu sebagai counter culture kolonialisme.

Dari sini, Thamrin membangun sepakbola modern Indonesia sebagai reaktor kebangsaan, sehingga Jakarta jadi Ibu Kota sepakbola kebangsaan Indonesia.

"Inilah warisan Thamrin yang berharga dan khas, tapi terlupa. Darma bakti dan warisan Thamrin begitu besar kepada sepakbola serta jadi utang budi tak ternilai. Seharusnya ini cukup menggugah kesadaran buat mencicil,” jelasnya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved