TRIBUNTERNATE.COM - Nama-nama calon pengganti Anies Baswedan untuk menduduki posisi Gubernur DKI Jakarta saat ini mulai bergema.
Diketahui, masa jabatan Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta dan wakilnya, Ahmad Riza Patria, akan berakhir pada Oktober 2022 nanti.
Namun, pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jakarta berikutnya baru akan dimulai pada 2024, serentak dengan pilkada daerah-daerah lain.
Meski masih jauh, sudah ada sejumlah nama yang digadang-gadang bakal mengikuti konstestasi Pilkada DKI Jakarta 2024.
Dua di antara nama tersebut adalah Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (Risma) dan Wali Kota Solo yang juga putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.
Hal ini pun mendapat sorotan dari pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno.
Menurut Adi Prayitno, munculnya nama Risma dan Gibran bukanlah hal yang baru.
Ia menilai sebagai hal yang wajar jika seandainya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menyebut-nyebut nama dua kadernya tersebut.
Baca juga: Ada Gibran hingga Risma, Ini 6 Nama Kader PDIP Calon Gubernur DKI Jakarta, Berikut Profilnya
Baca juga: Tambah 57 Pasien, Total Kasus Omicron Kini Jadi 318: 99 Persen Bergelaja Ringan atau OTG
Baca juga: Penggunaan Pelat Nomor Putih Mulai Berlaku Pertengahan 2022, Berikut Penjelasan Polri
Alasan Risma diipilih
Menyangkut nama Risma misalnya, Adi mengatakan memang sudah lama selalu diproyeksikan untuk menjabat sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta.
Menurut catatannya, mantan Walikota Surabaya itu pernah mengemuka juga dan disebut-sebut bakal dicalonkan PDIP di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Saat itu bahkan sudah muncul tim relawan untuk mendukung Risma.
"Kita tahu Risma selalu diproyeksikan jadi orang yg sangat layak pantas duduk di DKI 1," kata Adi Prayitno, dalam video kepada KOMPAS.TV, Sabtu (8/1/2022).
Terkait Gibran
Sementara terkait Gibran Rakabuming, namanya juga disebut-sebut karena dianggap pantas mengikuti jejak sang ayah, Presiden Joko Widodo.
Seperti diketahui sebelum menjadi Presiden, Jokowi pernah menjadi walikota Solo.
Kemudian pada 2012 mengikuti Pilkada DKI Jakarta dan menjadi orang nomor satu di Ibu Kota.
"Dia dinilai (Gibran) sebagai orang yang pantas menapaki jejak langkah Joko Widodo dari Solo jadi (Gubernur) ke Jakarta dan Istana (jadi presiden)," paparnya.
Menurut Adi Prayitno, variabel-variabel yang ada pada Risma dan Gibran itulah yang kemudian cenderung membuat PDIP kembali memasukkan nama mereka di dalam bursa.
Apalagi, Risma dan Gibran juga termasuk pejabat publik yang cukup dikenal dan populer.
"Variabel-variabel ini , kenapa PDIP relatif memasuki Risma dan Gibran karena cukup dikenal dan populer dan bakal menyemarakan Pilgub DKI Jakarta 2024," ujarnya.
Penjelasan Sekjen PDIP
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan partainya memiliki banyak stok kader berkualitas, baik dari sisi konseptual maupun dalam pengalaman bekerja, untuk dimajukan dalam Pilkada 2024, termasuk untuk DKI Jakarta.
Kata Hasto, melalui mekanisme kaderisasi, PDIP secara sistemik telah mempersiapkan calon-calon pemimpin, siapa nantinya yang akan ditugaskan di Jakarta. Namun skala prioritas saat ini adalah konsolidasi ke dalam.
"Terus memperkuat gerak kepartaian untuk rakyat," ujar Hasto.
PDIP juga mendengarkan aspirasi rakyat agar gambaran kepemimpinan yang ideal sebagaimana yang dulu ditunjukkan Jokowi, Ahok, dan Djarot Saiful Hidayat, nanti dapat dilanjutkan untuk menyongsong tantangan DKI ke depan.
Sebab PDIP menyadari Jakarta masih menghadapi berbagai persoalan seperti banjir yang belum terselesaikan. Atau tata kota yang bisa membuat seluruh warga DKI Jakarta merasa 'at home' dan mendapat kehidupan yang layak.
Ketika ditanya apakah yang disiapkan itu Tri Rismaharini dan Gibran Rakabuming, Hasto lalu menjawab begini.
Yang pertama, Risma telah membuktikan kepemimpinannya selama dua periode di Surabaya. Risma telah melakukan perubahan signifikan seperti merawat lingkungan hingga tata kota.
"Bu Risma dalam kepemimpinan selama 2 periode di Kota Surabaya mampu menunjukkan perubahan yang signifikan perubahan secara kultur. Sehingga masyarakat Surabaya, kita lihat sekarang merawat lingkungan dengan baik melakukan tata kota yang mencerminkan keindahan kota Surabaya," kata Hasto.
Sementara Gibran masih perlu membuktikan kepemimpinannya di Solo, seperti yang dilakukan Risma.
Kata Hasto, Gibran banyak meminta ilmu kepada Risma dalam memimpin Solo.
"Mas Gibran, beliau sudah terpilih sebagai Walikota Solo tentu saja harus juga membuktikan bagaimana kepemimpinan Mas Gibran agar kepemimpinan yang ideologis yang mengedepankan juga kultur nusantara, serta mampu membawa perubahan secara sistemik sebagaimana telah dilakukan oleh Bu Risma juga dapat dilakukan oleh Mas Gibran," tandas Hasto.
Sumber: Kompas.TV/Tribunnews.com
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Gibran Diprediksi Bisa Ikuti Jejak Ayahnya, dari Wali Kota Solo, Gubernur DKI Lalu Jadi Presiden RI