Halmahera Timur
Halmahera Timur Berbenah Menuju Transformasi Kemajuan

Virus Corona

Perangi Corona, Ini Deretan Kearifan Lokal Warga, Masak Sayur Lodeh 7 Rupa hingga Ritual Tolak Bala

Untuk menghindari penularan virus corona, berikut beberapa kearifan lokal warga untuk mencegahnya.

Editor: Sansul Sardi
Kompas.com
Ilustrasi virus corona 

Dia menjelaskan jika dulu pengasapan menggunakan tungku, kini masyarakat adat Banualamo di desa Bone Lemo memodifikasinya dengan menggunakan "penguap burung walet". 

S

Warga bergotong royong meracik campuran desinfektan alami yang dibuat dari racikan daun sirih dan jeruk nipis (Baso)

"Kita membuat itu dan meminta semua warga untuk melakukan pengasapan atau istilah populer yang kita pakai hari ini, bilik sterilisasi," kata dia.

Dalam tradisi masyarakat adat Banualemo, jika ada warga yang sakit biasanya langsung diobati oleh tabib dengan diasapi cairan berbahan daun sirih dan jeruk nipis.

Selain untuk mengobati penyakit, metode penguapan daun sirih dan jeruk nipis ini juga digunakan bagi perempuan yang akan menikah dengan tujuan penyucian diri dan mengusir roh jahat.

"Mungkin makhluk halus yang disebut nenek kita mungkin termasuk jenis virus, tidak kelihatan," tutur Baso.

Baso mengatakan, masyarakat adat Banualemo memutuskan untuk melakukan tradisi pengobatan leluhur karena banyak warganya yang mulai waspada akan virus corona, yang telah menjangkiti lebih dari 3.200 orang dan menewaskan setidaknya 280 orang di Indonesia.

"Kalau beberapa orang yang sudah sangat tua diceritakan tentang corona, mereka seperti agak ketahukan karena mereka pernah mengalami belum selesai dikuburnya satu orang, ada lagi mayat yang datang," papar Baso'.

Ritual minta perlindungan leluhur 

Sajian yang dihidangkan dalam ritual minta perlindungan masyarakat Dayak
Sajian yang dihidangkan dalam ritual minta perlindungan masyarakat Dayak (Thomas Edison)

Sementara itu di Kalimantan Tengah, masyarakat adat Dayak Kaharingan yang tinggal di Tumbang Malahoi, Rungan, Gunung Mas, menggelar ritual manggatang sahur lewu, sebuah ritual minta pertolongan dan perlindungan dari patahu, para leluhur penjaga kampung.

Mereka juga menggelar ritual mamapas lewu, ritual untuk membersihkan kota atau kampung dari pengaruh jahat atau hal-hal buruk yang terjadi akibat tindakan manusia maupun roh-roh jahat.

Ritual semacam ini, oleh Thomas Edison, salah satu warga yang ikut dalam ritual yang digelar pada 25 Maret silam sebagai bahajat.

"Kalau untuk kondisi sekarang, bahajat agar penyakit namanya peres kami bilang di sini agar tidak sampai ke desa Tumbang Malahoi. Sehingga kami menggatang sahur untuk melindungi lewu kami dari wabah penyakit itu," ujarnya.

Biasanya, ritual itu diikuti oleh seluruh masyarakat adat yang tinggal di suatu wilayah, akan tetapi keharusan jaga jarak sosial, atau sosial distance untuk mencegah penularan virus corona ritual itu hanya diikuti oleh sebagian kecil masyarakat Dayak Kaharingan di Tumbang Malahoi.

"Karena ada pembatasan untuk kumpul orang banyak, yang membagi beras marua dan kain kuning sebagai tanda, ketua RT masing-masing," jelas Thomas.

Halaman
1234
Sumber: TribunNewsmaker
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved