Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Sosok Mendiang Shinta Ratri: Pemimpin Ponpes Waria Al Fatah Yogyakarta, Pejuang Hak Kaum Transpuan

Simak profil singkat dan sepak terjang mendiang Shinta Ratri, pemimpin Pondok Pesantren Waria Al Fatah Yogyakarta.

Kompas.com/Wijaya Kusuma
Ketua Pondok Pesantren (Ponpes) Waria Al-Fatah, Shinta Ratri 

Ia adalah anak ketiga dari delapan bersaudara.

Shinta Ratri menempuh pendidikan di SMPN 9 dan SMAN 5 Yogyakarta.

Lalu, ia melanjutkan pendidikannya di jurusan Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM).

Selama ini, Shinta Ratri dikenal sebagai pejuang hak bagi para waria.

Keaktifannya dalam berorganisasi mulai dari tahun 80-an saat ia masih berkuliah.

Kala itu, ia mendirikan organisasi Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO) pada 1982.

Baca juga: Disuruh Menata Buku, 5 Bocah SD Dicabuli Kepala Sekolah hingga Trauma, Pelaku Cuma Dipindahtugaskan

Baca juga: Cleaning Service Stasiun Tugu yang Jujur Kembalikan Tas Isi Uang Rp44 Juta Dihadiahi Umroh dan Emas

Baca juga: Melintasi Langit Indonesia Rabu Malam Ini, Komet C/2022 E3 ZTF Dapat Dilihat dengan Mata Telanjang

Organisasi ini berdiri karena Shinta Ratri dan kawannya, Mbak Riki, merasa kegiatan waria di Yogyakarta hanya sebatas nongkrong.

"Itu ketika saya masih muda, saya ketemu kawan-kawan waria ini. Ya itu, kita (kawan-kawan waria) kok cuma nongkrong aja, ngobrol ke sana kemari, nggak ada (manfaatnya)."

"Waktu itu yang kuliah aku dan Mbak Riki, 'Yuk kita bikin organisasi'," kisah Shinta Ratri, dikutip Tribunnews.com dari YouTube PARES Indonesia.

Saat mendirikan IWAYO, Shinta Ratri menjabat sebagai Bendahara.

Sementara untuk Ketua, dipilih dari waria senior yang disegani kawan-kawan lainnya.

"Saya jadi Bendahara, Mbak Riki jadi Sekretaris. Kita memilih Ketua waria yang memang tua, disegani kawan-kawan," ujarnya.

Sebelum meninggal dunia, Shinta Ratri menjabat sebagai Ketua IWAYO.

Pada tahun 2008, Shinta Ratri memutuskan mendirikan Pondok Pesantren Waria Al Fatah Yogyakarta karena melihat kawan-kawannya yang waria, mengalami ketidaknyamanan saat beribadah di ruang publik.

Berangkat dari hal itu, Shinta Ratri pun membuat pondok pesantren untuk waria.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved