Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Mengintip Kegiatan Cungkil Kelapa Warga Morotai untuk Hasilkan Kopra

Sambil Menunggu Panen, Para Petani Kelapa di Morotai Rela Bekerja Cungkil Kelapa Harian. Kegiatan ini untuk dapatkan penghasilan tambahan.

Penulis: Fizri Nurdin |
Tribunternate.com/Fizri Nurdin.
Emak-emak Desa Totodoku, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara saat melakukan kegiatan lewang kelapa. Mereka produktif melakukan pekerjaan untuk menghasilkan uang tambahan membantu suami, Minggu (31/7/2022) / Fizri Nurdin 

TRIBUNTERNATE.COM - Demi mencukupi kebutuhan sehari-sehari pekerja harian cungkil kelapa kopra dan lewang kulit kelapa bekerja dari pagi hingga sore hari.

Cungkil kelapa adalah sebuah pekerjaan dimana para pekerja menggunakan alat tradisional untuk melepaskan isi kelapa dari tempurungnya untuk dimasak (fufu) menjadi Kopra.

Sementara lewang kelapa adalah, melepaskan tempurung kelapa dari sabut kelapa lalu dibakar menjadi arang untuk diperjual belikan kegunaannya biasanya pakai untuk bakar ayam dan ikan.

Pekerjaan cungkil kelapa dan lewang ini dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan tepatnya di Desa Joubela kecamatan Morotai selatan kabupaten pulau Morotai, Maluku Utara.

Kepada tribunternate.com, salah seorang pekerja cungkil kelapa kopra, Apsul Abdul Haji mengatakan dia bersama teman-teman bekerja cungkil kelapa ini untuk membantu kebutuhan sehari-hari.

"Kita kerja dengan anak-anak yang lain ini karena torang (kami) juga petani kelapa juga, hanya saja kelapa belum saat panen jadi ini sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di rumah," katanya, Minggu (31/7/2022).

"Dari pada hanya duduk di rumah lebih baiknya kita kerja ini, demi kebutuhan sehari-hari dan jajanan anak-anak sekolah," sambungnya.

Kerja, lanjut Apsul dari pagi hingga sore hari itu bisa kita dapat 3 sampai 4 sak, satu sak dibayar dengan harga Rp 30 ribu.

"Kerja harian ini dari pagi sampai sore, satu sak itu kita dihitung Rp 30 ribu, biasanya satu hari kita bisa capai 4 sak jadi satu hari kita bisa dapat Rp 120 ribu,"

"Selain kita cungkil kita juga langsung fufu (asar) itu satu para-para (tempat masak kopra) di bayar Rp 500 ribu, itu dua orang, tapi biasanya kita berkelompok," katanya.

Sementara salah seorang emak-emak Mila Kuseke yang juga pekerja harian lewang tempurung kelapa juga mengaku hal yang sama

Baginya pekerjaan bersama emak-emak lainnya itu untuk membantu suami juga menyebutkan daripada hanya terdiam di rumah lebih baik bekerja seperti itu supaya bisa menghasilkan uang.

"Bantu-bantu suami to, karena torang (kami) berdiam diri dirumah lebih baik kerja seperti ini supaya ada doi (uang), Alhamdulillah kalau satu hari 3 sak kan lumayan, satu sak 20 ribu satu hari kami bisa dapat Rp 60 ribu," katanya mengakhiri.(*)

Sumber: Tribun Ternate
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved