Liga Inggris
Kerap Dibandingkan dengan Thomas Tuchel di Chelsea, Graham Potter: Lama-lama Bisa Kena Mental
Pelatih Chelsea, Graham Potter, angkat bicara terkait kesehatan mental menjadi pelatih di klub Liga Inggris.
Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
Ia menyadari Brighton lawan yang berat dan Chelsea dalam kondisi pincang kehilangan banyak pemain kunci.
Atas kekalahan memalukan itu, Graham Potter enggan minta maaf lantaran merasa sudah berbuat maksimal.
"Saya tidak ada hal yang perlu saya sesali atau perlu minta maaf. Saya bekerja dengan baik, kalian bisa lihat tim kami adalah tim yang baik."
"Saya mengambil alih ketika mereka berada di urutan keempat dari bawah di Liga Inggris dan mungkin jadi tim terburuk ketiga," paparnya.
Graham Potter bahkan mengakui dirinya tampak bodoh gara-gara dikalahkan anak asuhnya.
Ini adalah kali pertamanya skuad Graham Potter kalah dalam sejumlah laga terakhirnya.
Dikutip TribunTernate.com dari theguardian.com, Graham Potter mengakui keputusannya menjadikan Raheem Sterling dan Christian Pulisic sebagai bek sayap adalah bumerang.
Keduanya gagal menjebol gawang lawan hingga Chelsea sempat tertinggal 3-0 di babak pertama.
Gol pembuka dicetak oleh Leandro Trossard pada menit ke-5, disusul Ruben Loftus-Cheek pada menit ke-42.
Kemudian pada babak kedua Chelsea mencetak satu gol lewat Kai Havertz pada menit ke-48 yang kemudian ditutup dengan gol Pascal Grob pada menit ke-90+2 menyegel kemenangan Brighton.
Graham Potter mengakui taktiknya gagal membuat dirinya tampak bodoh.
"Tanggung jawab mereka berdua bukanlah untuk bertahan di posisi bek sayap mereka, tapi saya paham bahwa ketika kalian melakukan sesuatu dan itu tidak bekerja dengan baik, maka kalian akan tampak agak bodoh," ujar Potter.
Meski demikian, Graham Potter tidak mau berlarut-larut dalam kegagalan ini.
"Yang terjadi biarlah terjadi. Saya harus menerima itu, menghadapinya, berbuat lebih baik, dan saya akan belajar. Itulah prosesnya," tuturnya.
(TribunTernate.com/ Ifa Nabila)