Terkini Internasional

Ada Kasus Kelainan Pembuluh Darah Otak, Jerman Batasi Penggunaan Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Vaksin Covid-19 dari AstraZeneca.

MAJU-MUNDUR PENGGUNAAN ASTRAZENECA

Keputusan Jerman diambil menyusul laporan lebih lanjut oleh regulator vaksin negara itu, Paul Ehrlich Institute (PEI), tentang adanya kasus pembekuan darah yang dikenal sebagai trombosis vena sinus serebral (cerebral sinus vein thrombosis/CVST).

Trombosis vena sinus serebral (CVST) adalah penyakit kelainan pembuluh darah akibat pembentukan gumpalan darah pada pembuluh darah di otak (sinus vena) seperti stroke yang langka terjadi, dengan gejala klinis dan gambaran radiologis yang bervariasi, sehingga sulit untuk didiagnosis.

PEI menyatakan telah mencatatkan 31 kasus CSVT, yang mengakibatkan sembilan kasus kematian, dari sekitar 2,7 juta orang yang telah menerima vaksin AstraZeneca.

Dengan pengecualian dua kasus, semua laporan melibatkan perempuan berusia antara 20 dan 63 tahun.

Penggunaan vaksin di Jerman pada awalnya terbatas hanya pada mereka yang berusia di bawah 65 tahun, suntikan telah diberikan di antara wanita yang lebih muda, terutama staf medis dan guru.

Banyak negara Eropa yang sempat berhenti menggunakan vaksin AstraZeneca pada awal bulan Maret 2021 saat ditemukan adanya beberapa kasus pembekuan darah.

Baik European Medicines Agency (EMA) maupun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah mengatakan bahwa manfaat vaksin AstraZeneca jauh melebihi risikonya.

Tinjauan EMA yang mencakup 20 juta orang yang mendapat suntikan AstraZeneca di Inggris dan Wilayah Ekonomi Eropa menemukan tujuh kasus pembekuan darah di beberapa pembuluh darah dan 18 kasus CVST.

Sementara itu, jutaan dosis vaksin AstraZeneca telah diberikan dengan aman di seluruh dunia.

Sejak itu, hampir semua negara kembali menggunakan vaksin tersebut.

Namun, Prancis memutuskan dengan pedoman dari EMA dan mengatakan pada 19 Maret 2021 lalu, bahwa itu hanya boleh diberikan kepada orang-orang yang berusia 55 atau lebih.

Prancis mengatakan, keputusan itu didasarkan pada bukti bahwa kasus pembekuan darah terjadi orang berusia muda.

Pada Senin (29/3/2021), pejabat kesehatan Kanada mengatakan bahwa mereka akan berhenti menawarkan suntikan AstraZeneca kepada orang-orang yang berusia di bawah 55 tahun dan memerlukan analisis baru tentang manfaat dan risiko suntikan vaksin tersebut berdasarkan usia dan jenis kelamin.

Sementara itu, Perdana Menteri Bavaria Markus Soeder mengkritik "maju-mundurnya" penggunaan vaksin AstraZeneca.

Markus mengatakan, semua rekomendasi menunjukkan bahwa bahaya penyakit parah dari virus corona lebih besar daripada efek samping yang terkait dengan suntikan vaksin itu.

SUMBER: AFP via Channel News Asia

(TribunTernate.com/Rizki A.)

Berita Terkini