Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Peneliti Sebut Kasus Corona di Indonesia Bisa Tembus 71.000 di Awal Ramadhan

Berdasarkan perhitungan mereka, Indonesia bisa menghadapi 71.000 kasus corona pada akhir April.

Surya/Ahmad Zaimul Haq
Jemaah menunaikan Salat Jumat dengan shaf berjarak 1 meter di Masjid Nasional Al Akbar, Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (27/3/2020). Meskipun tetap menggelar Salat Jumat di tengah wabah virus corona (Covid-19), Masjid Nasional Al Akbar Kota Surabaya menerapkan sejumlah prosedur yaitu pencucian tangan dengan hand sanitizer, pemeriksaan suhu badan, masuk bilik sterilisasi (penyemprotan disinfektan), dan pemakaian masker serta pemberian jarak (social distancing) 1 meter tiap baris atau shaf jemaah. 

Dia menambahkan bahwa informasi yang jelas dan transparan tentang tempat-tempat yang dikunjungi oleh pasien COVID-19 penting untuk mengurangi tingkat pertumbuhan eksponensial penyakit sehingga masyarakat dapat menghindari daerah ini.

Menurut proyeksi Hadi Susanto, seorang profesor Matematika Terapan di Universitas Essex di Inggris dan Universitas Sains dan Teknologi Khalifa di Uni Emirat Arab, puncak COVID-19 di Indonesia adalah sekitar bulan Ramadan, yang diharapkan akan berlangsung dari 23 April hingga 23 Mei.

Dengan asumsi bahwa bahkan setelah penguncian diberlakukan dan orang-orang masih bekerja dan melakukan bisnis seperti biasa dan hanya ada dua kelompok orang, yang sehat dan yang sakit, 50% dari populasi dapat terinfeksi dalam 50 hari setelah kasus pertama diumumkan oleh Presiden pada 2 Maret, katanya.

“Kami menggunakan Jakarta sebagai sampel dengan populasi sekitar 10 juta. Pada puncaknya, virus ini dapat menginfeksi 50% populasi,” kata Hadi kepada The Jakarta Post, Jumat.

Peneliti Sebut Golongan Darah A Lebih Rentan Terinfeksi Virus Corona, Sedangkan O Kebal

Hadi menambahkan, jika tidak ada kebijakan lockdown dan orang-orang dapat dengan mudah masuk dan keluar dari ibukota, maka "pandemi tidak akan mencapai puncaknya dan jumlah orang sakit akan terus bertambah".

“Ini prediksi pesimistis saya, dibentuk dengan model matematika sederhana.

Dan tentu saja, saya berharap saya benar-benar salah," katanya.

Achmad Yurianto, direktur jenderal pengendalian dan pencegahan penyakit Kementerian Kesehatan, mengatakan pada konferensi pers pada hari Jumat bahwa pemerintah telah menyiapkan 1 juta test kit untuk pengujian besar-besaran.

“Antara 600.000 dan 700.000 orang berisiko (tertular COVID-19),” katanya, seraya menambahkan bahwa hanya mereka dengan risiko infeksi yang lebih besar yang akan diuji.

Sekelompok peneliti di Pusat Pemodelan dan Simulasi Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB) sebelumnya memperkirakan bahwa wabah akan berakhir pada pertengahan April dan menginfeksi sekitar 800.000 orang.

Nuning Nuraini, salah satu peneliti, mengatakan tim telah menggunakan model estimasi parameter berdasarkan penyebaran infeksi di Korea Selatan, yang telah dipuji karena langkah-langkah pencegahan agresif dan pengujian cepat skala luas.

Salah satu langkah tersebut adalah menyediakan pusat pengujian drive-through COVID-19 yang mampu menguji ribuan orang, menangkap infeksi lebih awal dan bergegas membawa pasien ke rumah sakit untuk mengekang penyebaran penyakit.

Pemodelan para peneliti ITB lebih "optimistis" dibandingkan dengan yang lain.

Namun, pada hari Jumat, setelah pemerintah mengumumkan bahwa negara tersebut telah mencatat 369 kasus positif, Ninung mengatakan mereka tidak bisa lagi menggunakan parameter Korea Selatan untuk memperkirakan profil epidemi di Indonesia, karena kasus yang dikonfirmasi di sini terus meningkat secara signifikan.

Dia menambahkan bahwa situasinya bisa lebih baik dan tingkat infeksi dapat ditekan.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved