Piala Dunia Qatar 2022
Jadi Tuan Rumah Piala Dunia 2022, Qatar Disebut Tuai Banyak Kritikan Tak Berdasar Sejak 2009
Qatar sendiri justru mendapat banyak kritik yang tak dapat dibenarkan karena menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022.
TRIBUNTERNATE.COM - Ajang sepak bola terbesar sedunia, Piala Dunia 2022, akan digelar di Qatar pada 20 November-18 Desember 2022 mendatang.
Diketahui, Qatar telah menanam investasi 12 tahun untuk Piala Dunia, dan sepertinya investasi itu akan terbayarkan.
CEO Qatar 2022 Nasser Al Khater memperkirakan pendapatan yang akan diraup salah satu negara Teluk itu nantinya bisa mencapai sekitar 6 miliar dolar AS.
Namun, Qatar sendiri justru mendapat banyak kritik yang tak dapat dibenarkan karena menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022.
Kritik yang mengecam Qatar itu dianggap tidak berdasar dan tidak didukung oleh fakta.
Hal ini disampaikan Nasser Al Khater dalam konferensi pertama oleh pihak penyelenggara jelang gelaran Piala Dunia 2022 pada Kamis (8/9/2022).
Menurut Nasser Al Khater, infrastruktur olahraga dan transportasi di Qatar selesai sekitar 70 hari sebelum hari dimulainya turnamen dan semua pekerjaan yang tersisa hanya mencakup sentuhan akhir yang menyangkut "estetika."
Baca juga: Piala Dunia Qatar 2022 Jadi Momen Mediasi? Ini Sejarah Israel Tindas Palestina Lewat Sepak Bola
Baca juga: Beri Dukungan pada Warganya, Israel Ingin Dirikan Kantor Sementara di Qatar Selama Piala Dunia 2022
Baca juga: Qatar Minta Israel Izinkan Warga Palestina Menonton Piala Dunia 2022
Baca juga: Agar Warganya Bisa Nonton Piala Dunia 2022, Israel Lakukan Pembicaraan Langsung dengan Qatar

Saat berbicara di Lusail Sadium, Nasser Al Khater mengatakan, “Menurut kami, ada banyak kritik yang tidak adil, tidak didasarkan pada kenyataan faktual. Kami akan menerima kritik yang kami rasa adil saja,” dikutip dari Doha News.
Sementara, pada akhir Juni 2022 lalu, Nasser Al Khater telah memadamkan kekhawatiran tentang apakah Qatar siap hanya dengan waktu lima bulan yang tersisa sebelum Piala Dunia 2022.
“Stadion sudah siap, tempat pelatihan sudah siap, semua rencana transportasi sudah siap,” katanya.
Sementara itu, dalam menit-menit terakhir dari persiapan untuk Piala Dunia, Nasser Al Khater mengatakan sentuhan akhir sedang dilakukan "untuk menyambut para penggemar sepakbola."
Piala Dunia telah “mengubah Qatar selama 10 tahun terakhir."
"Perkembangan yang kami saksikan telah dipercepat, [yang] merupakan bagian dari visi 2030, pembangunan negara, diversifikasi dari industri hidrokarbon, dan Piala Dunia telah mendukung perkembangan ini,” jelas Nasser Al Khater.
Lalu, ia pun merujuk pada salah satu tujuan utama Piala Dunia 2010, yakni untuk “benar-benar merancang warisan stadion sebelum merancang stadion itu sendiri,” katanya sebelum diskusi panel di Forum Ekonomi Qatar tahun ini.
Baca juga: Dari Tiket, Pemberitaan Media hingga Isu Palestina, Ini Kontroversi Piala Dunia 2022 Qatar-Israel
Baca juga: Beritakan Piala Dunia 2022, Media Israel Ungkit Skandal Qatar hingga Hubungan Buruk FIFA dan Iran
Kemudian, Nasser Al Khater juga menjelaskan bagaimana kritikan terus-menerus menerpa Qatar sejak berada di bawah sorotan internasional setelah memenangkan tawaran untuk menjadi tuan rumah turnamen besar.
“Kritik telah ada sejak 2009 ketika kami mulai mengajukan penawaran untuk Piala Dunia dan terus berlanjut dan benar-benar semakin ganas seiring berjalannya waktu,” katanya kepada Doha News.
“Saya sepenuhnya yakin bahwa pada saat Piala Dunia dimulai, semuanya akan berkutat hanya tentang sepak bola,” tambah Nasser.
Pernyataan Nasser Al Khater mengikuti pernyataan serupa yang dilontarkan oleh Amir Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dari Qatar di Forum Ekonomi Dunia di Davos pada Mei 2022.
Saat itu, Sheikh Tamim menyinggung sejumlah kritikan yang tidak adil seputar negara Teluk di kalangan negara Barat.
“Selama beberapa dekade, Timur Tengah telah menderita, dari diskriminasi. Dan saya mendapati bahwa diskriminasi semacam itu sebagian besar didasarkan pada orang-orang yang tidak mengenal kami, dan dalam beberapa kasus, menolak untuk mengenal kami,” kata Sheikh Tamim.
Sementara itu, bagaimanapun Qatar telah memperkenalkan reformasi bersejarah selama beberapa tahun terakhir dalam upaya untuk memastikan hak-hak pekerja tetap dihormati dan ditegakkan.
Beberapa reformasi itu termasuk pembongkaran sistem Kafala yang kontroversial yang menghalangi para pekerja untuk dapat berganti pekerjaan secara bebas.
Ada pula pembentukan undang-undang upah minimum non-diskriminatif pertama di kawasan ini, yang baru diperkenalkan tahun lalu.
Media Tuding Qatar Penuh Kontroversi
Pemilihan Qatar sebagai tuan rumah turnamen sepak bola terbesar dunia yang diadakan setiap empat tahun sekali ini telah dirundung kontroversi.
Tahun lalu, investigasi Associated Press menemukan bahwa negara tersebut menyewa seorang mantan perwira CIA untuk memata-matai FIFA selama proses penawaran/bidding untuk menjadi tuan rumah turnamen.
Pada 2014, sebuah laporan Sunday Times mengklaim seorang pejabat Qatar memberikan total 5 juta dolar AS kepada pejabat sepak bola untuk membangun dukungan bagi tawaran negaranya.
Kemudian pada tahun yang sama, sebuah laporan surat kabar UK Guardian menemukan bahwa pekerja konstruksi Piala Dunia Nepal di Qatar meninggal dunia dengan jumlah rata-rata 1 orang tewas setiap dua hari.
Selain itu, suhu tinggi di Qatar juga menjadi salah satu fokus kekhawatiran.
Sehingga, penyelenggara Piala Dunia menekankan kepada media bahwa turnamen akan digelar pada bulan-bulan musim dingin dan ditempatkan di stadion-stadion ber-AC.
Qatar telah melakukan serangkaian reformasi pada peraturan ketenagakerjaannya sejak terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Hal itu membutuhkan program besar konstruksi yang bergantung pada tenaga kerja asing.
Pada tahun-tahun sebelumnya, dilaporkan secara luas bahwa perusahaan konstruksi Qatar membayar tenaga kerja asing dengan gaji rendah dan menyita paspor mereka pada saat kedatangan, sekaligus memaksa mereka menjadi budak abadi.
(TribunTernate.com/Rizki A.)