Ramadan 2025

MUI Sebut Potensi Beda Awal Ramadan 2025, Menag: Keputusan Pemerintah Setelah Sidang Isbat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

AWAL PUASA - Menteri Agama RI Nasaruddin Umar melakukan sesi wawancara khusus dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (28/1/2025). MUI sebut potensi beda awal Ramadan 2025, kata Menag keputusan Pemerintah di sidang isbat.

TRIBUNTERNATE.COM - Berikut penjelasan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Menteri Agama Nasaruddin Umar soal potensi perbedaan awal puasa 2025.

Sebelumnya diberitakan, ada potensi perbedaan awal puasa Ramadhan 2025 antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

Jika Muhammadiyah akan mulai puasa di tanggal 1 Maret 2025 besok, Pemerintah kemungkinan akan menetapkan awal puasa di 2 Maret 2025.

Baca juga: Potensi Beda Awal Ramadan 2025 dari Pemerintah, Muhammadiyah Mulai Puasa 1 Maret, Ini Penjelasannya

Dikutip dari Tribunnews.com, hal ini dijelaskan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah Cholil Nafis.

Meski begitu kata Cholil Nafis, Idul Fitri 2025 tetap dapat dilakukan secara serentak.

"Mulai puasa tahun 1446 H/2025 potensi berbeda tapi lebaran sepakat bersama," kata Cholil dalam cuitannya di X (Twitter), Jumat (28/2/2025), dikutip dari Tribunnews.com.

Masih dikutip Tribunnews.com, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga menyebut adanya kemungkinan perbedaan awal puasa antara Pemerinta dengan Muhammadiyah.

BRIN Memprediksi tanggal 1 Ramadan 1446 H akan jatuh pada tanggal 2 Maret 2025, berbeda menode penentuan hisab dan rukyat.

Penjelasan MUI

Cholil menjelaskan menurut kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 28 Februari 2025 untuk imkanur rukyat di Indonesia hanya bisa terpenuhi di Aceh.

Selain itu, imkanur rukyat sulit melihat bulan di Jawa Timur dan daerah timur lainnya.

“Sedangkan di Jawa Timur tinggi hilal 3, elo 5,9 (elongasinya belum masuk kriteria MABIMS)," tambahnya.

Adapun, menurut MABIMS, imkanur rukyat memenuhi syarat jika bulan sabit (hilal) mencapai tinggi 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat (sudut antara titik pusat Bulan dan Matahari saat terbenam).

Adapun bulan akan digenapkan menjadi 30 hari apabila hilal tak terlihat.

Menurut Cholil, pada akhir Syaban atau 28 Februari 2025, tinggi hilal di Jakarta sudah 4 derajat, elongasi 6,02 derajat. 

"Kriteria MABIMS tinggi 3, dan elongasi 6,4. Sedangkan di Jawa Timur tinggi hilal 3, elongasi 5,9 (elongasinya belum masuk kriteria MABIMS)," jelas Cholil.

Halaman
123

Berita Terkini