Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Siapa yang Harus Bertanggung jawab?
Filosofi prinsip dasar sepak bola adalah tentang perayaan kemanusiaan, artinya tidak boleh ada nyawa yang harus melayang karena sepak bola.
Selain permasalahan penting di atas itu, ada kabar yang beredar tentang kapasitas stadion, dan tiket yang terjual melebihi kapasitas stadion.
Lalu ada informasi tentang penolakan permohonanan, perubahan jadwal dari malam ke sore oleh PT LIB ,dalam hal ini yang menjadi operator liga.
Dari informasi-informasi di atas, dalam pengetahuan sepak bola secara umum, kita sudah bisa deskripsikan siapa-siapa, yang harus bertanggung jawab dari tragedi Stadion Kanjurahan, Malang lalu.
Komdis PSSI-pun bergerak cepat, dalam waktu 2 hari, investigasi melahirkan tiga keputusan.
Pertama, AREMA Malang di larang menjadi tuan rumah, dan tanpa penonton sampai selesai kompetisi Liga Indonesia 2022-2023.
Kedua, Ketua Panpel Abdul Haris tidak boleh beraktivitas di lingkungan sepakbola seumur hidup.
Ketiga, Security Officer Suko Sutrisno dengan hukuman yang sama, yaitu di larang seumur hidup dalam aktivitas resmi sepakbola.
Banyak opini yang bermunculan, bahwa hukuman dari Komdis PSSI itu terlalu sederhana. PSSI terkesan sekadar mencuci tangan, dan mencari kambing hitam.
Padahal jika di telusuri lebih rinci, ada banyak kejanggalan dari kejadian yang abnormal tersebut. Apakah hukumannya harus sesederhana itu?.

Untuk sebuah tragedi di era moderen, yang mengguncang dunia ini? PT LIB yang mana merupakan, bagian dari statuta PSSI seharusnya bertanggung jawab penuh.
Saya bahkan berpendapat bahwa, PSSI-lah yang harus bertanggung jawab penuh. Mestinya ada seseorang yang harus berjiwa besar, tampil di depan umum, dan menenangkan ketegangan yang terjadi.
Saya membayangkan ketua umum PSSI mengeluarkan fatwa, yang menandakan diri sebagai seorang pemimpin dari sebuah organisasi.
Namun, sepertinya itu jauh dari ekspektasi saya. Karena yang terjadi hanyalah sebuah kunjungan biasa, dan sekedar menunjukkan rupa di Malang, tanpa ada statement yang menarik.
Sekarang yang menjadi permasalahan adalah, kelanjutan sepak bola kita. FIFA sudah pasti mengambil langkah-langkah tegas, dengan tragedi tersebut.
Baca juga: Liga 1: Imbang 1-1 Atas Persis Solo, Stopper PSM Makassar Asal Ternate Safrudin Tahar Beri Komentar
Tapi untungnya, sejauh yang saya ketahui FIFA bisa mem-banned sebuah federasi sepak bola, sebuah negara di ajang internasional, itu lebih kepada hal-hal yang berbau politik.
Jika yang terjadi adalah sebuah tragedi kemanusiaan, maka yang bertanggung jawab adalah federasi negara tersebut.
Harapan saya sejujurnya adalah, Mochammad Irawan atau Iwan Bule harus mundur sebagai ketua umum PSSI, karena bagi saya tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang adalah sebuah kegagalan. (*)