Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Mengenal Arcturus, Subvarian Baru Covid-19 Omicron XBB.1.16 yang Merebak di India

WHO mengatakan, laporan sejauh ini tidak menunjukkan peningkatan kasus rawat inap, masuk ICU atau kematian akibat XBB.1.16.

Christof STACHE/AFP
ILUSTRASI Kasus Covid-19 - Dalam foto: Tenaga medis bekerja di unit perawatan intensif dengan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit di Freising dekat Munich, Jerman selatan, pada 16 November 2021, di tengah pandemi virus corona Covid-19 yang sedang berlangsung. 

TRIBUNTERNATE.COM - Tiga tahun berlalu, belum berarti pandemi virus corona penyebab penyakit Covid-19 sudah sepenuhnya berakhir.

Terkini, ada subvarian baru Covid-19 Omicron XBB.1.16 yang dikenal sebagai Arcturus.

Subvarian tersebut menyebabkan lonjakan kasus infeksi Covid-19 di India.

Kantor berita India New Delhi Television melaporkan bahwa negara itu mencatat lebih dari 10.000 kasus Covid-19 baru dalam waktu 24 jam terakhir.

Angka ini 30 persen lebih banyak dari jumlah yang tercatat pada hari sebelumnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya mengatakan sedang memantau subvarian XBB.1.16.

Berikut hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang subvarian baru Covid-19 ini:

Apa itu subvarian Arcturus?

Dikutip dari laman Channel News Asia, Sabtu (15/4/2023), Arcturus atau XBB.1.16 adalah subvarian dari varian Omicron yang sedang dipantau WHO 'karena memiliki potensi perubahan yang perlu untuk diawasi dengan baik'.

Subvarian ini kali pertama terdeteksi pada Januari 2023, dan ditambahkan ke daftar varian WHO yang sedang dipantau pada 22 Maret lalu.

Ini adalah subvarian rekombinan atau hibrida dari BA.2.10.1 dan BA.2.75, yang merupakan turunan dari varian Omicron BA.2.

"Ada sekitar 800 urutan virus dari 22 negara," kata WHO saat konferensi pers pada 29 Maret lalu.

Kebanyakan dari subvarian ini berasal dari India, di mana XBB.1.16 telah menggantikan subvarian lain yang beredar.

Profilnya mirip dengan subvarian XBB.1.5, namun memiliki mutasi tambahan pada protein lonjakan, yang menunjukkan peningkatan infektivitas dalam penelitian laboratorium, serta potensi peningkatan patogenisitas yang mengacu pada kemampuan suatu organisme untuk menyebabkan penyakit.

ILUSTRASI - Sejumlah petugas medis satgas covid-19 Bangli ketika melakukan rapid test pada tiga anggota keluarga di wilayah Desa Abuan, Susut, Bali. Jumat (3/4/2020).
ILUSTRASI - Sejumlah petugas medis satgas covid-19 Bangli ketika melakukan rapid test pada tiga anggota keluarga di wilayah Desa Abuan, Susut, Bali. Jumat (3/4/2020). (Istimewa)

Sebuah studi dari Universitas Tokyo menunjukkan bahwa subvarian tersebut menyebar sekitar 1,17 hingga 1,27 kali lebih efisien daripada galur XBB.1 dan XBB.1.5.

Halaman
123
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved