TRIBUNTERNATE.COM - Kasus Covid-19 harian di Indonesia masih terus menunjukkan kenaikan.
Bahkan dalam dua hari terakhir, yakni pada Rabu (16/2/2022) dan Kamis (17/2/2022) Indonesia mencatat penambahan kasus baru di atas angka 60 ribu kasus.
Hal ini disebabkan oleh varian virus corona terbaru, yakni varian Omicron yang penularannya lebih cepat dibandingkan varian Covid-19 yang lain.
Meski begitu, angka kenaikan kasus harian tidak diimbangi dengan angka keterisian tempat tidur yang tinggi.
Sehingga, fasilitas pelayanan kesehatan di Tanah Air masih dalam kategori aman.
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh seseorang jika dirinya sempat kontak erat dengan pasien Covid-19?
Menurut dokter Tirta Mandira Hudhi, cara penanganan untuk orang yang kontak erat dengan pasien Covid-19 sederhana.
Dokter Tirta mengatakan bahwa hanya ada dua cara yang bisa dilakukan seseorang yang berkontak erat dengan orang terpapar Covid-19.
Baca juga: Komentari Statement Luhut Bebas Pergi jika Sudah Vaksin, dr Tirta: Boleh Takut tapi Enggak Ketakutan
Baca juga: Ngegas, dr Tirta Bantah Covid-19 Naik saat Tahun Baru Gara-gara Konspirasi: Wajar Kalau Naik
Kedua cara itu adalah, yang pertama orang tersebut bisa melakukan tes swab antigen untuk memastikan dirinya tertular atau tidak.
Sementara cara kedua, jika orang tersebut tidak mampu atau tidak ingin tes Covid-19, maka ia harus menjalani isoman selama lima hari berturut-turut.
"Untuk semua orang yang kontak dengan orang yang sudah positif Covid-19, (cara penanganannya) simple," kata dr Tirta dikutip dari YouTube Tirta PengPengPeng, Rabu (16/2/2022).
"Pilihannya cuma dua, kamu mau swab antigen atau kamu tinggal isoman lima hari," imbuhnya.
Kemudian, dr Tirta menjelaskan, jika orang yang berkontak erat dengan pasien Covid-19 itu sudah menjalani isoman selama lima hari dan tidak bergejala apa pun, maka kondisi orang tersebut telah aman dari paparan Covid-19.
"Kalau selama lima hari kamu nggak ada gejala, aman. Itu cara menangani Covid-19 yang sekarang (sedang merebak)," tandas dr Tirta.
Video selengkapnya:
Mitos dan Fakta Seputar Covid-19 Omicron
Seiring meningkatnya laju penularan virus corona varian Omicron, informasi palsu atau hoaks pun ikut bermunculan di media sosial.
Seperti diketahui, Covid-19 varian Omicron pertama kali ditetapkan sebagai varian of concern (VOI) atau varian yang diwaspadai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 26 November 2021.
Varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada 24 November 2021 dan mulai memasuki Indonesia sejak 27 November 2021.
Kini, kasus Covid-19 di Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia sedang menanjaki puncak tertingginya.
Diketahui, kasus Covid-19 tersebut didominasi oleh varian Omicron yang lima kali lipat lebih menular daripada varian Delta.
Lantas, informasi apa sajakah yang harus diketahui masyarakat tentang varian Omicron ini?
Agar tak terhindar dari berita palsu atau hoaks tentang Omicron, berikut informasi tentang mitos dan fakta seputar Omicron dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Baca juga: Berani Umumkan Terpapar Covid-19 Varian Omicron, Ge Pamungkas: Jangan Jadi Pembunuh Tanpa Darah
Baca juga: Video Anggap Covid-19 Tidak Ada Viral, Bupati Karanganyar Beri Penjelasan
Kabar yang menyebut bahwa varian Omicron hanya menimbulkan gejala ringan adalah mitos.
Faktanya, meskipun penyebaran Omicron lebih cepat dan gejalanya tidak separah varian Delta, namun bagi lansia, orang dengan komorbid, dan orang yang belum divaksinasi, Omicron tetap mematikan.
Orang-orang yang rentan tersebut tetap memiliki potensi kematian apabila terpapar varian Omicron.
Kabar yang menyebut bahwa vaksin tidak mempan melumpuhkan Omicron adalah mitos.
Faktanya, vaksin Covid-19 menjadi perlindungan terbaik bagi seseorang untuk melawan varian Omicron.
Data menunjukkan bahwa 60 persen pasien Omicron di Indonesia yang meninggal dunia adalah mereka yang belum pernah divaksinasi.
Kabar yang menyebut bahwa orang yang belum divaksinasi tidak akan bergejala parah saat terpapar Omicron adalah mitos.
Faktanya, orang yang belum divaksinasi Covid-19 sama sekali justru adalah orang yang paling rentan terpapar Omicron.
Sebagian besar pasien Omicron yang menjalani perawatan di rumah sakit adalah mereka yang belum divaksinasi.
Kabar yang menyebut bahwa Omicron tidak bisa menginfeksi orang yang sudah pernah terpapar Covid-19 sebelumnya adalah mitos.
Faktanya, orang yang pernah positif Covid-19 juga bisa terkena Omicron.
Untuk itu, vaksin sangat dianjurkan untuk menghindari gejala parah yang mungkin akan timbul.
Kabar yang menyebut bahwa penggunaan masker tak bisa mencegah penularan Omicron adalah mitos.
Faktanya, pencegahan terbaik agar tak tertular Omicron adalah disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Protokol kesehatan itu termasuk memakai masker, mencuci tangan dan mengurangi mobilitas, serta mendapatkan vaksinasi Covid-19.
(TribunTernate.com/Ron)