TRIBUNTERNATE.COM, TERNATE - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Ternate, Maluku Utara menyebut sampah makanan atau food waste masih menjadi tantangan besar saat ini.
Informasi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2023, sampah sisa makanan menyumbang 41,4 persen dari total sampah nasional.
Menurut Kepala DLH Kota Ternate Muhammad Syafei, Kota Ternate berpotensi menghadapi masalah serupa.
Sehingga harus secepatnya membuat penelitian karakteristik sampah.
Baca juga: Diduga Absen Berkantor Sejak Juli 2025, BKD Maluku Utara Warning Kepala BP2OKP
"Secara nasional (sisa makanan) itu 30-40 persen dari sampah organik), "katanya, Selasa (12/8/2025).
"Saya menduga Ternate juga sama, Tapi kita harus bikin penelitian karakteristik sampah, "lanjutnya.
Dikatakan, penumpukan sampah organik berisiko bisa menghasilkan gas metana yang mudah terbakar.
Yang mana jika terkumpul di satu tempat dan tersulut (api), bisa meledak.
"Salah satu solusi dari dampak buruk gas metana adalah menghadirkan pipa yang ditanam di antara tumpukan sampah, supaya gas tidak tersulut yang bisa menyebabkan ledakan, "ujar Muhammad Syafei.
Meski berbahaya, gas metana bisa dimanfaatkan jika dikelola dengan teknologi yang tepat.
"Gas metana bisa direkayasa menjadi gas (untuk memasak lewat) biodigester kaya tabung."
"Sisa makanan diblender, kasih masuk di dalam tabung itu ada proses bakteri."
Baca juga: Awal September 2025, Polda Maluku Utara Mulai Bermarkas di Sofifi
"Ketika dikumpulkan di dapur akan menghasilkan api, tapi bertahan tidak lama, "paparnya.
Selain itu pentingnya bank sampah di setiap kelurahan dan gang/lorong sebagai langkah pengurangan volume sampah.
"Persentasenya masih kecil, tapi harus didorong, agar lingkungan bisa terjaga dan masyarakat lebih merasa nyaman, "tutupnya. (*)