Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Di Mana Kapolres Malang Saat Tragedi Kanjuruhan Terjadi?

Kini, keberadaan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi mulai terungkap.

Tribun Jatim/Purwanto
Suporter Arema FC, Aremania turun ke dalam stadion usai laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 2022 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022). Aremania meluapkan kekecewaannya dengan turun dan masuk ke lapangan usai tim kesayangannya kalah melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. 

TRIBUNTERNATE.COM - Penyelidikan terhadap tragedi berdarah Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, masih terus berlanjut.

Sejumlah hal seputar kerusuhan tragis itu pun dipertanyakan, termasuk keberadaan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat saat kericuhan terjadi.

Diketahui, kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pasca pertandingan sepak bola antara Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022).

Akibat tragedi ini, 131 orang meninggal dunia.

Sementara, jumlah korban luka mencapai 574 orang, 66 orang di antaranya masih menjalani perawatan.

Kini, keberadaan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat saat kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi mulai terungkap.

Pada saat terjadi kericuhan yang menewaskan 131 orang, AKBP Ferli Hidayat berada di luar stadion Kanjuruhan memimpin pengamanan lokasi.

Baca juga: Buntut Viral Video Jilat Kue Ulang Tahun TNI, 2 Polantas Polda Papua Barat Dipecat Tidak Hormat

Baca juga: Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga yang Tewas dalam Septic Tank Jual Aset Keluarga untuk Judi dan Mabuk

Baca juga: Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Ketua Panpel Arema Menangis: Keponakan Saya Juga Meninggal

Anggota komisi kepolisian nasional (Kompolnas) Albertus Wahyurudhanto usai turun ke lapangan untuk mengungkap fakta-fakta tragedi Kanjuruhan.

Diceritakan Albertus Wahyu, di laga derby Arema Vs Persebaya itu, Kapolres Malang AKBP Ferli HIdayat menerjunkan sekitar 600 personilnya dari total sekitar 1000 personie yang dimiliki.

Karena jumlah tersebut kurang, AKBP Ferli lalu berkirim surat ke Polda Jatim untuk meminta tambahan personel.

Akhirnya, ada tambahan dari polres-polres sekitar, brimob dan TNI sehingga total ada 2.000 orang aparat.

Mereka tidak semua di dalam lapangan, termasuk personil Brimob.

Saat itu, AKBP Ferli sudah menyiapkan mobil baracuda untuk mengangkut para pemain Persebaya.

"Ini untuk sepakbola tidak lazim di seluruh dunia. Tapi untuk mengamankan karena diperkirakan suasana fanatisme suporter yang euforia bisa tak terkendala," kata Wahyu dikutip dari tayangan Apa Kabar Indonesia Malam, TVOne, Rabu (5/10/2022).

Baca juga: Tolak Mundur dari Ketua Umum PSSI Pasca-Tragedi Kanjuruhan, Iwan Bule: Titip Salam Buat Netizen Ya

Baca juga: 6 Tersangka Tragedi Kanjuruhan Termasuk Dirut PT LIB Belum Ditahan, Begini Kata Polisi

Dalam perhitungan AKBP Ferli, setelah pertandingan selesai, para pemain Persebaya itu langsung bisa masuk mobil baracuda sehingga ke luar stadion dengan aman.

Namun, saat itu pelatih justru membawa mereka ke kamar ganti lebih dahulu, bahkan meminta jumpa pers dulu.

AKhirnya 15 menit kemudian, pemain Persebaya baru masuk ke moil baracuda dan jalannya harus terhambat.

"Saat itu Kapolres (AKBP Ferli Hidayat) ada di luar stadion. Di dalam ada pengamananan," ungkap Wahyu.

Tiba-tiba setelah itu Kapolres mendapat informasi ada kejadian penembakan gas air mata.

Dan karena penonton merasa matanya pedas, mereka akhirnya berlarian ke luar stadion hingga berdesak-desakan.

Baca juga: Keluarga Korban Tewas Kanjuruhan Kena Pungli, Diminta Bayar Rp 2,5 Juta: Katanya Sih Swasta

Baca juga: Investigasi Komnas HAM Ungkap Kondisi Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan: Muka Biru Kekurangan Oksigen

Kericuhan suporter Areman FC yang bentrok melawan polisi buntut kekalahan Arema FC dalam pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Seorang pelajar asal Jombang turut menjadi korban tewas dalam kericuhan tersebut.
Kericuhan suporter Areman FC yang bentrok melawan polisi buntut kekalahan Arema FC dalam pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Seorang pelajar asal Jombang turut menjadi korban tewas dalam kericuhan tersebut. (Surya Malang/Purwanto)

"Semetara lokasi sempit dan turunan. Seperti di pintu 13 yang paling banyak korbannya, itu memang sempit sekali," katanya.

Dengan kejadian ini, Wahyu mendesak agar siapa pihak yang menembakkan gas air mata dan siapa yang memerintahkan, harus diusut tuntas.

Menurut Wahtu, penembakan gas air mata ini titik pangkal tragedi kanjuruhan.

Menurutnya, andaikata tidak ada penembakan gas air maya, kemungkinan hanya akan ada perusakan stadion dan tidak sampai menimbulkan korban jiwa sebanyak itu.

"Yang menembakkan dan memerintahkan harus disanksi," tegas Wahyu.

Wayu berharap tim gabungan independen pencarai fakta (TGIPF) yang diketuai Menkopolhukam Mahfud MD serta Irwasus Polri bisa menyelidiki hal ini hingga terdeteksi siapa yang melakukan kesalahan prosedur atau kelalaian.

Dari Mana Perintah Penembakan Gas Air Mata?

Sebelumnya, Albertus Wahyu menyebut perintah untuk menembak gas air ke arah suporter saat tragedi Arema Vs Persebaya ternyata bukan dari Kapolres Malang sebelumnya, AKBP Ferli Hidayat.

"Tidak ada perintah dari bapak Kapolres untuk menutup pintu atau kunci (gerbang tribun stadion). Setelah ini kami akan ke Stadion Kanjuruhan untuk mengecek itu. Kemudian tidak perintah dari Kapolres untuk mengurai massa dengan menggunakan gas air mata. Begitupun saat koordinasi tidak ada perintah tersebut," ujar Albertus saat gelar rilis di Polres Malang pada Selasa (4/10/2022).

Menurut Albertus, tiba-tiba ada tembakan gas air mata dari para anggota padahal sebelumnya tidak ada perintah tersebut.

"Kemudian ada tembakan gas air mata yang membuat pemicu (dugaan kericuhan). Itulah yang sedang kami dalami," paparnya.

Lalu, siapa pemberi perintah tembak gas air mata.

Ronald (11) mengikat syal atribut Arema di JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) Jl A Yani, Kota Malang, Kamis (6/10/2022). Ratusan spanduk dan poster bertuliskan
Ronald (11) mengikat syal atribut Arema di JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) Jl A Yani, Kota Malang, Kamis (6/10/2022). Ratusan spanduk dan poster bertuliskan "Usut Tuntas" tragedi Stadion Kanjuruhan bertebaran di berbagai titik di wilayah Malang Raya Poster bernada tuntutan itu terlihat mulai marak ditemukan sejak Selasa (4/10/2022) pagi. Kebanyakan menggunakan kain hitam dengan tulisan warna putih, atau kain putih dengan tulisan warna hitam. Ratusan spanduk yang terpasang di hampir seluruh sudut wilayah Malang Raya tersebut mewakili sejuta harapan banyak korban yang kehilangan nyawanya. SURYA/PURWANTO (SURYA/SURYA/PUR)

Kompolnas menduga adanya anggota polisi yang tidak mematuhi instruksi awal.

"Berarti di lapangan diduga ada yang tidak menjalankan instruksi. Itulah yang kemudian membuat sementara mencopot Kapolres Malang yang bertanggung jawab bersama perwira Brimob lainnya. Dugaan pelanggaran instruksi inilah yang sedang kami dalami," papar Albertus.

Instruksi AKBP Ferli Hidayat

Baru-baru ini beredar video saat AKBP Ferli Hidayat memberikan instruksi ke anggotanya, lima jam sebelum pertandingan Arema vs Persebaya yang berakhir dengan tragedi Kanjuruhan.

Beredar juga video interaksi AKBP Ferli Hidayat dengan para aremania, sebelum tragedi Kanjuruhan terjadi.

Dalam video yang viral di TikTok AKBP FErli HIdayat memberikan instruksi ke anggotanya di dalam tribun stadion Kanjuruhan.

"Tolong tidak ada satu pun anggota yang membawa senjata. Jadi kalau masih ada baik bintara senior maupun perwira, tolong segera diamankan dahulu," seru AKBP Ferli dengan lantangnya.

AKBP Ferli juga mengimbau berkali-kali ke anggotanya untuik tidak melakukan kekerasan yang bersifat eksesif (melampaui kebiasaan).

"Seperti apapun nanti dinamikanya, tolong jangan sampai kita melakukan kekerasan yang eksesif. Sesuaikan saja ancaman yang kita hadapi dengan penggunaan kekuatan yang kita miliki," seru Ferli.

Ferli juga meminta bantuan para perwira untuk melakukan pengawasan.

"Mohon bantuan rekan-rekan perwira, lakukan pengawasan dan pengendalian penuh terhadap rekan-rekan anggotanya," tegasnya.

Sementara di video yang diunggah akun TikTok Polres Malang Official tampak momen saat AKBP Ferli Hidayat berbaur dengan para aremania.

Di situ tampak AKBP Ferli mengobrol santai dengan para aremania dan berfoto bersama.

Bahkan AKBP Ferli tampak tersenyum saat diminta foto dengan seorang anak.

"Sepanjang pertandingan Sam Ferli selalu berjalan menyusuri tribun menyapa dulu-dulur," tulis akun TikTok ini.

Dalam captionnya, akun Polres Malang Official ini menuliskan:

"Mohon ijin dulur2 Aremania dengan tidak mengurangi rasa hormat dan rasa bela sungkawa kami kepada korban dan keluarga. Perkenankan kami mengupload momen Bapak Kapolres Malang "Sam Ferli" saat bersama dulur2 Aremania sebelum pertandingan dimulai. Terkait perkembangan kejadian ini, tim investigasi Mabes Polri sedang melakukan proses penyidikan. Update info nya kami share di youtube resmi Polres Malang di channel humas tv Malang".

Hingga berita diunggah belum ada statemen apapun dari AKBP Ferli terkait pencopotan dirinya sebagai imbas tragedi Kanjuruhan. (Tribunnews.com/Surya)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Teka-teki Keberadaan Kapolres Malang Saat Tragedi Kanjuruhan Terkuak, Ini Yang Sedang Ia Lakukan

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved