TRIBUNTERNATE.COM - Pada Selasa (8/6/2021) hari ini, tepat seratus tahun yang lalu, presiden kedua Republik Indonesia Soeharto dilahirkan.
Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta pada 8 Juni 1921.
Ia dikenal sebagai Presiden Indonesia dengan masa jabatan terlama, yakni 32 tahun.
Sebelum menjadi presiden, Soeharto merupakan pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda.
Pangkat terakhir yang disandang Soeharto adalah Mayor Jenderal.
Hari ini, Selasa (8/6/2021) adalah tepat 100 tahun lahirnya Soeharto.
Peringatan 100 tahun lahirnya Soeharto yang jatuh pada Selasa hari ini digelar di Masjid At-Tin Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur
Diberitakan oleh Tribunnews.com, acara peringatan tersebut dihadiri masyarakat dari berbagai kalangan
Media Relation Panitia Seabad Soeharto, Aron mengatakan, masyarakat yang hadir membacakan Yasin, tahlil, dan tahmid.
"Memanjatkan doa bersama untuk almarhum Pak Soeharto, serta membacakan Yasin, tahmid dan tahlil, pukul 15.30 WIB hingga selesai," kata Aron saat dikonfirmasi, Selasa (8/6/2021).
Lebih lanjut, pihak Panitia Seabad Soeharto menjamin kegiatan doa bersama yang diselenggarakan secara offline akan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat.
Acara ini juga akan disiarkan secara langsung melalui layanan streaming online di ratusan masjid di Indonesia.
Kata Aron, dalam agenda doa bersama nantinya di Masjid At-Tin, Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto dijadwalkan akan hadir.
"Prabowo Subianto akan hadir," tukasnya.
Kendati begitu, dirinya belum dapat memastikan betul terkait kehadiran dari Ketua Umum Partai Gerindra itu.
Baca juga: 8 Kabupaten di Jateng Zona Merah, Ganjar Pranowo Ungkap Faktor Penyebab Kasus Covid-19 Naik Tajam
Baca juga: Sudah 10 Surat Dilayangkan, Pimpinan KPK Firli Bahuri cs Masih Tak Penuhi Panggilan Komnas HAM
Baca juga: Pangeran Harry Mengaku telah Minta Izin Ratu Elizabeth II Sebelum Namai Putrinya Lilibet Diana
Kenangan Soeharto di Mata Putrinya, Mbak Tutut
Putri mendiang Presiden RI ke-dua Jenderal Besar TNI HM Soeharto, Siti Hardijanti Rukmana mengenang perjuangan ayahanda di masa kepemimpinannya menjadi Presiden.
Siti Hardijanti Rukmana atau yang karib disapa Tutut Soeharto mengatakan, semasa kepemimpinan Soeharto perkembangan ekonomi Indonesia meningkat.
Bahkan kata dia, Indonesia berhasil diakui menjadi negara berkembang dari yang sebelumnya negara miskin.
"Pada era pembangunan atau era orde baru, bangsa kita berhasil membangun ekonomi tumbuh secara konstan, rata-rata diatas 7 persen pertahun, Alhamdulillah kemiskinan berhasil ditekan ke angka 11 persen pada tahun 1997," kata Tutut dalam sambutannya pada acara haul 100 tahun lahirnya Soeharto, di Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur, Selasa (8/6/2021).
Tak hanya itu, anak dari keluarga Cendana itu juga menyatakan kalau diakhir kepemimpinan Soeharto, Indonesia sempat mendapat julukan sebagai Macan Asia.
Hal itu dikarenakan banyaknya penghargaan dunia yang dicapai Indonesia pada era orde baru atau saat mendiang Soeharto memimpin.
"Bahkan pada akhir orde baru bangsa ini telah berada pada fase sebagai negara industri baru di Asia ada juga yang menyebutkan sebagai macan Asia",
"Capaian itu tidak dapat dipungkiri suka atau tidak tentunya menjadi pijakan bagi tahapan-tahapan hingga masa saat ini," tukasnya.
Profil Soeharto
Dikutip dari kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, Soeharto merupakan Presiden kedua Republik Indonesia.
Soeharto adalah anak dari seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa.
Ayahnya bernama Kertosudiro dan ibunya bernama Sukirah.
Saat berusia delapan tahun, Soeharto masuk sekolah.
Ia sering pindah sekolah.
Baca juga: Wasekjen PDIP soal Bambang Pacul yang Sebut Ganjar Pranowo Keminter: Biasa Saja itu Mengingatkan
Baca juga: Jika Indonesia Masuk Zona Merah Pandemi Covid-19, Ini Risiko yang Diperingatkan Ekonom
Awalnya Soeharto disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean.
Kemudian pindah ke SD Pedes, karena ibu dan suaminya, Pak Pramono pindah rumah ke Kemusuk Kidul.
Pada 1941, Soeharto terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah.
Akhirnya, Soeharto resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Pada 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah, seorang anak pegawai Mangkunegaran.
Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah atau Bu Tien digelar di Solo pada 26 Desember 1947.
Saat itu, usia Soeharto 26 tahun dan bu Tien 24 tahun.
Mereka dikaruniai enam putra dan putri, yaitu:
- Siti Hardiyanti Hastuti
- Sigit Harjojudanto
- Bambang Trihatmodjo
- Siti Hediati Herijadi
- Hutomo Mandala Putra
- Siti Hutami Endang Adiningsih
Karier Militer Soeharto
Dikutip dari tni.mil.id, pada 1 Juni 1940, Soeharto diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah.
Soeharto tamat sekolah militer sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral setelah enam bulan menjalani latihan dasar.
Soeharto terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong serta resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945.
Pada 1942, saat Perang Dunia II berlangsung, Soeharto dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu.
Dengan berpangkat sersan tentara KNIL, Soeharto menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA.
Soeharto juga menjadi komandan resimen dengan pangkat mayor dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel.
Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, Soeharto tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel.
Soeharto memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi.
Lalu, Soeharto ditunjuk sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL.
Pada 1 Maret 1949, Soeharto ikut dalam serangan umum yang berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam.
Ternyata, inisiatif itu merupakan saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menyarankan, Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia masih ada.
Di usia 32 tahun, Soeharto dipindahkan tugas ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret 1953).
Lalu, pada 3 Juni 1956, Soeharto diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang.
Dari Kepala Staf, Soeharto diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro.
Kemudian, pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.
Pada 1 Oktober 1961, Soeharto merangkap dua jabatan, yakni sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun dan bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD).
Tahun 1961, Soeharto kembali mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis) dan Bonn (Jerman).
Pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal pada 1 Januari 1962 dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar di usia 41 tahun.
Sepulangnya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution.
Pada pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965.
Akhirnya, pada 1968 Soeharto resmi menjadi Presiden kedua.
Sooeharto kembali dipilih oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Pada 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada 21 Mei.
Soeharto merupakan Presiden dengan masa jabatan terlama, selama kurang lebih 31 tahun.
Soeharto kemudian digantikan oleh BJ Habibie.
(Tribunnews.com/Nadya, Rizki Sandi Saputra)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 100 Tahun Lahirnya Soeharto, Ini Profil Presiden Kedua RI dengan Masa Jabatan Terlama
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kenang Mendiang Ayah, Tutut Soeharto: Beliau Membawa Indonesia dari Negara Miskin Menuju Berkembang