Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan

Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Siapa yang Harus Bertanggung jawab?

Filosofi prinsip dasar sepak bola adalah tentang perayaan kemanusiaan, artinya tidak boleh ada nyawa yang harus melayang karena sepak bola.

Editor: Munawir Taoeda
Tribunternate.com/Istimewa
OPINI: Eks penggawa Arema Indonesia asal Maluku Utara, Ahmad Sembiring Usman (2008-2009). 

Penulis: Ahmad Sembiring Usman (2008-2009), Mantan Pemain Arema Indonesia asal Maluku Utara.

DUNIA persepakbolaan Indonesia sedang berduka, kita semua sudah mengetahui bahkan, seluruh dunia juga ikut terguncang dengan tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang lalu.

Sebuah tragedi di era sepak bola moderen, dengan jumlah korban yang sampai menyentuh 131 orang tersebut, bukan merupakan hal yang wajar.

Seharusnya hal tersebut bisa di cegah, jika PSSI dalam hal ini federasi sepak bola Indonesia, mengikuti regulasi FIFA.

Banyak yang bertanya-tanya, kenapa hal itu bisa terjadi? Padahal kita semua ketahui bahwa, secara filosofi prinsip sepak bola itu tentang perayaan kemanusiaan.

Baca juga: Eks Arema Asal Ternate Maluku Utara Turut Berdukacita Atas Insiden Tragis di Stadion Kanjuruhan

Artinya tidak boleh ada satupun nyawa, yang harus melayang karena sepak bola. Ketika dalam satu pertandingan, terjadi satu korban jiwa saja, pasti ada yang salah.

Tetapi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, begitu banyak korban jiwa yang berjatuhan, berarti ini ada yang benar-benar salah dengan prosedurnya.

Nah, yang salah ini walaupun masih dalam bentuk investigasi, dalam konteks manajemen pelaksanaan pertandingan sepakbola. Panpel sudah pasti salah, aparat keamanan jelas salah, penonton masuk ke lapangan juga hal yang salah.

Memang dalam sebuah pertandingan resmi sepak bola, pasti ada pertemuan sehari sebelum pertandingan, technical meeting namanya.

Namun itu membahas lebih kepada hal-hal teknis di lapangan. Kalau kita melihat lebih spesifik, yang namanya aparat keamanan itu, sebenarnya bagian dari Panpel.

Namun bidannya kepada pengamanan. Pastinya sebelum itu sudah dilakukan Rakor (rapat koordinasi), antara Panpel dan pihak keamanan.

Eks pemain Arema Indonesia, Ahmad Sembiring Usman
Eks pemain Arema Indonesia asal Maluku Utara, Ahmad Sembiring Usman (FB/@sembiring usman)

Persoalannya sepak bola itu, punya yuridiksi sendiri. Di dalamnya terdapat regulasi-regulasi FIFA, yang di turunkan kepada anggota-anggotanya, dalam hal ini di Indonesia adalah PSSI.

Salah satu poinnya yakni FIFA Stadium Safety & Security Regulation. Di mana dalam pasal 19 di sebutkan bahwa, gas air mata dan senjata api, dilarang dalam sebuah pengaman sepak bola.

Pertanyaannya dalam Rakor Panpel dengan pihak keamanan, regulasi FIFA ini di delivery tidak kepada aparat keamanan? Mestinya hal-hal penting ini harus di sosialisasikan, mengingat berharganya sebuah nyawa manusia.

Nah, untuk menghindari kesimpang siuran, jika terjadi sebuah kekacauan yang, seperti di Stadion Kanjuruhan Malang lalu. Regulasi FIFA di atas patut di pertanyakan, di sampaikan tidak oleh Panpel kepada pihak keamanan?

Halaman
12
Sumber: Tribun Ternate
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved