TRIBUNTERNATE.COM - Pandemi Covid-19 telah merebak sejak awal Januari 2020 lalu.
Dalam kurun waktu 1,5 tahun sejak pandemi Covid-19 bermula, virus yang menyebabkan penyakit itu, SARS-CoV-2, telah bermutasi beberapa kali.
Beberapa jenis virus hasil mutasi bersifat lebih menular dan lebih mematikan daripada yang lainnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah mengklasifikasikan empat mutasi tersebut sebagai varian yang mengkhawatirkan, yaitu Alfa, Beta, Gamma, dan Delta.
Empat varian lainnya, yaitu Eta, Iota, Kappa, dan Lambda, telah ditetapkan sebagai varian yang menjadi perhatian (varian of interest).
Apalagi varian Lambda, yang pertama kali terdeteksi di Peru, menyebar dengan cepat dalam beberapa minggu terakhir.
Lambda saat ini merupakan varian dominan di negara Andes, yang memiliki tingkat kematian virus corona per kapita tertinggi di dunia.
Varian ini juga telah menyebar ke setidaknya 28 negara lain termasuk Argentina, Brasil, Kolombia, Ekuador, dan Inggris.
Baca juga: Varian Lokal Corona B.1466.2: Satgas Covid-19 Selidiki Kemunculannya, Sempat Dominasi Kasus di RI
Baca juga: WHO Teliti Varian Corona Lokal B14662 Asal Indonesia yang Berpotensi Berbahaya di Masa Depan
Baca juga: 95% Kasus Covid-19 Indonesia Didominasi Varian Delta, 5 Info Penting Ini Perlu Diketahui
Di mana dan kapan pertama kali terdeteksi?
Varian Lambda pertama kali terdeteksi di Peru Desember lalu. Ini adalah variasi dari virus corona baru yang pertama kali tercatat di negara itu pada Agustus 2020.
Asal pasti varian Lambda, yang sebelumnya dikenal sebagai strain Andes, masih belum jelas. Tetapi para ilmuwan mengatakan itu pertama kali muncul di Amerika Selatan.
Institus Kesehatan Nasional Peru menyebutkan, Lambda telah berkembang mewakili 80 persen dari semua kasus di Peru dalam tiga bulan terakhir.
“Ketika kami menemukannya, itu tidak menarik banyak perhatian,” kata Pablo Tsukayama, seorang dokter di mikrobiologi molekuler di Universitas Cayetano Heredia di Lima. Tsukayama adalah salah satu orang yang mendokumentasikan kemunculan Lambda.
“Tapi kami terus memproses sampel, dan pada bulan Maret, sudah ada di 50 persen sampel di Lima. Pada April, itu ada di 80 persen sampel di Peru, ”kata Tsukayama kepada Al Jazeera.
Ia menekankan, lonjakan dari satu menjadi 50 persen itu merupakan indikator awal dari varian yang lebih menular.