TRIBUNTERNATE.COM, BACAN - Ompu Juru Tulis Raa Kesultanan Bacan di Halmahera Selaan, Ibnu Tufail menjelaskan.
Kata Marabose, terdiri dari dua suku kata, yakni Mara dan Bose (bahasa daerah Halmahera Selatan).
Mara diartikan Pulau Makian di Halmahera Selatan, dan Bose adalah kata kerja mendayung.
jadi Marabose merupakan perjalanan hijarah, Sultan Bacan pertama di Halmahera Selatan.
Baca juga: Gemasuba Halmahera Selatan: Festival Marabose 2022 Spirit Membangun Peradaban Kesultanan Bacan
Yakni Said Muhammad Al Bakir dari Tahane Pulau Makian ke Pulau Bacan, lewat jalur laut sekitar tahun 1227.
"Jadi pengertian secara keseluruhan, Marabose adalah satu kegiatan di laut."
"Yaitu mengawali hijrahnya Sultan pertama, yakni Sultan Said Muhammad Al Bakir."
"Yang semasa memerintah, sementara berada di Tahane Pulau Makian."
"Mereka bertahta di sana sebagai Sultan, "ujarnya, Selasa (25/10/2022).
Di jaman itu, kata Ibnu, Sultan Said Muhammad Al Bakir dianggap sebagai Sultan Makian.
Ketika ia hijrah ke Pulau Bacan, ada beberapa titik yang disinggahinya.
Yaitu dari Tahane ke Boki Maake, Talimau, Ompuasal dan Bacan.
Menurut Ibnu, ada alasan tertentu hijrahnya Sultan Said Muhammad Al Bakir dari Pulau Makian.
Di mana kondisi geografi dan topografi Pulau Makian, yang bisa dibilang.
Tidak memungkinkan. Sebab ada letupan-letupan gunung berapi.
Di samping itu, di Pulau Makian juga sumber airnya pada jaman itu sangat kecil.
Sehingga mereka terpaksa mencari daerah, yang sumber airnya mudah didapatkan.
"Tapi sesungguhnya, ada pemikiran lain dari Sultan, kalau kita kaji lebih jauh."
"Yaitu Sultan Said Muhammad Al Bakir, juga berfikir untuk bagaimana siar Islam."
"Sultan-sultan dari dulu sampai sekarang, visi misinya membawa risallah dari nabi."
"Jadi misalnya dia (Sultan) menetap di bawah (Makian), juga perkembangan Islam, idak terlalu berkembang"
"Karena tantangan, pengaruh geografi dan topografi, "jelasnya.
Dalam perjalanannya meninggalkan Pulau Makian, lanjut Ibnu, Sultan Said Muhammad Al Bakir singgah ke Pulau Moari.
Di situ Sultan dan rombongan menemukan air, yang kemudian dinamakan Boki Maake.
"Boki Maake dalam bahasa gapi, yang sekarang kita kenal dengan Ternate, Tidore dan Jailolo itu."
"Boki artinya nama dari istri Sultan, menemukan air itu, sehingga disebut Boki Maake."
"Yang artinya Boki punya air. Nah sekarang, air itu masih ada di Boki Maake."
"Digunakan sumber air oleh masyarakat, "ucapnya.
Karena daerah Boki Maake terlalu kecil, Sultan dan rombongan memutuskan untuk lanjut berlayar.
Namun sang istri, Boki masih terlalu senang dengan air itu sehinga dia tidak mau pergi.
Dan pada akhirnya, Sultan Said Muhammad Al Bakir memutuskan ke Talimau.
"Karena Boki belum mau, sampai di sana (Talimau) baru dilaporkan, bahwa Boki sudah mau."
"Makanya bahasa Bacan Talimau itu Tala Imau."
"Artinya Boki sebelumnya diajak tidak mau, sekarang sudah mau."
"Dari situlah, mereka berangkat sama-sama ke Ompuasal, "kisahnya.
Ompuasal, kata Ibnu, merupakan tempat Sultan menpakkan kaki pertama di Pulau Kasiruta.
Dari situlah, Sultan Said Muhammad Al Bakir, memuali kehidupan baru.
"Kalau kita lihat napak tilas sampai di situ (Ompuasal) memakan waktu sekitar 2 sampai 3 bulan, "jelanya.
Di Ompuasal Pulau Kasiruta, pemerintahan Kesultanan Bacan berlangsung kurang lebih 300 tahun.
Hingga Sultan ke 5, barulah berpindah ke Pulau Bacan.
"Jadi Sultan ke 5 itu, dia tidak seutuhnya berkuasa di Kasiruta."
"Tetapi setengah perjalanan dia, pindah ke Bacan, "bebernya.
Sehingga itu, Ibnu menegaskan, Tahane Pulau Makian adalah awal berpijaknya.
Baca juga: Makna Festival Marabose Dimata Sultan Tidore: Ini Adalah Embrio dari Kesultanan Bacan
Kesultanan Bacan, yang menetap di Limau Dolik.
"Tapi tidak berarti Limau Dolik itu, satu Kesultanan sendiri. kemudian Bacan juga sendiri, itu tidak."
"Akan tetapi dia melakukan perjalanan dari sana, "pungkasnya. (*)