Piala Dunia Qatar 2022
Polisi Moral Qatar Larang Warga Pria Pakai Kaos V Neck dan Wanita Pakai Baju Kelihatan Pundak
Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar selalu menerapkan prinsip-prinsip syariah sesuai kebijakan negaranya.
Penulis: Ifa Nabila | Editor: Ifa Nabila
TRIBUNTERNATE.COM - Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022, Qatar selalu menerapkan prinsip-prinsip syariah sesuai kebijakan negaranya.
Aturan-aturan yang ditegakkan polisi moral atau Gasht-e-Ershad ini ada yang diterapkan khusus warga asli saja, dan ada yang berlaku untuk turis.
Gasht-e-Ershad adalah petugas penegak hukum yang menyamar seperti warga biasa.
Baca juga: Daftar Peraturan dan Hukuman di Qatar selama Piala Dunia: LGBT, Alkohol, hingga Perselingkuhan
Baca juga: Ogah Pakai Simbol LGBT di Piala Dunia 2022, Virgil Van Dijk: Kami Hanya Ingin Main Sepak Bola
Mereka berkeliaran di jalan-jalan untuk memastikan warganya mengikuti aturan yang berlaku.
Dikutip dari marca.com, aturan syariah itu antaranya pelaksanaan salat lima waktu bagi Muslim.
Kemudian dilarang mencuri, berbohong, dan mengonsumsi minuman alkohol.
Ada pula aturan berpakaian yang diterapkan untuk warga asli.
Di antaranya, untuk pria, dilarang bertelanjang dada dan memakai kaos berkerah V neck.
Baca juga: Alasan Akon Bela Piala Dunia Qatar yang Dihujat karena Isu Pelanggaran HAM: Coba Kalian ke Sini
Sedangkan untuk wanita, dilarang memakai baju yang memperlihatkan pundak dan lutut.
Serta wanita diminta untuk tidak mengenakan pakaian ketat.
Ada pula tradisi memberi salam, yakni tangan kanan diangkat untuk menyapa pria dan tangan kanan ditempelkan ke dada untuk menyapa wanita.
Daftar Aturan Piala Dunia Qatar
Ada sejumlah aturan yang hanya ditujukan kepada warga Qatar dan bukan pendatang atau suporter Piala Dunia.
Namun ada juga aturan beserta hukuman yang harus dipatuhi semua orang termasuk pendatang.
Baca juga: Aktor Film Twilight Kecam Pangeran William gara-gara Dukung Inggris di Piala Dunia: Kok Tidak Malu?

Di antaranya sebagai berikut (dikutip dari marca.com)
- Mengonsumsi minuman beralkohol di jalan umum, denda Rp 13 juta hingga penjara
- Mengonsumsi narkoba, denda Rp 13 juta hingga penjara atau deportasi
- Mengotori jalan, denda mulai Rp 43 juta
- Tidak mematuhi aturan berpakaian, larangan masuk ke tempat tujuan
- Aksi LGBT (bermesraan di publik), satu hingga tiga tahun penjara
- Berperilaku cabul, 13 juta hingga enam tahun penjara
- Perselingkuhan, penjara hingga tujuh tahun
Baca juga: Man City Paling Bikin Ketar-ketir di Piala Dunia, Guardiola Siasati Begini Hindari Kemungkinan Buruk
Akon Bela Qatar
Penyanyi Amerika Serikat, Akon, membela Qatar yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Qatar dituduh melakukan pelanggaran HAM, di antaranya tidak memenuhi hak-hak pekerja infrastruktur.

Sejumlah pihak menghujat Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia hingga memboikotnya.
Berbeda dengan orang-orang itu, Akon punya pendapat tersendiri untuk membela Qatar.
Menurutnya, orang-orang harus bisa lebih memahami suatu isu dan tidak memboikot Qatar.
Dikutip dari marca.com, Akon mengaku tidak paham atas sikap orang-orang tersebut.
"Saya tidak mengerti tujuan boikot. Menurut saya pribadi, di manapun kalian pergi di dunia ada budaya yang berbeda, cara hidup yang berbeda, standar hidup yang berbeda," ujar Akon pada TMZ Sports.
Baca juga: Ikut Nyanyikan Lagu Piala Dunia Qatar 2022, Nicki Minaj Dihujat: Kok Dukung Negara Anti LGBT?
Qatar Dituduh Langgar HAM
Qatar disebut-sebut memperlakukan para pekerja migran dengan tidak layak.
Sejumlah pekerja migran disebut meninggal selama pembangunan tempat dan infrastruktur turnamen.
Laporan menyebut, para pekerja migran dipaksa bekerja di bawah panas yang ekstrem tanpa upah setara dan kondisi yang baik.
Beberapa orang bahkan menyamakan hal itu dengan kamp kerja paksa.
Sementara itu, sang penyanyi menyebut hal itu tak bisa disamakan dengan di AS.
"Saya pikir ketika kalian melihat tempat seperti Amerika, kita punya kencenderungan menerima hal-hal tertentu begitu saja, dan kita cenderung mengikuti hal-hal yang tidak kita mengerti."
"Bukannya berpetualang ke sana untuk memahami sendiri budayanya, memahami apa yang terjadi, kalian malah cuma ikut-ikutan karena semua orang bilang ada masalah kemanusiaan," paparnya.
Akon menyebut, hidup adalah soal komunikasi dan ia berharap orang-orang berusaha untuk mencari sudut pandang lain tak hanya mengikuti arus.
(TribunTernate.com/ Ifa Nabila)