Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Makam Dibongkar, Jasad Mbah Moen Masih Utuh meski Wafat 4 Tahun Lalu, Ini Sosok KH Maimun Zubair

Jasad mendiang KH Maimun Zubair atau Mbah Moen, yang sudah meninggal dunia 4 tahun lalu, masih utuh ketika makamnya dibongkar.

|
instagram.com/jokowi
Foto kenangan Jokowi dengan almarhun Mbah Moen, sorban yang dikalungkan sendiri oleh Kiai Haji Maimun Zubair. 

Diantara ilmu yang beliau pahami dan hafal adalah yang biasa digunakan di kalangan santri, seperti Ilmu Shoraf, Nahwu, Fiqh, Manthiq, Balaghah, Ilmu Syarah dan lainnya.

Di usia sekitar 17 tahun, KH. Maimun telah menghafal kitab-kitab Nadzam, seperti AlJurumiyah, Imrithi, Alfiyyah Ibnu Malik, Matan Jauhrotul Tauhid, Sullamul Munauroq, Rohabiyyah fil Faraidh. Serta memahami beberapa kitab fiqh yang terkenal seperti Fathul Qarib, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab, dan lain sebagainya.

Pada tahun 1945, Mbah Moen menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, di bawah bimbingan KH. Abdul Karim (Mbah Manaf), KH. Mahrus Ali dan KH. Marzuqi, hingga tahun 1949.

Kemudian pada tahun 1950 di usianya yang ke-21 tahun, Mbah Moen berangkat ke tanah suci Makkah untuk melanjutkan studi agamanya dibawah bimbingan Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, dan Syekh Abdul Qodir al-Mandaly.

Sepulangnya dari Makkah, Mbah Moen terus melanjutkan menimba ilmu ke ulama-ulama terkemuka Indonesia, seperti KH. Baidhowi, KH. Ma’shum Lasem, KH. Bisri Musthofa, KH. Wahab Chasbullah, KH. Muslih Mranggen, KH. Abdullah Abbas Buntet, Syaikh Abdul Fadhol Senori, dan ulama-ulama lainnya.

Pada tahun 1967, Mbah Moen mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar di Karangmangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

Pondok pesantren ini memiliki santri sekitar 3.210 orang, yang terbagi atas santri laki-laki sekitar 2.456, dan santri perempuan berjumlah 754 orang, dengan tenaga pengajar 72 orang.

Dari pesantren ini, Mbah Moen berhasil mencetak banyak ulama-ulama besar Indonesia, seperti KH. Abdul Wahid Bandungsari, KH. Zuhrul Anam, KH. Bahauddin Nursalim atau Gus Baha, KH Sya’roni dan lainnya.

Gus Baha diketahui sering mendapingi Mbah Moen untuk berbagai keperluan hingga menjadi murid kesayangannya.

Selain itu, Mbah Moen bukan hanya sebagai tokoh penting Nahdlatul Ulama’, ia bahkan pernah menjadi Rais Syuriyah PWNU Jateng, serta menjadi Mustasyar PBNU hingga akhir hayatnya, yakni pada Selasa, 6 agustus 2019 di Mekah.

Karya-karya Mbah Moen, diantaranya:

  • Kitab Taroojim (Kitab ini bercerita tentang sejarah berdirinya Pondok Pesantren Sarang)
  • Kitab Al-Ulamaul Mujaddidun (Kitab ini berisi masalah untuk ijtihad dan pembaharu Islam)
  • Kitab Nushuusul Akhyar (Kitab ini berisi masalah puasa dan hari raya)
  • Kitab Taujihatul muslimin (Kitab ini berisi tentang cara mempersatukan golongan umat Islam)
  • Kitab Malakhulttanasukkil Maki (Kitab ini berisi tentang jalan ibadah Ulama Mekah dan penyempurnaannya)
  • Kitab Yasiin Fadhilah (Kitab ini berisi tentang keutamaan Surat Yasiin)
  • Kitab Al-Fuyudhoturrabbaniyyah (Kitab ini berisi tentang masalah membangsakan pada Thoriqoh Naqsabandiyah)

Dilihat dari karya-karya KH Maimun Zubair, dapat disimpulkan bahwa Mbah Moen merupakan sosok ulama yang sangat berpengaruh di Indonesia, maka tidak heran jika pesan-pesan KH. Maimun Zubair banyak tersebar di media sosial, yang kemudian berpengaruh dalam kehidupan berbangsa dan beragama.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul SOSOK Mbah Moen, Guru Gus Baha Sekaligus Ulama yang Jasadnya Masih Utuh saat Dibongkar di Kota Mekah

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved